Dasar Hukum TINJAUAN UMUM TENTANG ABORSI DALAM HUKUM ISLAM

c. Si wanita sendiri dengan bantuan orang lain.

D. Dasar Hukum

Pada umumnya hukum aborsi dalam Islam adalah tidak diperbolehkan haram. Islam menginginkan agar keturunan para pengikutnya terus berkembang. Karena ketika sperma dan sel telur telah bercampur sehingga membentuk embrio, maka ini merupakan awal kehidupan; dan aborsi terhadapnya adalah haram dalam Islam. 55 Sebagaimana di firmankan dalam surat Al-Imran ayat 156: ☺ ☺ . لا ناﺮﻤ 3 : 156 Artinya: “Allah menghidupkan dan mematikan. Dan Allah melihat apa yang kamu kerjakan “. QS. Al-Imran3: 156. Orang menempuh jalan aborsi karena berbagai alasan, yang tidak semuanya diterima oleh agama. Dan, bahkan para ulama yang berpendapat bahwa aborsi di bawah indikasi-indikasi tertentu dapat diizinkan, tidak menyetujui penggunaannya sebagai suatu alternatif bagi kontrasepsi. Lebih jauh, perbedaan pendapat di kalangan ulama tidak harus dimanfaatkan sebagai suatu izin bagi penggunaan aborsi secara serampangan. 56 Jika aborsi ini dilakukan setelah janin usia empat bulan maka ulama sepakat mengharamkannya. Karena hal itu dikategorikan pembunuhan. Kecuali dalam 55 Ibrahim Amini, Anakmu Amanatnya Rumah Sebagai Sekolah Utama, Jakarta: Al-Huda, 2006, Cet. I, h. 62. 56 S. Ahmad Abdullah Assegaf, Islam KB, Jakarta: Lentera Basritama, 1992, Cet. I, h. 231. 30 keadaan darurat. Sesuatu yang sifatnya darurat itu dapat membolehkan sesuatu yang diharamkan. Demikian itu jika dokter yang dapat dipercaya menyatakan bahwa membiarkan kehamilan tumbuh terus bisa membahayakan wanita yang hamil. Adapun jika aborsi dilakukan sebelum bulan keempat terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama sebagai berikut: 1. Pendapat Mazhab Hanafi Sebagian mereka berpendapat, bahwa perbuatan aborsi sebelum bulan keempat dibolehkan meskipun tanpa izin suaminya, demikian boleh dilakukan apabila dalam keadaan darurat. Sedang sebagian yang lain berpendapat tidak halal melakukan aborsi pada bulan tersebut. Adapun tingkatan yang paling rendah adalah makruh. 57 2. Pendapat Mazhab Maliki Bahwa, mereka melarang aborsi pada semua tingkatan meskipun belum sampai empat puluh hari, berdasarkan apa yang mereka yakini dari mazhab mereka. Sebagian mereka berpendapat makruh. 58 3. Pendapat Mazhab Syafi’i Bahwa, aborsi diharamkan oleh mereka, ada yang berpendapat makruh pada dua masa yaitu masa nuthfah masih dalam ujud mani dan masa alaqah 57 Syaikh Athiyah Shaqar, Tanya Jawab Masalah Wanita, Jakarta: Pustaka Azzam, 2002, Cet. I, 245. 58 Ibid, h. 245. 31 segumpal darah. Apabila nuthfah dari hasil perzinaan maka aborsi ini diperbolehkan. 59 4. Pendapat Mazhab Hanbali Menurut mereka, yang mengambil dari kitab Al-Mughni karangan Ibnu Qudamah bahwa apabila menggugurkannya berupa mudghah segumpal daging yang sempurna kemudian ada kesaksian dari orang yang dapat dipercaya maka aborsi tersebut dikenai ghurrah denda atas anggapan bahwa ia telah melakukan pembunuhan orang. Jika dilihat masih dalam permulaan penciptaan seandainya dibiarkan ia akan membentuk wujud maka ada dua pendapat, yang paling benar di antara keduanya adalah tidak dikenai apa-apa. 60 Mengenai aborsi sebelum ditiupkan ruh ke dalam janin ada empat pendapat: 1. Pendapat yang membolehkan secara mutlak tanpa harus ada udzur. Ini adalah pendapat madzhab Zaidiyah, sebagian Hanafiyah dan sebagian Syafi’iyah serta Malikiyah dan Hanabilah. 2. Pendapat yang membolehkan sewaktu ada udzur dan dimakruhkan apabila tidak ada udzur. Ini adalah pendapat sebagian Hanafiyah dan sebagian Syafi’iyah. 3. Pendapat yang memakruhkan secara mutlak yaitu pendapat sebagian Malikiyah. 59 Syaikh Athiyah Shaqar, Tanya Jawab Masalah Wanita, Jakarta: Pustaka Azzam, 2002, Cet. I, 245. 60 Ibid, h. 246. 32 4. Pendapat yang mengharamkan dengan tanpa ada udzur. Yaitu pendapat yang dipegang oleh Malikiyah dan yang disepakati oleh Zhahiriyah serta Ja’fariyah. 61 Demikianlah, masalah ini juga dibahas dalam MUNAS MUI tahun 2000 yang langsung dikeluarkan fatwa MUI No.4 Tahun 2005 tentang aborsi bahwa menurut keputusan MUI malakukan aborsi sebelum atau sesudah nafkh al-ruh hukumnya haram, kecuali jika ada alasan-alasan medis atau alasan lain yang dibenarkan oleh syari’at Islam, seperti untuk menyelamatkan jiwa si ibu. 62 Masalah aborsi ini juga diatur dalam Undang-Undang Indonesia yang masih berlaku hingga kini, yaitu Undang-Undang No.1 tahun 1946 tentang KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Pidana terdapat 4 pasal sebagai tindak pidana dan kejahatan diatur dalam Pasal 299, 346, 347 dan 348, Undang-Undang No.71984 tentang Ratifikasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan dan Undang-Undang No.231992 tentang kesehatan yang terdapat dalam Pasal 15. 63

E. Cara-Cara dan Indikasi-Indikasi Dilakukannya Abortus