Struktur Hubungan Keluarga PERANAN ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN KELUARGA
Menurut Jalaluddin Rakhmat, menyebutkan ada tiga macam stuktur hubungan keluarga,
3
yang secara ringkas dipaparkan sebagai berikut: Pertama, Struktur komplementer, yang biasa disebut sebagai pola keluarga
tradisonal. Pada hubungan sejenis ini, ada dua pihak yang menjalankan peran tidak sama, dan masing-masing menekankan ketidaksamaan tersebut, tetapi
masing-masing pihak merasa tidak dapat hidup dengan baik tanpa kehadiran pihak lainnya. Dalam struktur komplementer, kesamaan itu justru akan merusak
hubungan suami istri, keluarga yang seperti ini tidak akan menemukan kedamaian dan harmoni. Dari banyak penelitian dietemukan, bahwa struktur keluarga yang
terjamin stabilitasnya adalah struktur keluarga komplementer yang dianggap tradisonal tadi. Misalnya, suami berperan mencari nafkah atau pekerja sosial
lainnya, sedangkan istri berperan sebagai pengurus rumah tangga dan memelihara anak-anaknya dengan baik, istri menjadi menejer rumah tangga yang mengatur
masalah-masalah dalam keluarga. Meskipun struktur hubungan keluarga yang komplementer ini banyak dikritik oleh orang modern sekarang, karena menurut
mereka, salah satu karakteristik komplementer ialah adanya hubungan kekuasaan yang tak seimbang. Ada satu pihak yang memiliki kekuasaan lebih banyak
daripada pihak yang lain, yang biasanya suami memiliki lebih banyak kekuasaan daripada istri.
Kedua, Struktur Simetris, ini yang sering disebut sebagai stuktur hubungan keluarga modern, yaitu suami dan istri memasuki pernikahan seperti memasuki
sebuah “kontrak” perjanjian, dan mereka umumnya merumuskan kontrak tersebut secara tertulis. Contoh hubungan keluarga simetris ini banyak ditemui di
Amerika Serikat dan di negara Eropa, diantaranya suami istri membuat perjanjian yang disepakati bersama, diantara keduanya ada power yang seimbang. Kedua
belah pihak dapat memutuskan kehendaknya masing-masing. Disini unsur otonomi lebih dominan dari pada unsur relationship. Mereka hanya terikat dengan
perjanjian kerjasama yang disebut dengan kontrak keluarga. Masing-masing suami istri dapat mengejar keinginan tanpa ada halangan dari kedua belah pihak.
3
Jalaludin Rakhmat, Keluarga Muslim dalam Masyarakat Modern, Bandung: Rajawali Press, 1993, h. 107-110
Struktur hubungan simetris ini cenderung tidak stabil, bahkan biasanya tidak tahan menghadapi guncangan yang terjadi dalam kehidupan keluarga. Masing-
masing suami istri cenderung menyelesaikannya menggunakan kepentingannya sendiri-sendiri.
Ketiga, Stuktur
pararel, merupakan
gabungan antara
struktur komplementer dan struktur simetris, kedua belah pihak berada dalam hubungan
komlplomenter yang saling membutuhkan dan saling melengkapi serta saling bergantung, tetapi pada bagian tertentu dan dalam waktu tertentu mereka memiliki
kebebasan dalam melakukan sesuatu tanpa harus disetujui pihak lain dalam kehidupan keluarga suami tidak dapat mencampuri urusan istri, dan sebaliknya
istri tidak dapat mencampuri urusan suami. Dalam menyikapi problem keluarga dapat dilakukan dengan negoisasi dengan sikap saling mengakomodasi
kepentingan kedua belah pihak.