4. Pendapat yang mengharamkan dengan tanpa ada udzur. Yaitu pendapat yang dipegang oleh Malikiyah dan yang disepakati oleh Zhahiriyah serta Ja’fariyah.
61
Demikianlah, masalah ini juga dibahas dalam MUNAS MUI tahun 2000 yang langsung dikeluarkan fatwa MUI No.4 Tahun 2005 tentang aborsi bahwa menurut
keputusan MUI malakukan aborsi sebelum atau sesudah nafkh al-ruh hukumnya haram, kecuali jika ada alasan-alasan medis atau alasan lain yang dibenarkan oleh
syari’at Islam, seperti untuk menyelamatkan jiwa si ibu.
62
Masalah aborsi ini juga diatur dalam Undang-Undang Indonesia yang masih berlaku hingga kini, yaitu Undang-Undang No.1 tahun 1946 tentang KUHP Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana terdapat 4 pasal sebagai tindak pidana dan kejahatan diatur dalam Pasal 299, 346, 347 dan 348, Undang-Undang No.71984 tentang
Ratifikasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan dan Undang-Undang No.231992 tentang kesehatan yang terdapat dalam Pasal 15.
63
E. Cara-Cara dan Indikasi-Indikasi Dilakukannya Abortus
1. Cara-Cara Dilakukannya Abortus Dalam garis besarnya dapat dibedakan antara cara atau teknik abortus abortus
buatan terhadap kehamilan dalam triwulan ke 1 antara 0 sampai 12 minggu dan
terhadap kehamilan dalam triwulan ke 2 antara 12 sampai 28 minggu.
a. Cara atau tekhnik abortus buatan terhadap kehamilan dalam triwulan ke 1.
61
Syaikh Athiyah Shaqar, Tanya Jawab Masalah Wanita, Jakarta: Pustaka Azzam, 2002, Cet. I, 24.
62
Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan Dan Keluarga, h. 85.
63
http:id.wikipedia.orgwikiGugur_kandungan, diambil dari tgl 20 maret 2009, jam 14.22.
33
1 Dilatasi dan kerokan Pertama-tama dilakukan dilatasi artinya adalah pemuaian atau
pelebaran mulut rahim cervix uteri, selanjutnya setelah mulut rahim dilebarkan dilakukan kerokan yaitu hasil konsepsi yang terdapat pada
dinding uterus rahim dikerok. Pengeluaran isi rahim tersebut yang berupa hasil konsepsi dengan cara pengerokan ini dilakukan dengan alat
kuret. Setelah hasil konsepsi pembuahan lepas dari dinding uterus akibat dari pengerokan tersebut, maka hasil konsepsi itu dapat dikeluarkan
dengan alat cumin abortus. 2 Dilatasi dalam 2 tahap.
Pada seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya atau seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang viable untuk beberapa kali yang
memerlukan pembukaan mulut rahim yang lebih besar, dapat dilakukan dilatasi dalam 2 tahap.
3 Pengeluaran dengan cara penyedotan suction curret tage Dalam tahun-tahun terakhir ini makin banyak digunakan oleh karena
pendarahan tidak seberapa banyak dan bahaya perforasi lebih kecil. b. Cara atau tekhnik abortus buatan terhadap kehamilan dalam triwulan ke 2.
1 Abortus pada kehamilan antara 12 sampai 16 minggu. Pada kehamilan setua ini kerokan lebih baik jangan dilakukan, oleh
karena akan dialami kesukaran untuk melahirkan janin melalui saluran mulut rahim yang tidak cukup terbuka. Cara abortus pada kehamilan setua
34
ini dapat dilakukan dengan tekhnik histerektomi abdominal, yaitu pembedahan untuk mengeluarkan janin dengan cara membuka dinding
perut dan dinding depan uterus dengan sayatan. 2 Abortus buatan terhadap kehamilan sesudah 16 minggu.
a. Pemberian cairan NaCl hipertonik. Abortus buatan pada kehamilan sesudah 16 minggu diusahakan
dengan menimbulkan kontraksi-kontraksi uterus, supaya janin dan placenta dapat dilahirkan secara spontan.
b. Pemberian prostaglandin. Akhir-akhir ini dilakukan percobaan dengan pemberian
prostaglandin untuk menghentikan kehamilan pada triwulan ke 2 kemungkinan besar nantinya bahwa prostaglandin dapat menggantikan
penggunaan cairan NaCl hipertonik, karena lebih aman dan hasilnya cukup memuaskan.
