Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an mengemukakan bukti yang jelas bahwa kaum perempuan sama kedudukannya dengan kaum laki-laki dalam pandangan Tuhan dalam batas-batas hak-hak dan tanggung jawabnya. 1 Tetapi dengan begitu, perempuan adalah makhluk yang lemah yang harus dicintai dan disayangi. Allah menciptakan makhluknya itu terdiri atas laki-laki dan perempuan. Dari berpasang-pasang itu bisa menimbulkan rasa saling memiliki antara keduanya yaitu membuat suatu ikatan yang sah dalam pandangan agama maupun masyarakat luas yang disebut ikatan pernikahan. Ikatan pernikahan merupakan sebuah kehidupan babak baru bagi setiap insan yang melakukannya, yang boleh melakukan hubungan biologis. Hubungan ini merupakan naluri Ilahiyah untuk berkembang biak dan melakukan regenerasi yang hanya diberikan oleh seorang wanita dari proses kehamilan di dalam rahim. 2 Melalui proses kehamilan itulah wanita bisa melahirkan seorang bayi yang diinginkannya atas izin Yang Maha Kuasa. Mereka juga mempunyai hak untuk menentukan kapan dan berapa banyak untuk memiliki anak. Sesuai ICPD 1 Abbas Syauman, Hukum Aborsi Dalam Islam, Jakarta: Cendekia Sentra Muslim, 2004, Cet. I, h. 14. 2 Ahmad Sudirman Abbas. MA., Pengantar Pernikahan Analisa Perbandingan Antar Madzhab, Jakarta: PT. Prima Heza Lestari, 2006, Cet. I, h. 1. 1 International Conference on Population and Development di Cairo 1994, yang menetapkan keputusan tentang penekanan hak perempuan dalam kaitannya dengan pembangunan, khususnya dalam hal pengurusan anak. Oleh karena itu, dari dampak keputusan tersebut ialah bahwa kita semua harus menghargai dan menjaga agar keturunan kita atau generasi yang akan datang memang direncanakan dan bermutu. 3 Meskipun Islam senantiasa menganjurkan umatnya untuk memperbanyak keturunan, namun Islam tidak melarang pembatasan keturunan dalam keadaan tertentu. Sesuai dalam kitab Fiqhus-Sunnah, Sayyid Sabiq mengatakan: ”Diperbolehkan membatasi keturunan jika keadaan suami banyak mempunyai anggota keluarga, sehingga dikhawatirkan tidak mampu memberikan pendidikan kepada putera-puterinya secara baik. Demikian pula jika si isteri dalam keadaan lemah atau secara terus-menerus hamil, sementara suami dalam keadaan miskin. Pada kondisi seperti ini, maka pembatasan terhadap kelahiran diperbolehkan. Bahkan sebagian ulama berpendapat, bahwa pembatasan kelahiran pada kondisi ini bukan hanya diperbolehkan, akan tetapi disunnatkan”. 4 Sementara itu banyak bentuk penyimpangan terhadap ajaran Islam yang dilakukan oleh masyarakat modern adalah kehidupan free sex yang semakin meningkat dan terbuka dilakukan. Akibat dari kehidupan free sex, maka banyak terjadi kehamilan diluar nikah sehingga menimbulkan kepanikan, baik bagi wanita yang bersangkutan maupun keluarganya. Untuk menghindari rasa malu, maka banyak 3 Maria Ulfah Anshor, Wan Nedra, Sururin., Aborsi Dalam Perspektif Fiqh Kontemporer, Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2002, h. 2. 4 M. Abdul Ghoffar E. M., Fiqih Wanita, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1998, Cet. I, h. 425. 2 diantara mereka melakukan aborsi pengguguran kandungan. Di samping itu, juga muncul praktek aborsi dari wanita yang hamil dari suami yang sah, tetapi kehamilan tersebut tidak dikehendaki karena berbagai alasan. 5 Allah ‘Azza wa Jalla telah menetapkan diantara tujuan-tujuan syari’at-Nya yang bijaksana adalah menjaga jiwa manusia secara umum, dan jiwa mukmin secara khusus. Dan suatu kejahatan pembunuhan bertambah buruk apabila korban pembunuhan tersebut adalah anak pelakunya sendiri dengan alasan apapun seperti yang dilakukan orang Jahiliyah. Yang bahwasanya Allah telah melarang hal itu dan mensifatinya dengan kesalahan yang besar. Pengharaman yang berkaitan dengan pembunuhan ini tidak terbatas pada pembunuhan anak setelah kelahiran, tetapi juga mencakup janin yang ada di perut ibu karena pada akhirnya akan dilahirkan. 6 Dari pengharaman pembunuhan janin manusia itulah mengakibatkan peningkatan tindakan pengguguran kandungan. Sesuai fakta yang tercatat Kompas, 3 Maret 2000 bahwa aborsi telah dilakukan oleh 2,3 juta perempuan. Berbagai jalan alternatif ditempuh yang mengakibatkan tindak aborsi yang tidak aman unsafe abortion yang mengakibatkan kematian. Yang menurut data WHO terdapat 15-50 kematian ibu disebabkan oleh aborsi tidak aman. Dari 20 juta pengguguran kandungan tidak aman yang dilakukan tiap tahun, ditemukan 70.000 perempuan yang meninggal dunia. 7 5 M. Hamdan Rasyid, M.A., Fiqih Indonesia Himpunan Fatwa-Fatwa Aktual, Jakarta: PT. Al-Mawardi Prima, 2003, Cet. I, h. 200. 6 Abbas Syauman, Hukum Aborsi Dalam Islam, h. 14-16. 7 Maria Ulfah Anshor, Wan Nedra, Sururin, Aborsi Dalam Perspektif Fiqh Kontemporer, h. v. 3 Keputusan untuk melakukan aborsi biasanya ditempuh oleh mereka yang sedang mengalami depresi atau kebingungan. Oleh karena itu, jangan mengambil keputusan saat sedang mengalami depresi, putus asa atau kecewa. Dalam keadaan tenang, sehat dan dapat berpikir jernih, keputusan untuk melakukan aborsi sama sekali tidak terlintas. 8 Berdasarkan latar belakang dan persoalan di atas, penulis merasa tertarik untuk membahas dan menjadikan sebuah penelitian skripsi dengan judul “Aspek Sosiologis Aborsi Provokatus Criminalis Dalam Perspektif Hukum Islam “.

B. Perumusan Masalah