Aborsi Yang Sengaja Dibuat Abortus Provocatus,

yang dikerjakan secara tidak ahli atau tersembunyi tanpa memperhatikan asepsis dan. 46 7 Missed Abortion , istilah ini dipakai untuk keadaan dimana hasil pembuahan yang telah mati tertahan dalam rahim selama 8 minggu atau lebih. Penderitanya biasanya tidak menderita gejala, kecuali tidak mendapat haid. Kebanyakan akan berakhir dengan pengeluaran buah kehamilan secara spontan dengan gejala yang sama dengan abortus yang lain. 47

b. Aborsi Yang Sengaja Dibuat Abortus Provocatus,

Aborsi yang disengaja ini abortus provocatus adalah aborsi yang terjadi secara sengaja karena sebab-sebab tertentu, dalam istilah fikih disebut al-isqath al-dharury atau al- isqath al-‘ilajiy . Aborsi macam ini memiliki konsekuensi hukum yang jenis hukumannya tergantung pada faktor-faktor yang melatar belakanginya. 48 Aborsi ini juga berarti bahwa menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28 minggu, atau berat badan bayi belum 1.000 gram. Walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1.000 gram dapat terus hidup. 49 Aborsi jenis ini mencakup dua varian, yaitu: 46 Skripsi Siswantara T, Judul Masalah Abortus Provocatus Di Indonesia Ditinjau Dari Hukum Pidana , Universitas Indonesia, Fakultas Hukum, h. 27, 1985. 47 Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi, Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2006, h. 36-37. 48 Ibid, h. 37. 49 http:situs.kesrepro.infogendervawjul2002utama02.htm www.abortiono.org. 27 1 Abortus Provokatus Medisinalis Artificialis therapicus , adalah sejenis aborsi yang penggugurannya dilakukan oleh tenaga medis disebabkan faktor adanya indikasi medis. Biasanya aborsi jenis ini dilakukan dengan mengeluarkan janin dari rahim meskipun jauh dari masa kelahirannya. Aborsi jenis ini dilakukan sebagai tindakan penyelamatan jiwa seorang ibu setelah pemeriksaan secara medis karena jika kehamilannya dipertahankan akan membahayakan dan mengancam kesehatan ataupun keselamatan nyawa ibunya. Aborsi ini dikalangan Ulama disebut dengan istilah al-isqath al-dharury atau dengan al-isqath al-‘ilajiy yang berarti aborsi darurat atau aborsi pengobatan. 50 Di Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medis yang dijelaskan di atas, adalah demi menyelamatkan nyawa ibu. Syarat-syaratnya, yaitu: a. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukannya yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan sesuai tanggung jawab profesi. b. Harus meminta pertimbangan tim ahli ahli medis lain, agama, hukum, psikologi dan lain-lain. c. Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga terdekat. 50 Elga Sarapung, Masruchah, M. Imam Aziz., Agama dan Kesehatan Reproduksi, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1999, h. 163. 28 d. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenagaperalatan yang memadai, yang ditunjuk oleh pemerintah prosedur tidak dirahasiakan. e. Dokumen medis harus lengkap. 51 2 Abortus Provocatus Criminalis , adalah sejenis aborsi yang dilakukan tanpa indikasi medis ilegal atau dengan kata lain bukan disebabkan dengan persoalan kesehatan medis, tetapi biasanya lebih disebabkan karena faktor di antaranya karena ekonomi, menjaga kecantikan, kekhawatiran sanksi moral, kekhawatiran janin yang ada dalam kandungan akan lahir dalam keadaan cacat, hamil di luar nikah. 52 Penguguran macam ini di kalangan Ulama disebut al-Isqath al-Ikhtiyary atau al-Ijhad al-Ijtima’i yang berarti pengguguran yang disengaja tanpa sebab membolehkan sebelum masa kelahiran tiba. 53 Tindakan aborsi inilah yang kemudian terkait dan dikaitkan dengan tindakan yang bertentangan dengan hukum dan etika. Biasanya proses ini dilakukan dengan menggunakan alat-alat atau obat-obat tertentu. 54 Dalam abortus provocatus criminalis dapat disebutkan tiga macam pelaku yang dapat melaksanakan abortus tersebut yaitu: a. Si wanita yang hamil. b. Orang lain. 51 http:kedokteran .fkuiiindex.php?option=com_wrapperItemid=29. 52 Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi, Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2006, h. 37-38. 53 Elga Sarapung, Masruchah, M. Imam Aziz., Agama dan Kesehatan Reproduksi, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1999, h. 163. 54 http:kedokteran .fkuiiindex.php?option=com_wrapperItemid=29. 29 c. Si wanita sendiri dengan bantuan orang lain.

D. Dasar Hukum