Kewajiban Menafkahi Keluarga Pembentukan Keluarga Bahagia

sesuai kemampuan dari usaha suami, dan suami harus yakin bahwa dalam mengusus rumah tangga Allah akan memberikan ganjaran keberkahan yang Allah langsung menjaminnya. ف خ ف ء ش ف Tiadalah kamu menafkahkan sesuatu melainkan Allah yang akan menggantikannya as-Saba:39 18 Rasulullah saw bersabda : - ه - ق ، : ه ق - ه ص : - ّ ، ه ف ف ّ ف ّ ، ق ّ ، ق ف ف ف ج ، Artinya : Abu Hurairah r.a berkata; Bersabda Rasulullah saw: satu dinar kau dermakan dalam perjuangan fisabilillah, dan satu dinar kau pergunakan memerdekakan budak sahaya, dan satu dinar kau sedekahkan pada orang miskin, dan satu dinar yang kau belanjakan untuk keluargamu, yang terbesar pahalanya ialah kau belanjakan untuk keluargamu. HR. Muslim 19 Ayat dan hadits di atas merupakan bagian kewajiban menafkahi keluarga baik lahiriah dan batin, karena diketahui bersama tanggung jawab suami ialah menfkahi seorang istri dan ank-anaknya, tidak hanya menggugurkan kewajiban sebagi pemimpin rumah tangga saja, melainkan berusaha memberikan yang terbaik demi tercapainya harmonisasi dalam keluraga melalui nafkah yang telah diusahakan, terlebih lagi dari hasil usaha yang halal. Quraish Shihab berpendapat: Adalah merupakan kewajiban setiap orang untuk memelihara kesehatannya, seperti terungkap dalam sabda Rasul saw : Sesungguhnya badanmu mempunyai hak atas dirimu, artinya adalah merupakan kewajiban seseorang untuk menjaga jasmaninya 18 Al- Qur‟an Terjemahannya, h. 690 19 an-Nawawy,Imam Abu Zakaria Yahya bin Syarf, Riadhus Sholihin . …. h. 281 sehingga berfungsi sebagaimana fungsinya. Nah, disinilah seorang suami istri dan keluarga selain nafkah berupa materil, tetapi juga untuk kepentingan jasmani. 20

4. Kewajiban Memberikan Pendidikan Agama

Allah swt berfirman : ص ا Artinya : Perintahkanlah keluargamu mengejarkan shalat, dan sabarlah atas melakukannya at-Thoha: 132 Mendidik anak merupakan kewajiban setiap orang tua untuk selalu memberikan informasi serta menanamkan nilai-nilai agama. Karena agama adalah pedoaman hidup bagi pemeluknya. Islam merupakan agama yang sempurna dan diridhoi Allah swt , bahkan Allah mengecam agar selalu bertakwa dan meninggal dalam keadaan muslim. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam surat at-Tahrim ayat 6, Imam Nawawi al- Bantani dalam kitabnya „Uqud al Jain menjelaskan : Maka dalam konsep penekanan nilai akidah ini, Ibnu „Abas menafsirkan surat at Tahrim ayat 6 diantara agar terhindarnya diri dan keluraga anak. Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, dalam penafsirannya bahwa orang yang beriman berkewajiban menjaga jiwa mereka dan keluarganya yakni seorang istri, dan anak- anaknya agar terhindar dari api neraka dengan cara memberikan mereka pemahaman, pelajaran, pendidikan ilmu syariat Islam dan memberikan pengetahuan akhlak, karena diantara manusia yang diberikan azab pada hari kiamat ialah dari kebodohan keluarganya. Maksudnya tak pedulinya seorang kepala keluarga mementingkan nilai agama dan akhlak kepada keluarganya. 21 20 Membumikan al- Qur’an, Bandung: Mizan, 1992, h. 286 21 Imam Nawawi al Bantani, ‘Uqudul Jain, Semarang: Pustaka „Alawiyah, t.t, h. 6 Dari sebagian konsep yang telah dikemukakan melalui ayat qur‟an surat ar-Ruum:21, at-Tahrim: 6 dan al-Anfal :27-28 dan hadits-hadits pendukung pembentukan menggapai keluarga bahagia, menurut penulis dapat dijadikan konsep meraih keluarga bahagia sesuai tuntunan al- Qur‟an dan sunnah. Karena pada dasarnya konsep merupakan subtansi dari totalitas suatu definisi yang mempunyai perincian penjelasan dari defenisi tersebut. Ibnu Khalid berpendapat: Bahagia itu adalah tunduk dan patuh mengikut garis-garis yang ditentukan Allah SWT. Imam Al-Ghazali pernah berkata: Bahagia tiap-tiap sesuatu adalah apabila ia dapat merasakan kenikmatan, kesenangan dan kelezatan dalam gerak langkah hidup kita. 22 Kedua pendapat ini mempunyai maksud dan tujuan yang sama yaitu setiap manusia mesti hidup didalam kesempurnaan dan kebahgiaan di dunia yaitu mempunyai segala keperluan, harta dan kesehatan. Manusia juga mesti hidup dalam kesempurnaan dan kebahagiaan di akhirat yaitu mempunyai keimanan dan ketakwaan terhadap segala perintah Allah SWT dan Rasulnya. Selanjutnya, kewajiban terhadap diri sendiri adalah tanggung jawab membina dan mendidik dirinya, akalnya, harta benda, nyawa dan kehormatannya. Setelah itu haruslah berlandaskan atas dasar Mahabbah kasih sayang dan belas kasihan diantara keduanya. Oleh karenanya masyarakat itu dibina dari sebuah keluarga, sudah pasti nilai-nilai yang baik dan murni tidak kelihatan selagi nilai-nilai itu belum diamalkan oleh setiap orang dalam keluarga. Islam telah menentukan hak-hak dan kewajiban seseorang terhadap dirinya dan juga masyarakat. 22 http. Nurul Hakim, S.Ag. Konsep Keluarga Sakinah Perspektif UU NO.1 Tahun 1974 dan PP No. 10 TAHUN 1983