Kasus Praktek Aborsi Provokatus Criminalis Di Masyarakat

Ada juga data yang saya ambil dari POLRES Jakarta Selatan tentang kasus yang pernah ditangani oleh mereka dalam Laporan Polisi LP UNIT VIPPA yang diterima dari januari 2006 sampai dengan maret 2009 yang terlampir di Lampiran. 73

B. Kasus Praktek Aborsi Provokatus Criminalis Di Masyarakat

Telah kita ketahui, berapa banyaknya data kasus aborsi yang terjadi di Indonesia khususnya, serta di Negara lain umumnya. Memang, dalam setiap pengakhiran kehamilan pasti tidak selalu aman. Banyak perempuan mati atau mendapat masalah kedokteran yang serius setelah berusaha melakukan pengakhiran kehamilannya sendiri, atau pergi ke dukun yang tidak terlatih yang memakai alat- alat sangat primitif atau tidak bersih. Inilah masalah di seluruh dunia, dimana di negara-negara pengakhiran kehamilan masih ilegal, pengakhiran kehamilan merupakan penyebab utama kematian ibu. Maka dari itu, Angka Kematian Ibu AKI begitu meningkat setiap tahunnya di Indonesia. Walaupun, di beberapa negara aborsi terhadap Kehamilan Tidak Diinginkan KTD itu khususnya karena alasan sosial, ekonomi, pemerkosaan atau incest dibenarkan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan hak hidup seseorang. Mungkin dengan pendekatan psikologi para korban pemerkosaan atau incest maupun karena alasan ekonomi dan sosial dapat diupayakan dengan: 1. Pendampingan secara psikologi pada korban karena selain trauma karena perkosaan, korban dapat merasa sangat bersalah karena melakukan aborsi yang 73 Data Rekapitulasi LP unit VIPPA, POLRES Jak-Sel, Diambil Senin, 18 Januari 2010. 51 artinya melakukan pembunuhan terhadap calon anaknya. 2. Untuk alasan ekonomi diperlukan penguatan kemampuan pemberdayaan perempuan bagi korban dan keluarganya. 3. Untuk alasan sosial selain melaksanakan penyadaran terhadap masyarakat untuk dapat menerima korban, dapat juga ditempuh cara relokasi korban ke tempat lain yang mana korban dapat memulai hidup dan harapan baru tanpa harus melaksanakan aborsi. 4. Apabila anak yang tidak dikehendaki oleh calon ibu, dapat dikoordinasikan Departemen Sosial untuk menempatkan anak tersebut di panti asuhan dengan kesepakatan tertulis dari sang ibu dengan berbagai pertimbangan yang dapat dipertanggung jawabkan secara hukum. 74 Di bawah ini akan dijelaskan kasus aborsi yang terjadi di masyarakat khususnya di Indonesia yang pernah ditangani oleh polisi sebagai aparat penegak hukum, yaitu: 1. Perkara aborsi dan melakukan praktek kedokteran tanpa surat ijin praktek. a. LPK775XI2008SPK tanggal 5 Nop 2007, Polwiltabes Surabaya. b. Perkara : Aborsi dan Praktek Kedokteran tanpa dilengkapi surat ijin praktek pasal 348 ayat 1 Jo. 349 KUHP dan Pasal 75 ayat 1 dan Pasal 76 UU No. 29 tahun 2004. c. Pelapor : Ipda I.G. Ng A.B, anggota Idik III Reskrim Polwiltabes Surabaya. 74 Data Tanya-jawab aborsi di BARESKRIM, diambil Rabu, 20 Januari 2010, h. 11. 