Model Upah Kaku Model Kesalahan Persepsi-Pekerja

Penyerapan tenaga kerja . D 1 L 1 D 2 S 1 S 2 G F W 2 We W 1 Gambar 2.8. Hubungan antara Tingkat Upah dan Penyerapan Tenaga Kerja

2.3.2 Model Upah Kaku

Dalam banyak industri, upah nominal ditetapkan oleh kontrak jangka panjang, sehingga upah tidak dapat menyesuaikan diri dengan cepat ketika kondisi ekonomi berubah. Bahkan dalam industri yang tidak dilindungi oleh kontrak formal, kesepakatan-kesepakatan implisit antara para pekerja dan perusahaan dapat membatasi perubahan upah. Upah juga bergantung pada norma-norma sosial dan gagasan keadilan yang terus berevolusi. Akibatnya, banyak ekonom percaya bahwa upah nominal kaku dalam jangka pendek.Mankiw, 2000 46 Model upah kaku stick-wage model menunjukkan implikasi dari upah nominal kaku pada penawaran agregat. Untuk mengkaji-ulang model ini, perhatikanlah apa yang terjadi pada jumlah output yang diproduksi ketika harga naik: 1. Ketika upah nominal tidak berubah, kenaikan dalam tingkat harga menurunkan upah riil, yang membuat tenaga kerja lebih murah. 2. Upah riil yang lebih rendah mendorong perusahaan menarik lebih banyak tenaga kerja. 3. Tenaga kerja tambahan memproduksi lebih banyak output. Mankiw, 2000

2.3.3 Model Kesalahan Persepsi-Pekerja

Model kesalahan persepsi pekerja mengasumsikan bahwa upah bisa menyesuaikan dengan bebas dan cepat dalam menyeimbangkan penawaran dan permintaan tenaga kerja. Asumsi pentingnya adalah bahwa pergerakan yang tidak diharapkan pada tingkat harga mempengaruhi penawaran tenaga kerja karena para pekerja kadang-kadang tidak memahami mana upah riil dan mana upah nominal. Mankiw, 2000 Untuk mengilustrasikan model kesalahan persepsi pekerja adalah sebagai berikut, jika kenaikan harga mengejutkan pekerja maka P e tetap sama ketika P naik. Kenaikan dalam PP e menggeser kurva penawaran tenaga kerja ke kanan, seperti dalam gambar 2.9. yang menurunkan upah upah riil dan menaikkan tingkat pengkaryaan. Esensinya, para pekerja percaya bahwa tingkat harga adalah lebih rendah, dan upah riil yang lebih tinggi, daripada yang sebenarnya dalam kasus 47 tersebut. Kesalahan persepsi ini mendorong mereka untuk menawarkan lebih banyak tenaga kerja. Perusahaan diasumsikan mendapatkan informasi yang lebih baik daripada pekerja dan menyadari terjadinya penurunan dalam upah riil, sehingga mereka menggunakan lebih banyak tenaga kerja dan memproduksi lebih banyak output. Mankiw, 2000 upah riil, WP WP 1 WP 2 tenaga kerja, L L d L s 1 L s 2 3. ..dan meningkatkan kesempatan kerja, output, dan pendapatan. 1. Kenaikan yang tidak diharapkan dalam tingkat harga menaikan penawaran tenaga kerja... L 2 L 1 2. ..yang menurunkan upah real.. Gambar 2.9. Kurva Model Kesalahan Persepsi-Pekerja 2.4 Penelitian Sebelumnya Elnopembri 2007 melakukan penelitian analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja industri kecildi Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upah minimum regional 48 memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja industri kecil. Tingkat suku bunga kredit investasi Bank Pembangunan daerah dan Bank Pemerintah di daerah sama-sama memilikik pengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja industri kecil artinya peningkatan suku bunga kredit akan mengakibatkan turunnya permintaan tenaga kerja industri kecil. Nilai produksi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja industri kecil. Ekspansi yang dilakukan industri kecil dengan menciptakan akses pasar akan mendorong peningkatan produksi sehingga berdampak terciptanya lapangan kerja baru. Sitorus 2007 meneliti kesempatan kerja di Sumatera Utara menyatakan bahwa kesempatan kerja dipengaruhi oleh tingkat upah dan Pendapatan Domestik Regional Bruto PDRB. Syafaat dan Friyatno dalam Rachman 2005 meneliti kesempatan kerja dikawasan timur Indonesia pasca krisis ekonomi dengan membandingkan kesempatan kerja yang tercipta dengan pertumbuhan PDRB dikawasan timur Indonesia. Dalam penelitiannya tersebut menunjukkan bahwa PDRB yang menurun mengakibatkan kesempatan kerja mengalami penrunan, terutama disektor pertanian yang rentan terhadap krisis ekonomi pada struktur ekonomi di wilayah dikawasan timur Indonesia. Dengan kondisi ini disarankan perlu perencanaan pembangunan ekonomi mempunyai ketahanan yang tinggi untuk dapat menciptakan kesempatan kerja. 49 Kasryno 2000 menyatakan bahwa kesempatan kerja dipengaruhi oleh tingkat upah, kenyamanan kerja, mobilitas tenaga kerja dan tingkat pertumbuhan angkatan kerja. Safrida 1999 dalam penelitiannya mengenai dampak kebijakan upah minium dan makroekomonomi terhadap laju inflasi, kesempatan kerja serta permintaan dan penawaran agregat menyatakan bahwa khususnya dari kesempatan kerjanya tingkat upah minimum, pendapatan rasional, serta investasi merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi permintaan dan penawaran tenaga kerja. Yenetri 1998 dalam penelitiannya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja di Sumatera Barat menyatakan bahwa tingkat upah, keterbatasan modal, teknologi dan skala usaha merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesempatan kerja.

2.5 Hipotesis