Sama seperti cara-cara abortus buatan di atas, menurut Christopher Tietze, cara-cara yang sekarang ini dipergunakan oleh kalangan
kedokteran untuk menghentikan kehamilan dapat dibagi dalam 3 kategori, yaitu sebagai berikut :
1 Pengeluaran atau pengosongan hasil konsepsi melalui lobang vagina dengan mempergunakan alat-alat tertentu.
2 Pembedahan uterus yaitu membuka dinding perut dan dinding uterus rahim dengan sayatan.
35
3 Induksi pengobatan yaitu dengan memberi obat-obatan tertentu sehingga uterus berkontraksi, yang kemudian menyebabkan hasil
konsepsi atau janin dipaksa didorong keluar melalui lobang vagina. Cara-cara induksi pengobatan ini terdiri dari:
a Suntikan. b Infus.
c Oral obat yang diminum. Obat-obat yang diminum ini menyebabkan setiap orang dapat
menggunakannya sendiri, kalau dijual secara bebas. Selanjutnya menurut Christopher Tietze, adapula cara-cara induksi
abortus buatan yang dipergunakan oleh orang-orang yang bukan dari kalangan kedokteran yang meliputi antara lain:
1 Dengan cara sihir dan jampi-jampi. 2 Melalui bemacam-macam obat-obatan tradisional yang menunjukkan
kecenderungan tidak efektif danatau mengandung racun. 3 Secara nyata-nyata sekali melakukan cara-cara yang membuat luka
berat atau goncangan jiwatrauma, seperti memukul-mukul perut, sengaja menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi agar dapat
menghancurkan atau merusak hasil konsepsi. Semua cara-cara tersebut di atas menyebabkan pengeluaran dengan paksa
hasil konsepsi dapat dialihkan kearah pengeluaran secara alamiah. Adapula cara- cara lain yang juga dilakukan oleh kalangan non medis, misalnya sebagai berikut :
36
1 Suatu cara yang sudah lazim dilakukan dan diakui secara luas, yaitu dengan jalan menyisipkan atau memasukkan benda-benda tertentu ke dalam uterus.
Benda benda tersebut misalnya kawat, pipa logam yang kecil dan benda- benda lainnya yang dapat dipergunakan untuk maksud tersebut.
2 Memijat-mijat perut yang dilakukan oleh para dukun beranak. 3 Penyuntikan dengan menggunakan air yang bersabun atau obat pembasmi
hamakuman yang dengan mudah sudah tersedia, telah cukup dikenal penggunaannya.
2. Indikasi-Indikasi Dilakukannya Abortus a. Indikasi medik.
Indikasi medik ialah suatu abortus yang dilakukan untuk menghentikan atau menghindari pengaruh yang buruk dari kehamilan ataupun dari
persalinan terhadap kesehatan si ibu. Indikasi medik ini dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu sebagai berikut:
1. Indikasi medik dalam arti sempit. Sebagai dasar pertimbangan indikasi medik dalam arti sempit untuk
menggugurkan kandungan, bahwa kelanjutan dari kehamilan dapat mengancam dan membahayakan jiwa si ibu. Dalam arti sempit indikasi
medik terbatas, yaitu terbatas dalam indikasi vital. Atas dasar indikasi vital abortus dilakukan bilamana si ibu terancam bahaya maut, yang tidak
dapat dielakkan lagi dengan cara apapun juga kecuali dengan menggugurkan kandungan.
37
Contoh indikasi vital ini adalah penderita dengan payah jantung dalam tingkat 4 dalam keadaan hamil, sedangkan dengan pengobatan saja tidak
memberi keringanan, dan jika kehamilan itu dibiarkan kemungkinan besar sekali si ibu akan meninggal dunia.
2. Indikasi medik dalam arti luas. Sebagai dasar pertimbangan indikasi medik dalam arti luas untuk
menggugurkan kandungan, bahwa kelanjutan dari kehamilan dapat memperburuk keadaan kesehatan si ibu. Dalam arti luas indikasi medik ini
dinamakan pula indikasi medik non-vital. Indikasi non-vital adalah indikasi demi keselamatan kesehatan si ibu. Atas indikasi ini abortus
dilakukan, apabila nyata bahwa kelangsungan kehamilan akan sangat mengganggu keadaan kesehatan si ibu.
Contoh indikasi medik non-vital ialah penderita dengan ablation retinae
berat yang jelas karena suatu kehamilan penglihatannya sangat buruk.
Kesulitan nantinya mungkin akan timbul untuk membedakan indikasi vital dengan yang non-vital. Ini dapat dipahami karena bila kesehatannya si
penderita sangat terganggu, akhirnya jiwanya terancam. Namun walaupun demikian perbedaan ini sangat diperlukan, karena adanya suatu indikasi
medik yang vital, yang jelas dapat meyakinkan dan membenarkan suatu tindakan penghentian dari kehamilan.
