Pengertian Perlindungan Hukum Perlindungan Hukum Hak Cipta

sanksi seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran. Salah satu sifat dan sekaligus merupakan tujuan darii hukum adalah memberikan perlindungan Pengayoman kepada masyarakat. Oleh karena itu, perlindungan hukum terhadap masyarakat tersebut harus diwujudkan dalam bentuk adanya kepastian hukum. 7 Sehigga dalam penulisan ini, perlindungan hukum diberi batasan sebagai salah satu upaya yang dilakukan dibidang hukum dengan maksud dan tujuan memberi hasil karya cipta khususnya di bidang kesenian tradisionalFolklore demi mewujudkan kepastian hukum. 3. Pengertian Hak Cipta Istilah Hak cipta mula-mula diusulkan oleh St. Moh. Syah pada Tahun 1951 di Bandung 8 dalam kongres kebudayaan yang kemudian diterima oleh kongres tersebut sebagai pengganti istilah Hak Pengarang yang dapat dianggap kurang luas lingkup pengertiannya. Istilah Hak Penggarang itu sendiri merupakan terjemahan dari bahasa Belanda Auteursrecht. Dinyatakan kurang luas karena istilah Hak Penggarang itu memberikan kesan penyempitan arti, seolah-olah yang dicakup oleh Hak Pengarang itu hanyalah berasal dari Hak Pengarang saja. Sedangkan istilah 7 Shidarta, Krakteristik Penalaran Hukum dalam Konteks Ke-Indonesia-an, Disertasi, Bandung: Program Dokter Ilmu Hukum Universitas Katolik Parahyangan, 2004, h. 112 8 Naning Ramdlon, Perihal Hak Cipta Indonesia, Tinjauan Terhadap Auteursrecht 1912 Dan Undang-undang Hak Cipta 1997, Yogyakarta, Liberty, 1997. hak cipta adalah luas, dan mencangkup juga tentang karang-mengarang. Untuk lebih jelasnya batasab pengertian hak cipta dan pencipta ini dapat dilihat pada Pasal 1 Undang-undang Hak Cipta Tahun 2002, yaitu: Hak Cipta merupakan hak ekseklusif bagi pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaanya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaanya dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut perundang-undang yang berlaku. Pencipta atau pemegang hak cipta atas karya Sinema fotografi dan Program Komputer Software memiliki hak untuk memberikan izin atau melarang orang lain yang tanpa persetujuan menyewakan ciptaan tersebut untuk kepentingan yang bersifat komersial. Sebagai perbandingan, penulis juga menguraikan beberapa pengertian Hak Cipta menurut Auteurswet 1912 dan Universal Copyright Convention. Menurut Auteurswet 1912 Pasal 1 menyebutkan: “Hak Cipta adalah Hak tunggal dari pada pencipta, atau hak dari pada yang mendapat hak tersebut, atas hasil ciptaannya dalam lapangan kesusastraan, pengetahuan dan kesenian, untuk mengumumkan dan memperbanyaknya dengan mengingat pembatasan-pembatasan yang ditentukan oleh undang- undang. Selanjutnya oleh Universal Copyright Convention dalam Pasal 5 menyebutkan bahwa: Hak Cipta meliputi Hak Tunggal dari si pencipta untuk membuat, menerbitkan dan memberi kuasa untuk membuat terjemahan dari pada karya yang dilindungi perjanjian ini. Jika dibandingkan batasan pengertian yang diberikan oleh ketentuan tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa semuanya memberikan pengertian yang sama. Dalam Auteurswet 1912 9 maupun Universal Copyright Convention menggunakan “Hak Tunggal” sedangkan Undang-undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002 menggunakan istilah “Hak Eksklusif” bagi pencipta. Jika dilihat penjelasan Pasal 1 ayat 1 Undang-undang Hak Cipta No. 19 Tahun 2002, yang dimaksud Hak Eksklusif dari pencipta ialah tidak ada orang lain yang boleh melakukan hak itu kecuali dengan izin pencipta. Perkataan “tidak ada orang lain” mempunyai pengertian yang sama dengan hak tunggal, yang menunjukkan bahwa pencipta yang boleh melakukan hak itu. Sebagai Hak Khusus Exclusive Rights, Hak Cipta mengandung 2 dua esensi hak, yaitu Hak Ekonomi Economic Rights dan Hak Moral Moral Right. Kandungan hak ekonomi meliputi hak untuk mengumumkan dan hak untuk memperbanyak ciptaan tersebut. Kandungan hak moral meliputi hak untuk menuntut agar nama pencipta tetap dicantumkan dalam 9 Sophar Maru Hutagalung, Hak Cipta Kedudukan dan Perananya dalam Pembangunan, Jakarta: Sinar Grafika h. 143

Dokumen yang terkait

Eksistensi Presidential Threshold Paska Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/Puu-Xi/2013

6 131 94

Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 101/K.Pdt.Sus/Bpsk/2013 Tentang Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor

22 248 119

Analisis Yuridis Terhadap Putusan Mahkamah Agung No. 981K/PDT/2009 Tentang Pembatalan Sertipikat Hak Pakai Pemerintah Kota Medan No. 765

4 80 178

Analisis Putusan Mahkamah Agung Mengenai Putusan yang Dijatuhkan Diluar Pasal yang Didakwakan dalam Perkaran Tindak Pidana Narkotika Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 K/Pid.Sus/2012 dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 2497 K/Pid.Sus/2011)

18 146 155

Efektivitas Penerapan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 179/K/SIP/1961 Di Dalam Persamaan Hak Mewaris Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Pada Masyarakat Suku Batak Toba Perkotaan (Studi Di Kecamatan Medan Baru)

2 68 122

Eksekusi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 609 K/Pdt/2010 Dalam Perkara Perdata Sengketa Tanah Hak Guna Bangunan Dilaksanakan Berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan Negeri

3 78 117

Analisis Hukum Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Calon Independen Di Dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

0 68 130

Penetapan Luas Tanah Pertanian (Studi Kasus : Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 11/Puu-V/2007 Mengenai Pengujian Undang-Undang No: 56 Prp Tahun 1960 Terhadap Undang-Undang Dasar 1945)

4 98 140

Sikap Masyarakat Batak-Karo Terhadap Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA-RI) No.179/K/SIP/1961 Dalam Persamaan Kedudukan Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Mengenai Hukum Waris (Studi Pada Masyarakat Batak Karo Desa Lingga Kecamatan Simpang...

1 34 150

Efektifitas Penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilukada oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi

3 55 122