Masa menjelang pengakuan Kedaulatan tanggal 12 Desember 1947
Tirtoprodjo - lihat halaman 34. “Kenang-kenangan sebagai Hakim selama 40
tahun mengalam i tiga jaman” Oleh Mr. Wirjono Prodjodikoro - terbitan tahun
1974. Menurut Undang-Undang Dasar RIS pasal 148 ayat 1 Mahkamah Agung merupakan forum privilegiatum bagi pejabat-pejabat tertinggi negara.
Fungsi ini telah dihapuskan sewaktu kita kembali kepada Undang-Undang Dasar 1945.
Beruntunglah dengan keluarnya Undang-Undang No. 1 tahun 1950 I.N. tahun 1950 No. 30 lembaga kasasi diatur lebih lanjut yang terbatas pada
lingkungan peradilan umum saja. Pada tahun 1965 diundangkan sebuah Undang-Undang No. 13 tahun 1965 yang mengatur tentang: Pengadilan dalam
lingkungan Peradilan Umum dan Mahkamah Agung. Sayang sekali bahwa Undang-Undang tersebut tidak memikirkan lebih jauh mengenai akibat
hukum yang timbul setelah diundangkannya tanggal 6 Juni 1965, terbukti pasal 70 Undang-Undang tersebut menyatakan Undang-Undang Mahkamah
Agung No. 1 tahun 1950 tidak berlaku lagi. Sedangkan acara berkasasi di Mahkamah Agung diatur secara lengkap dalam Undang-Undang No. 1 tahun
1950 tersebut. Timbullah suatu problema hukum yaitu adanya kekosongan hukum acara kasasi. Jalan keluar yang diambil oleh Mahkamah Agung untuk
mengatasi kekosongan tersebut adalah menafsirkan pasal 70” tersebut sebagai berikut:
“Oleh karena Undang-Undang No. 1 tahun 1950 tersebut disamping mengatur tentang susunan, kekuasaan Mahkamah Agung, mengatur
pula tentang jalannya pengadilan di Mahkamah Agung, sedangkan Undang-Undang No. 13 tahun 1965 tersebut hanya mengatur tentang
susunan, kedudukan Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum dan Mahkamah Agung, dan, tidak mengatur tentang bagaimana
beracara di Mahkamah Agung, maka Mahkamah Agung menganggap pasal 70 Undang-Undang No. 13 tahun 1965 hanya menghapus
Undang-Undang No. 1 tahun 1950 sepanjang mengenai dan kedudukan Mahkamah Agung saja, sedangkan bagaimana jalan
peradilan di Mahkamah Agung masih tetap memperlakukan Undang- Undang No. 1 tahun 1950”.
Pendapat Mahkamah Agung tersebut dikukuhkan lebih lanjut dalam Jurisprudensi Mahkamah Agung yaitu dengan berpijak pada pasal 131
Undang-Undang tersebut. Perkembangan selanjutnya dengan Undang-Undng No. 14 tahun 1970
tentang; “Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman” tanggal 17 Desember 1970, antara lain dalam pasal 10 ayat 2 disebutkan bahwa
Mahkamah Agung adalah Pengadilan Negara tertinggi dalam arti Mahkamah Agung sebagai badan pengadilan kasasi terakhir bagi putusan-putusan yang
berasal dari Pengadilan-pengadilan lain yaitu yang meliputi keempat lingkungan peradilan yang masing-masing terdiri dari:1 Peradilan Umum; 2
Peradilan Agama; 3 Peradilan Militer; 4 Peradilan Tata Usaha Negara. Bahkan Mahkamah Agung sebagai pula pengawas tertinggi atas
perbuatan Hakim dari semua lingkungan peradilan. Sejak tahun 1970 tersebut
Mahkamah Agung mempunyai Organisasi, administrasi dan keuangan sendiri. Mahkamah Agung menjalankan tugasnya dengan melakukan 5 fungsi yang
sebenarnya sudah dimiliki sejak Hooggerechtshof, sebagai berikut: 1Fungsi Paradilan; 2Fungsi Pengawasan; 3 Fungsi Pengaturan; 4Fungsi Memberi
Nasehat; 5Fungsi Administrasi. SUSUNAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIAKURUN
WAKTU TAHUN 1950 - 1952. Ketua:Mr. Dr. Kusumah Atmadjabeliau mengoper gedung dan personil
beserta pakerjaan Hooggerechtshof pada bulan Januari 1950 setelah Mahkamah Agung kembali dari pengungsiannya di Jogyakarta selama 3 12
tahun Wakil Ketua : Mr. Satochid Kartanegara
Hakim Agung : Mr. Wirjono Prodjodikoro :Mr. Husen Tirtamidjaja
Panitera : Mr. Soebekt Wakil Panitera : Ranoeatmadja
Bulan September 1952 Dr. Mr. Kusumah Atmadja Meninggal dunia. Sejak itu kedudukan Ketua Mahkamah Agung menjadi lowong. Dr. Mr.
Kusumah Atmadja Ketua Mahkamah Agung Pertama. Periode Juli 1946 –
Januari 1950 adalah, Ketua: Mr. Satochid Kertanegara, Wakil Ketua Mahkamah Agung.
Periode Juli 1946 – Januari 1950:Mr. Wijono ProdjodikoroHakim
Agung Mahkamah Agung. Periode Juli 1946 – Januari 1950 :Mr.