38
Selanjutnya bahwa pertimbangan pada tiap-tiap abortus dengan indikasi medik seharusnya ditentukan oleh profesi medik sendiri disesuaikan dengan
perkembangan ilmu kedokteran. Maksudnya ialah mungkin saja pada suatu saat suatu jenis penyakit bisa digolongkan sebagai dasar indikasi medik bagi
abortus, namun di lain waktu dengan adanya kemajuan zaman kemajuan dalam dunia kedokteran penyakit-penyakit tertentu yang dianggap sebagai
indikasi medik mungkin tidak lagi merupakan sebagai indikasi medik, karena sudah dapat diobati tanpa perlu lagi mengadakan pengguguran kandungan.
b. Indikasi sosio-medik Dalam menentukan indikasi medik, baik dalam arti sempit maupun dalam
arti luas, penilaian kesehatan si wanita hamil fisik maupun mental berdasarkan kondisi-kondisi klinik dari si penderita semata-mata, tanpa memperhatikan
keadaan sosialnya. Hal ini oleh beberapa kalangan kedokteran dianggap kurang tepat.
Konsep ilmu kedokteran modern memang menegaskan, bahwa dalam prinsip pendekatan tiap penderita harus selalu dilakukan secara integral, yang
berarti bahwa tidak hanya aspek fisik dan mental semata-mata, tetapi aspek sosial pun perlu mendapat perhatian, karena manusia merupakan apa yang
dinamakan kesatuan sosio-psiko-somatik kesatuan aspek-aspek sosial-psikik dan fisik. Aspek sosial harus dianggap sebagai bagian integral dari kesehatan
dalam keseluruhannya. Tidak kurang dari aspek fisik dan mental, aspek sosial
39
juga mempengaruhi keadaan kesehatan seseorang. Faktor-faktor sosial turut menentukan prognosis si sakit.
Dalam rangka mempertimbangkan melakukan tindakan abortus dengan memperhatikan lingkungan hidup si penderita untuk menilai keadaan
kesehatannya timbul pengertian indikasi sosio-medik. Indikasi sosio-medik berdasarkan pendekatan penderita secara total sesuai dengan konsep WHO
tentang kesehatan yaitu : “Health is a complete physical mental and social well being and not merely the absence of desease or infirmity”
. Demikian pula jika diambil definisi kesehatan menurut Undang-Undang pokok
kesehatan No. 9 tahun 1960, yaitu: Pasal 2
Yang dimaksud dengan kesehatan ialah meliputi kesehatan badan, rohaniah mental dan sosial dan bukan hanya keadaan yang bebas penyakit,
cacat dan kelemahan.
Perlu dikemukakan bahwa indikasi sosio-medik tidak jarang ditafsirkan sebagai indikasi sosial. Tafsiran ini tidak tepat, karena dalam hal indikasi
sosio-medik unsur-unsur sosial saja bukan suatu indikasi untuk melakukan abortus. Tujuan abortus provokatus atas dasar sosio-medik adalah untuk
menyelamatkan kesehatan si penderita. Sedangkan tujuan abortus provokatus atas dasar sosial adalah semata-mata demi keadaan sosial si wanita saja.
Untuk seorang wanita yang hamil yang telah dalam keadaan kesehatan yang terganggu, unsur-unsur sosial dalam lingkungan hidupnya, seperti keadaan
ekonomi, keadaan perumahan, keadaan kesehatan lain-lain anggota keluarga 40
dan sebagainya dapat sedemikian rupa sehingga sungguh-sungguh merupakan beban tambahan yang berat. Apabila kehamilan dianggap akan sangat
memperburuk keadaan sosial sehingga keadaan kesehatan si ibu terpengaruh, dan sangat terganggu karenanya, maka abortus provocatus atas indikasi sosio-
medik perlu dipertimbangkan. c. Indikasi Humaniter atau Kemanusiaan.
Abortus dilakukan jika kehamilan disebabkan oleh perkosaan, perbuatan sumbangincest dan wanita di bawah umur.
d. Indikasi Eugenistis Abortus dilakukan jika kemungkinan besar bayi akan lahir cacat fisik atau
mental. e. Indikasi Sosial Atau Sosial-Ekonomi
Abortus dilakukan jika kelahiran bayi dianggap akan mengganggu keselamatan atau kesejahteraan keluarga.
f. Indikasi Kegagalan Kontrasepsi Contraceptive Failure Abortus dilakukan karena suami-isteri yang telah mempergunakan alat-
alat kontrasepsi, ternyata gagal dan menyebabkan kehamilan. g. Abortus Karena Permintaan Abortus On Request, Abortion On Demand
Istilah ini menggambarkan bahwa abortus provocatus itu diperkenankan semata-mata hanya berdasarkan atas permintaan si wanita hamil yang
bersangkutan. Dan alasan-alasan yang terdapat pada abortion on request, on demand
ini, tidak termasuk kedalam salah satu indikasi-indikasi huruf A 41
sampai G di atas. Selanjutnya diterangkan bahwa walaupun abortus provocatus ini semata hanya berdasarkan atas permintaan si wanita hamil saja,
namun pada umumnya abortus itu hanya diperkenankan dilakukan pada trimester 1 3 bulan atau 12 minggu pertama, harus dilakukan dirumah sakit
dan harus dilakukan oleh seorang dokter.
64
F. Sebab-Sebab Terjadinya Aborsi