52 d. TKP : Klinik MDK Dr. TN, di Surabaya. e. Tersangka : Ch alias Dr. Tn, 49 th, Pekerjaan. Dokter Umum, Surabaya. f. Modus operandi : Tersangka mendirikan praktek klinik Mdk sekaligus sebagai Dokter Umum yang sehari-harinya menangani penyakit pasien yang datang di klinik tersebut, selain itu Tersangka juga melayani operasi aborsigugur janin an. Pasien OK DM. Selama membuka praktek dan sebagai dokter di klinik tersebut, TSK tidak memiliki Surat Ijin Praktek Kedokteran. g. Saksi-saksi : MP, AP, OD, SW, MJ, Drg. RA, Dr. SL. h. Barang bukti : - 1 bungkus kassa dan kotoran janin berlumur darah milik pasien OD, - 1 bungkus isi kaki janin dan daging hasil aborsi pasien OD, - 1 set alat operasi aborsi, - Obat-obatan operasi Aborsi, - 1 alat tes kehamilan OD dan - 1 lembar surat keterangan dr. Tn. i. Status kasus : Proses sidik. 75 75 Ibid , h. 13. 53 2. Perkara melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil yang tidak memenuhi ketentuan. a. LP136III2007Biro Ops tanggal 27 Maret 2007. b. Tindak pidana : Melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil yang tidak memenuhi ketentuan, melakukan tindakan aborsi terhadap ibu hamil. c. TKP : Dukuh Kpg Tmr, Surabaya. d. Pelaku : Dr. Ew Ar dkk, 62 tahun, laki-laki, WNI, Rumah Dukuh Kpg Komplek BD, Surabaya. e. Pasal yg dikenakan : Pasal 80 ayat 1 UU RI Nomor : 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 348 ayat 1 KUHP dan atau Pasal 346 KUHP. f. Barang bukti : - 1 set alat untuk operasi aborsi, - Gumpalan darah diletakkan dalam tas plastik warna hitam diduga darah selesai pelaksanaan aborsi, - 1 buah baskom stainlees steel untuk menampung gumpalan darah, - 1 buah celemek, - 6 buah jarum injeksi terbungkus plastik, - 1 buah sapu tangan merah bekas darah, 54 - 1 set tempat untuk operasi aborsi, - 1 botol betadine, - 8 botol anti biotic dan - Ampul deazepan berisi 2 ml untuk bius. 76 3. Perkara melakukan tindakan pengguguran kandungan secara tradisional menggunakan dahan daun pepaya ke dalam rahim. a. LP17VIII2007Sek Sentolo tanggal 12 Agustus 2007. b. Pasal yang digunakan : Pasal 338, 346 Yo 55, 56, 64 KUHP dan pasal 80 ayat 1 UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. c. TKP : Dusun Swl SS KP. d. Modus operandi : Memasukkan dahan daun pepaya ke dalam rahim. e. Korban : Bayiorok laki-laki. f. Saksi : Sd, 48 th, Islam buruh, Dusun Swl K P. g. Pelaku : Ibu orok MAP, 33 th, : SM, 47 th Pengaborsi dan : NG, 57 th Fasilitator. h. Barang bukti : - cangkul dan - sepotong papan kayu. i. Status kasus : JPU. 77 76 Data Tanya-jawab aborsi di BARESKRIM, diambil Rabu, 20 Januari 2010, h. 14-15. 55 4. Perkara tindak pidana aborsi yang dilakukan di Klinik Dr. Abd Jak-Pus berkedok praktek kebidanan atau USG. a. LP17VIII2007Sek Sentolo tanggal 12 Agustus 2007. b. Pasal yang dikenakan : Pasal 80 ayat 1 UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan Pasal 348 KUHP tentang kejahatan terhadap jiwa orang. c. TKP : Klinik Dr. Abd JP. d. Tersangka : Dr. AW, Sp. OG dokter praktek, Hj. JN Als ATUN Pemilik klinik, Sun Suster klinik, Ev Suster klinik, J Karyawan klinik, A R Karyawan klinik, JM pasien, TH pasien, Ern pasien dan Elv pengantar pasien e. Modus operandi : - Dengan cara melakukan penyedotan pengguguran janin yang berada dalam rahim pasien. 77 Ibid, h. 14. 