Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna diantara mahluk ciptaan Tuhan, karena manusia memiliki akal. Namun demikian sebagai mahluk biologis merupakan individu yang memiliki potensi-potensi kejiwaan yang harus dikembangkan. Dalam rangka perkembangan individu ini diperlukan suatu keterpaduan antara pertumbuhan jasmani dan rohani. 1 Dalam hidup bermasyarakat selain manusia sebagai mahluk sosial yang ketergantungan saling membutuhkan sesamanya. Terlepas yang demikian itu, kiranya ada suatu komintas kecil hidup dalam kebersamaan Sebut keluarga, bertemu memperhatikan gerak gerik mulai isak tangis ketika dalam buaian sang ibu sampai tingkat kematangan berfikir, kematangan dalam beragama, bahkan segala tuntutan kebutuhan setiap anggota yang di dalamnya mencoba memenuhi kebutuhan karena menyangkut hak dan kewajiban. Disamping itu untuk mempertahankan eksistensi manusia yang berupaya menjadikan dirinya menjadi mulia disisi Tuhannya sebagai hamba yang mengharapkan keridhoan-Nya, dengan kemuliaan tersebut barulah ia mendapatkan kebahagiaan yang sempurna. Dengan demikian setiap keluarga meniginginkan hidup bahagia, bahagia karena telah mengharumkan nama baik keluarga, mengangkat derajat keluraga dengan 1 Aziz, Arnicun, Hartono, Ilmu Sosisal Dasar, Jakarta: Bumi Aksara. 1990. h. 60 pendidikan, dan memberikan hak-hak dan kewajiban dalam keluarga berupa ketenangan zhohir maupun batin. Keluarga merupakan kelompok primer yang paling penting dimasyarakat. Keluraga merupakan sebuah group yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan wanita, perhubungan sedikit banyak berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Jadi keluarga dalam bentuk yang murni merupakan satu kesatuan sosial yang terdiri dari suami isteri dan anak-anak. 2 Keluarga dalam bermasyarakat merupakan bagian dari kehidupan sosial. Dengan kata lain disebut dengan masyarkat nomaden yang berarti selalu berpindah pindah, berubah-ubah. Kepindahan yang dimaksud dalam arti luas. Bisa saja kata tersebut dilihat dari fungsi kebutuhan yang akan ditujunya, seperti berpindah dari tempat satu ketempat yang lain agar mendapatkan sesuatu yang lebih baik dari segi perekonomian, ataupun pendidikan. Kita sadar untuk meraih semua itu, kemenangan tak akan ada tampak adanya latihan yang sungguh sungguh, pintu tak akan terbuka bila mana seorang tamu tidak mengetuk dan memberi salam, dan tidak ada kebahagiaan sebelum adanya usaha-usaha meraih kebahagian tersebut. Esensi kebahagian dalam keluarga akan terus melekat terbayang. Karena pada dasarnya kebahagian merupakan tema klasik yang tetap aktual sepanjang sejarah keberadaan manusia di dunia ini yang selalu diidam-idamkan Ada banyak sudut yang bisa dirujuk mengenai tema ini. Berbagai agama dan ajaran spritual, filsafat, psikologi dan ilmu pengetahuan telah dan terus memproduksi cara atau pemahaman yang berkenaan dengan kewajiban untuk membahagiakan keluarga. Betapa idealnya jika manusia dapat menyeimbangkan antara keinginan untuk memperoleh kebahagian dengan memenuhi hak kewajiban keluarga orang tua terhadap anak sesuai tuntunan yang luhur tanpa sengaja melanggar norma- norma moral dan usaha sungguh-sungguh untuk meraih kebahagiaan setelah melaksanakan kewajiban dasar yang harus dilaksanakan dalam kehidupam keluarga. 2 Aziz, Arnicun, Hartono, Ilmu Sosisal Dasar … h. 79 Al- Qur’an al-Karim sebagai sebagai kitab petunjuk yang tidak ada keraguan juga sebagai sumber hukum Islam mempunyai penjelasan tentang kewajiban keluarga khususnya orang tua terhadap anak begitu sebaliknya seorang anak yang sepatutnya bersyukur kepada orang tua yang nantinya akan bermuara kepada kebahagiaan. Sebagaimana dalam surat Ar-Rum ayat 21: ْ هتايآ ْ ق خ ْ كل ْ ْ كسفْ اًجا ْ او كْستل ا ْيلإ لعج ْ ك ْيب ًةَّو ً ْحر َ إ يف كلذ تاي ل مْوقل َكفتي Diantara tanda-tanda kekuasaan-Nyaialah ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendirisupaya kamu cendereungdan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantara kamu merasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berfikir. Selain itu dalam al- Qur’an tentang keluarga, peranan orang tua terhadap anak diungkapkan berbagai kalimat yang terdiri dari redaksi penyampaian tema yang berbeda. Memang terkadang al- Qur’an menyinggung seperti masalah pembagian harta warisan, hukum pernikahan, pendidikan dalam keluarga dan lain lain. Dengan demikian patut diakui Al- Qur’an sebagai sumber hukum Islam yang memeberikan kontribusi mendalam yang patut diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam kehidupan keluarga yang sesuai peranan orang tua kepada anak sebagai pelindung serta penasihat yang dijadikan suri tauladan di dalam keluarga. Berdasarkan penjelasan di atas penulis tertarik untuk mengkaji serta menganalisa konsep keluarga yang ada dalam al- Qur’an, untuk itu penulis mengambil judul “KONSEP AL-QUR’AN TENTANG KELUARGA BAHAGIA ”

B. Batasan dan Perumusan Masalah