Konsep penekanan dalam nilai ketakwaan, ibadah dan amar ma’ruf
ص ف
ق ص
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang
mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh
Allah. Luqman:17
Ayat 17 mengisyaratkan penempatan orang tua sebagai model, sebagai panutan dalam keluarga dengan menyerukan kepada anggota
keluarga agar memerintahkan sholat, dan amar ma‟ruf nahi mungkar. Konsep amar ma‟ruf nahi mungkar ini dapat dijalankan apabila bentuk
perintah yang disampaikan telah dicontohkan sebelumnya oleh orang yang memerintahkan. Konsep kebahagiaan yang dapat dijadikan ialah bahwa
shalat dan amar ma‟ruf nahi mungkar adalah bentuk perintah yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim, dengan mengikuti perintah-Nya niscaya
akan diberikan kebahagiaan, akan tetapi yang harus diperhatiikan ialah setiap amal ibadah, dan menegakan amar ma‟ruf dilaksanakan dengan
penuh kesabaran. Diantara Firman Allah swt yang berkenaan penegakan amar ma‟ruf
nahi mungkar akar diganjar dengan kebahagiaan, seperti firman Allah swt:
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang maruf dan mencegah
dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung. Ali-Imron 104.
29
Maruf ialah segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada
Allah; sedangkan Munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.
29
Qur‟an Terjemahnya, h. 93
Tugas keluarga dalam mendidik anak hendaknya mencontohkan perihal yang baik terlebih dahulu kepada seorang anak, dengan cara
membimbing, mengajak shalat berjama‟ah juga memberikan pemantapan tentang keutamaan keutmaan berbuat baik.
Allah swt berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati
melainkan dalam Keadaan beragama Islam. Ali Imron 102.
30
Dalam menyampaikan amar ma‟ruf hendaklah ia seorang alim dan berakhlak baik, bersikap lemah lembut, dan tidak bersifat keras agar tidak
melampaui batas sehingga lebih banyak merusak daripada memperbaiki sehingga dalam tegurannya terdapat semacam pelanggaran.
31