56 - Berkedok klinik kebidanan atau klinik USG. f. Barang-bukti : - 1 unit alat sunction alat sedot, - 1 lampu sorot, - 1 botol pro injection, - 1 rol hypafix penutup luka, - 6 buah kanmycin Anti Brotax, - 3 tabung oksigen berikut regular, - 1 box pembalut wanita, - 1 botol alcohol 70, - 1 buah tempat sampah sebagai tempat pembakaran yang diduga berisi janin, - Dll. g. Status kasus : Proses sidik. 78 5. Perkara melakukan tindakan pengguguran kandungan melalui infus yang dilakukan oleh petugas kesehatan bukan bidan. Tahun 2004 lalu, seorang pasien, sebut saja bernama AI memeriksa kandungannya ke sebuah rumah sakit yang cukup berwibawa di Kota Tangerang. Rumah sakit yang berinisial SG. Saat memeriksa kandungan keduanya yang berusia 15 minggu tiba-tiba AI melihat ada bercak darah di celana dalamnya. Ketika meminta advis dokter pada tanggal 16 April 2004, melalui pemeriksaan 78 Data Tanya-jawab aborsi di BARESKRIM, diambil Rabu, 20 Januari 2010, h. 15 57 USG pihak dokter rumah sakit menyatakan kandungan pasien dalam keadaan baik dan sehat. Namun untuk menguatkan kandungan, dokter menawarkan AI untuk beristirahat di rumah sakit atau di rumah. AI memilih di rumah sakit, salah satu petugas kesehatan bukan bidan langsung memberi infus. Walau tidak didampingi seorang dokterpun, si petugas kesehatan bukan bidan mengatakan infus diberikan berdasarkan saran dokter. Sekitar 15 menit kemudian obat bereaksi dan kandungan AI mengalami kontraksi. Alhasil janin bayi dalam kandungan keluar, yang mengakibatkan kelahiran prematur dan meninggal dunia. AI kemudian mengadukan hal ini ke Polres Metro Tangerang. Sementara pihak rumah sakit, menolak bahwa terjadi mal praktek, karena abortus imminens diterapkan pada pasien karena kondisi dan situasi pasien yang saat itu membutuhkan perawatan intensif. “tidak benar pasien mengalami keguguran setelah meminum obat yang diberikan oleh dokter. Karena pemberian obat selalu diberikan sesuai dengan petunjuk dokter dan diagnosa juga dilihat dari kondisi pasien”, ujar Manajer Operasional RS tersebut. 79 6. Perkara melakukan tindakan pengguguran kandungan yang dilakukan oleh bidan yang ternyata hanya lulusan Sekolah Keperawatan. Kisah sedih pula yang menimpa Dini Kurniati, ia adalah korban tewas di RSI Pondok Kelapa dari aborsi setelah menggugurkan kandungannya yang berusia 2,5 bulan di rumah Erna Rumondang Manalu dengan usia 40 tahun, yang bertempat 79 Harian TEMPO INTERAKTIF, Selasa, 1 Juni 2004. h. 1 58 di RT 0906 Pondok Kelapa. 80 Erna adalah seorang ibu yang mempunyai empat orang anak itu selama ini dikenal sebagai bidan, tapi kenyataannya adalah bukan seorang bidan karena dia hanya lulus Sekolah Pendidikan Keperawatan SPK Sumatera Utara. Kini, Erna dan Pembantunya yaitu Genisah, ditahan di Polsek Duren Sawit. Polisi menyita alat-alat yang dipakai Erna untuk mengaborsi dari lantai dua rumahnya. Ada juga seorang wanita muda yang tengah menunggu Erna untuk menggugurkan kandungannya ikut dimintai keterangan oleh petugas. 