Pandangan Sosiologis Terhadap Aborsi Provokatus Criminalis

Endang menyuntikkan sesuatu di bagian kiri bokong Novila. Selang satu jam, sang bidan kembali menyuntikkan vitamin ke bagian kanan bokong Novila. Maksudnya, agar cepat mengalami kontraksi dan janin dalam kandungan Novila dapat keluar dengan sendirinya. Namun perkiraan bidan meleset. Hingga beberapa jam kemudian Novila tak kunjung mengalami kontraksi. Akibatnya, Novila meninggalkan lokasi klinik bidan dan berkunjung ke rumah sahabatnya di Desa Plosoklaten. Di tengah perjalanan tepatnya di Kecamatan Puncu, Novila muntah darah dan pingsan di jalan. Tentu saja hal ini membuat Santoso pacar Novila panik dan kembali menghubungi sang bidan. Atas rujukan bidan dan pertolongan warga, Novila dilarikan ke RSUD Pelem Pare, namun di tengah perawatan korban meninggal dunia . 85

C. Pandangan Sosiologis Terhadap Aborsi Provokatus Criminalis

Dalam ilmu sosiologi, perubahan sosial adalah salah satu jenis dari sekian banyak macam proses sosial, seperti globalisasi, industrialisasi dan urbanisasi. Proses-proses lainnya yang lebih umum sifatnya adalah seperti akulturasi, difusi, integrasi, konflik, akomodasi dan asimilasi. Para ahli sosiologi mengemukakan bahwa banyak faktor yang dapat mendorong terjadinya perubahan sosial, beberapa diantaranya ialah sebagai berikut: 1. Faktor lingkungan alam, 2. Ilmu pengetahuan melahirkan perubahan sosial, 85 Detiknews Minggu, 18052008 10:44 WIB. 63 3. Faktor kependudukan, 4. Faktor teknologi, 5. Faktor ide gagasan atau ideologi, 6. Faktor pemimpin, 7. Faktor event dan 8. Faktor perencanaan. 86 Berkaitan dengan pengguguran kandungan dalam bidang kedokteran dan kesehatan, mendorong perubahan pemikiran hukum Islam khususnya. Yang dulu perbedaan ulama mengenai hal aborsi adalah apakah keharaman aborsi itu sejak pembuahan atau sejak ditiupkannya ruh kepada janin. Lalu yang kedua ini terbedakan kepada dua, yaitu antara usia kehamilan 120 hari atau 42 hari sesuai dengan hadist- hadist Nabi yang ada. Sekarang, berkat kemajuan pengetahuan kedokteran, para ulama telah lebih rinci dalam memberikan batasan. Para ulama modern itu mengatakan bahwa kehidupan manusia itu sesungguhnya bermula pada saat nidasi alaqah, yaitu saat ketika ovum yang dibuahi menggantung pada dinding rahim dan hal itu terjadi antara hari keenam atau salah satu hari sampai hari ke duabelas setelah zigot masuk ke dalam rahim. Dengan demikian bagi para ulama itu, aborsi haram hukumnya kalau dilakukan setelah nidasi alaqah. Ini berarti bahwa aborsi sebelum terjadinya nidasi alaqah tidak dilarang atau boleh dilakukan karena hal itu dipandang sama dengan azal yaitu perbuatan untuk mengeluarkan sperma di luar 86 Jurnalis Uddin. Dkk., Reinterpretasi Hukum Islam Tentang Aborsi, Jakarta: Universitas YARSI, 2006, Cet. I, h. 149-152. 64 vagina. Melaksanakan penyadaran terhadap masyarakat untuk dapat menerima korban aborsi, dapat juga ditempuh cara relokasi korban ke tempat lain yang mana korban dapat memulai hidup dan harapan baru tanpa harus melaksanakan aborsi. Tidak ada lagi diskriminasi terhadap perempuan yang melakukan aborsi, karena tidak 100 perempuan bersalah banyak faktor di belakangnya baik dari keluarganya, orang lain maupun laki-laki yang tidak bertanggung jawab terhadapnya.

D. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Abortus Provokatus Criminalis