Konsep Keluarga Bahagia dalam Surat at-Tahrim ayat 6
dan memberikan pengetahuan akhlak, karena diantara manusia yang diberikan azab pada hari kiamat ialah dari kebodohan keluarganya.
Maksudnya tak pedulinya seorang kepala keluarga mementingkan nilai agama dan akhlak kepada keluarganya.
8
Dalam ayat ini firman Allah ditujukan kepada orang-orang yang percaya kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, yaitu memerintahkan supaya
mereka, menjaga dirinya dari api neraka yang bahan bakarnya terdiri dari manusia dan batu, dengan taat dan patuh melaksanakan perintah Allah,
dan mengajarkan kepada keluarganya supaya taat dan patuh kepada perintah Allah untuk menyelamatkan mereka dari api neraka.
Di antara cara menyelamatkan diri dari api neraka itu ialah mendirikan salat dan bersabar, sebagaimana firman Allah SWT.
Allah swr berfirman:
ش ش
Janganlah engkau menyekutukan Allah, sesungguhnya syirik itu kezaliman yang nyata.
Kata larangan disini merupakan bentuk penegasan kepada manusia dengan redaksi yang ditampilkan agar jangan meneyekutukan Allah swt.
Pada ayat ini pula merupakan penggalan ayat 13 yang ketika orang tua wajib dalam posisi pemimpin dalam rumah tangga berkata baik dan diisi
dengan nasihat. Di dalam nasihatnya tersebut sebagai penekanan orang tua harus mampu berkata dan meyekinkan, wahai anakku Janganlah engkau
meneykutukan Allah, memang dalam redaksi ayat ini seorang anak tidak berbalik bertanya adapakah kenapa tidak boleh menyekutukan Allah. Nah
disinilah peranan orang tua memberikan informasi tentang pentingnya pengetahuan akidah, tanda-tanda kebesaran Allah dan meyaiknkan kepada
anak bahwa perrbuatan yang menggantungkan kepada sesuatu selain Allah, berharap selain Allah adalah syirik dan syirik merupakan perbuatan
zalim yang sangat besar.
8
Imam Nawawi al Bantani, ‘Uqudul Jain, Pustaka „Alawiyah. Semarang. Hal 6
Maka dalam konsep penekanan nilai akidah ini, Ibnu „Abas menafsirkan surat at Tahrim ayat 6 diantara agar terhindarnya diri dan
keluraga anak. Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, dalam penafsirannya bahwa orang yang
beriman berkewajiban menjaga jiwa mereka dan keluarganya yakni seorang istri, dan anak-anaknya agar terhindar dari api neraka dengan cara
memberikan mereka pemahaman, pelajaran, pendidikan ilmu syariat Islam dan memberikan pengetahuan akhlak, karena diantara manusia yang
diberikan azab pada hari kiamat ialah dari kebodohan keluarganya. Maksudnya tak pedulinya seorang kepala keluarga mementingkan nilai
agama dan akhlak kepada keluarganya.
9
Sebagaimana hadits Nabi saw :
ق ، ه
: ه
- ه ص
- ،
: ،
: ف ج
، إ
ج ف ،
ف ّ خ ، ف ،
قف
Ibnu ‘Umar r.a berkata: Saya mendengar Rasulullah saw bersabda: Kamu sekalian adalah pemimpin, dan kamu akan ditanya
tentang kepemimpinanmu terhadap rakyat. Orang laki-laki memimpin keluarganya dan bertanggung jawab tentang pimpnannya. Istri memimpin
rumah tangga suaminya dan bertanggung jawab atas pimpinannya. Pelayan buruh memimpin kekayaan majikan dan akan ditanya tentang
pemeliharaanya. Maka kamu sekalian sebagai pemimpin dan masing- masing bertanggung jawab atas pimpinan dan rakyatnya HR. Bukhari
Muslim
10
Hadits di atas memberikan pesan bahwa setiap manusia menegmban amanah dalam persoalan apapun dengan tugas dan tanggung
9
Imam Nawawi al Bantani, ‘Uqudul Jain, Semarang: Pustaka „Alawiyah, t.t, h. 6
10
an-Nawawy, Imam Abu Zakaria Yahya bin Syarf, Riadhus Sholihin. Penterjemah: Salim Bahreisj. Bandung: Al-
Ma‟arif, 1986. h. 287
jawabnya. Maka kepemimpinan dibidang pekerjaan maupun status seseorang juga dilibatkan untuk mempertanggung jawabkan sesuai apa
yang telah diletakan pada pundaknya. Dalam hal ini termasuk amanah dan tanggung jawab kepemimpinan dalam rumah tangga.
Dalam merealisasikan hal tersebut terutama orang tua hendaknya memiliki jiwa dan keprihatinan terhadap anak dapat pula mengkaji surat
Luqman ayat 13-19 sebagai sebagian faktor pendukung konsep meraih kebahagiaan dalam rumah tangga, seperti dalam nasihat Luqman yang
mengintegritaskan keluhuran hikmah melalui penekanan dan penyampaian nasihat yang berintikan nilai tauhid, keimanan, ibadah dan akhlak.
Konsep kebahagiaan dalam surat at-Tahrim ialah menegedepankan nilai keyakinan bahwa kehidupan ialah mempertahankan eksistensi
keimanan yang mantap dengan konsep, pertama menjaga diri sendiri dan keluarga, kedua, nilai ketaatan dalam bersikap pada keseharian kehidupan
dalam mencari dan menfasiliasinya dengan ilmu dan agama, ketiga, nilai keimanan adanya surga dan neraka, kata neraka tersebut sebagai jawaban
prasyarat dengan mengantisipasi melalu perbuatan yang baik.Sebagaimana pesan rasul “Janganlah engkau tinggalkan keluarga dan anak-anakmu
dalam keadaan lemah dalam beragama, lemah pendidikannya. ”