81 7. Perkara melakukan tindakan pengguguran kandungan dengan modus izin membuka praktek dokter umum. Pada tanggal 22 Januari 2009 lalu, kepolisian juga mengendus sebuah tempat praktek dokter yang diduga dan kemudian terbukti menjadi tempat berlangsungnya abortus provokatus kriminalis yang dilakukan Klinik Pengobatan Dokter Ownie di Jalan Warakas I No 17, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Dalam kasus tersebut, polisi memeriksa satu buah kamar mandi, septic tank, serta saluran air antara kamar mandi dan septic tank. Hasilnya, setelah dilakukan pembongkaran, ditemukan 5 janin di saluran air. Tidak diketahui masing-masing jenis kelaminnya. Disebut kriminalis, karena izin praktek yang dimiliki yayasan tersebut adalah praktek dokter umum bukan kebidanan. Kedua, meski pelakunya beralasan bahwa pada umumnya yang mereka layani adalah pasangan suami isteri namun belum tentu ada alasan medis yang tepat. Dari penggerebekan yang 80 Harian POSKOTA, Kamis, 3 April 2008. h. 1dan 11 81 Harian POSKOTA, Minggu, 6 April 2008. h. 11 59 dilakukan polisi, beberapa pelaku abortus provokatus kriminalis ditangkap, di antaranya pasangan suami istri. Mereka adalah pasangan dokter umum dan bidan yang sudah beroperasi sejak 1987, Namun baru ketahuan melakukan aborsi ilegal sejak 17 Januari 2009, padahal lokasi praktek mereka berada di tengah-tengah pemukiman padat, dan berjarak hanya sekitar 200 meter dari Mapolsek Tanjung Priok. Pasiennya selain berasal dari Jakarta, juga berasal dari berbagai tempat seperti Bekasi dan Tangerang. Dengan biaya Rp 1,5 juta pasien bisa mendapatkan pelayanan pengguguran kandungan di tempat praktek dokter itu. Tempat ini menjadi terkenal berkat ‘promosi’ dari mulut ke mulut alias gethok tular. 82 8. Perkara melakukan tindakan pengguguran kandungan yang dilakukan oleh dukun. Seorang dukun urut bernama Kokom 56. Salah satu ‘pasiennya’ adalah Fitriani Arrazi alias Anny 17, siswi SMKN 9, Jalan Gedong Panjang, Jakarta Barat. Saat itu ia hamil 22,5 minggu akibat berzina dengan pacarnya bernama Suryadi 21. Selama hamil, tidak ada yang tahu keadaannya yang sudah berbadan dua itu, termasuk teman-temannya di sekolah. Karena, setiap ke sekolah Anny selalu menutupi perutnya yang semakin membesar itu dengan mengenakan jaket. Namun, ia cemas akan diberhentikan dari sekolah bila ketahuan sedang hamil di luar nikah. Maka, Anny pun menerima saran pacarnya untuk menggugurkan kandungan. Proses pengguguran kandungan berjalan mulus, sampai akhirnya pada tanggal 6 April 2008 Rimin 45 dan Abdul Rasyid 32 82 http:www.nahimunkar.com?p=233, Tanggal 16-03-09, jam 11.03 60 warga Jl. Mangga Besar XIIIA Mangga Dua Selatan Jakarta Pusat, mencium bau amis yang menyengat. Keduanya kemudian mencari sumber bau menyengat tadi. Ternyata, aroma menyengat itu berasal dari gundukan tanah di tepi sungai. Setelah digali, ada janin bayi yang masih berdarah beserta ari-arinya. Maka, Rimin dan Abdul Rasyid pun segera melaporkan temuannya itu kepada warga sekitar, dan diteruskan dengan melaporkan ke Polsek Sawah Besar. Berdasarkan temuan tersebut, polisi melakukan penyidikan. Akhirnya, pada dini hari 9 April 2008 polisi menciduk Anny dan Suryadi, yang sedang berada di rumah Anny yang jaraknya hanya beberapa ratus meter dari tempat penguburan janin. Berdasarkan hasil visum, diketahui bayi dipaksa untuk keluar hingga janin mati Berdasarkan rasa kemanusiaan dan mengingat pelaku masih berstatus pelajar, kepolisian memutuskan untuk tidak menjebloskan Anny ke dalam tahanan. Namun, Suryadi dan dukun urut Kokom ditahan hingga proses hukum selesai. Beruntung nyawa Anny tidak melayang bersama sang janin. 83 9. Perkara melakukan tindakan pengguguran kandungan yang dilakukan oleh dokter gigi. Praktek aborsi ilegal abortus provokatus kriminalis juga dilakukan oleh seorang dokter gigi. Hal ini pernah terjadi di Denpasar, Bali. Pelakunya bernama I Ketut Arik Wiantara 38. Praktek ilegalnya terbongkar setelah jatuh korban bernama Ni Komang Asih 30, yang meninggal dunia sehari setelah menggugurkan kandungan di tempat praktek aborsi ilegal di Jl. Tukad Petanu, 83 http:www.nahimunkar.com?p=233, tgl 16-03-09, jam 11.03. 61 Gang Gelatik, Denpasar, pada Sabtu 15 November 2008. Korban meninggal dunia di RSUP Sanglah, Denpasar, Minggu 16 November karena mengalami pendarahan akibat luka robek di rahim. Ni Komang Asih hamil akibat dari hubungan zinanya dengan Suartama yang telah beristri. Suartama kemudian mengajak korban menggugurkan kandungannya di tempat praktek I Ketut Arik Wiantara. Dokter gigi I Ketut Arik Wiantara beberapa tahun lalu sudah membuka praktik aborsi ilegal dan pernah divonis dua tahun penjara PN Denpasar pada tahun 2005. Setahun setelah menghirup udara bebas, ia kembali membuka praktik aborsi ilegal di tempat yang sama. 84 10. Perkara melakukan tindakan pengguguran kandungan yang dilakukan oleh bidan. Praktek abortus provokatus kriminalis memang sangat riskan, ibarat menjemput maut. Hal tersebut terjadi pada diri Novila Sutiana 21 warga Dusun Gegeran, Desa Sukorejo, Kabupaten Ponorogo. Novila berpacaran dengan Santoso 38 warga Desa Tempurejo, Kecamatan Wates, Kediri, yang masih tergolong pamannya sendiri dan melakukan perzinaan . Ketika usia kehamilan Novila berusia 5 minggu, mereka mendatangi seorang bidan bernama Endang Purwatiningsih 40 di Desa Tunge, Kecamatan Wates, Kediri, untuk melakukan aborsi. Sejak 14 Mei 2008, mereka melakukan konsultasi dan pembicaraan mendetail dengan bidan Endang. Akhirnya dicapai kesepakatan, aborsi dilakukan 17 Mei 2008 dengan biaya sebesar Rp 2 juta. Proses aborsi dilakukan bidan di klinik tempatnya bekerja yang sekaligus rumah tinggalnya. Ketika itu, bidan 84 Ibid, dan detiknews., Senin, 17112008 14:37 WIB 62 Endang menyuntikkan sesuatu di bagian kiri bokong Novila. Selang satu jam, sang bidan kembali menyuntikkan vitamin ke bagian kanan bokong Novila. Maksudnya, agar cepat mengalami kontraksi dan janin dalam kandungan Novila dapat keluar dengan sendirinya. Namun perkiraan bidan meleset. Hingga beberapa jam kemudian Novila tak kunjung mengalami kontraksi. Akibatnya, Novila meninggalkan lokasi klinik bidan dan berkunjung ke rumah sahabatnya di Desa Plosoklaten. Di tengah perjalanan tepatnya di Kecamatan Puncu, Novila muntah darah dan pingsan di jalan. Tentu saja hal ini membuat Santoso pacar Novila panik dan kembali menghubungi sang bidan. Atas rujukan bidan dan pertolongan warga, Novila dilarikan ke RSUD Pelem Pare, namun di tengah perawatan korban meninggal dunia . 85

C. Pandangan Sosiologis Terhadap Aborsi Provokatus Criminalis