f. Jumlah peserta didik adalah jumlah siswa yang mengikuti kegiatan kursus pada lembaga kursus dalam satuan orang per tahun.
g. Ekspansi adalah kegiatan perluasan usaha ekspansi yang dilakukan lembaga kursus dari pendapatan usaha yang diperoleh, bisa dilakukan dengan membuka
cabang atau tidak.
3.8 Uji Kesesuaian Test of Goodness of Fit
Uji kesesuaian dilakukan berdasarkan nilai koefisien determinasi R
2
, yang kemudian dilanjutkan dengan F-test dan T-test. Koefisien determinasi R
2
adalah angka yang menunjukkan besarnya proporsi atau persentase variansi variabel variabel
bebas independent variable menjelaskan variabel terikat dependen variable. F-tes dimaksudkan untuk menguji pengaruh secar serentak bersama dari variabel-variabel
bebas independent variable terhadap variabel terikat dependent variable. T-test dimaksudkan untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel bebas
independent variable secara parsial terhadap variabel terikat dependent variable.
3.9 Uji Pelanggaran Asumsi Klasik
Dalam suatu model regresi ada beberapa permasalahan yang biasa terjadi yang secara statistik dapat mengganggu model yang telah ditentukan, bahkan dapat
menyesatkan kesimpulan yang diambil dari persamaan yang dibentuk. Untuk itu maka perlu melakukan uji penyimpangan asumsi klasik, yang terdiri dari :
58
3.9.1 Multikolinieritas
Multikolinieritas timbul karena satu atau lebih variabel bebas merupakan kombinasi linier yang pasti sempurna atau mendekati pasti dari variabel penjelas
lainnya. Jika terdapat multikolinieritas sempurna, koefisien regresi dari variabel penjelas tersebut tidak dapat ditentukan dan variansnya bernilai tak terhingga. Jika
multikonilinieritas kurang sempurna, koefisien regresi dapat ditentukan, namun variansnya sangat besar, sehingga tidak dapat menaksir koefisien secara akurat.
Dalam model regresi linier, diasumsikan tidak terdapat multikolinieritas di antara variabel-variabel penjelas, untuk itu perlu dideteksi dengan mengamati besaran-
besaran regresi yang didapat, yaitu : 1.
Interval tingkat kepercayaan lebar karena varians besar maka standar error besar, sehingga interval kepercayaan lebar;
2. Koefisien determinasi tinggi dan signifikasi nitai t statistik rendah;
3. Koefisien korelasi antar variable bebas tinggi;
4. Nilai koefisien korelasi parsial tinggi.
Untuk melihat ada tidaknya multikolinieritas dalam suatu model pengamatan, dapat dilakukan dengan regresi antar variabel bebas, sehingga dapat diperoleh nilai
koefisien determinan R
2
masing-masing. Selanjutnya R
2
hasil regresi antar variabel bebas tersebut dibandingkan dengan R
2
hasil regresi model, sehingga diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
59
- Jika nilai R
2
hasil regresi antar variabel bebas R
2
model penelitian, maka hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada multikolinieritas dalam model
empiris yang digunakan ditolak. -
Jika nilai R
2
hasil regresi antar variabel bebas R
2
model penelitian, maka hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada masalah multikolinieritas
model empiris yang digunakan tidak dapat ditolak.
3.9.2 Heteroskedastisitas
Salah satu asumsi dari model regresi linier klasik adalah varian dari setiap kesalahan pengganggu
μ
1
untuk variabel-variabel bebas yang diketahui merupakan suatu bilangan konstan dengan symbol
σ
2
. Kondisi seperti ini disebut dengan
homoskedastisitas, dengan persamaan sebagai berikut : E
μ
i
2
= σ
2
dimana i = 1,2,...,n 3.7
Sedangkan bila varian tidak konstan atau berubah-ubah disebut dengan heteroskendastisitas.
Untuk melihat atau mendeteksi adanya heteroskendastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan Park Test Uji dari Park RE. Park memformalkan metode
grafik, dengan menganjurkan bahwa σ
2
, merupakan fungsi dari variabel bebas X
i
. Fungsi yang dianjurkan adalah sebagai berikut :
σ
i 2
= σ
2
X
i β
e
vi
3.8
atau bila ditulis dalam bentuk logaritma natural adalah sebagai berikut:
60
ln σ
i 2
= ln σ
2
+ β ln X
i
+ v
i
3.9 Karena
σ
i 2
pada umumnya tidak diketahui, maka Park menyarankan σ
i 2
digantikan dengan
μ
i
residual, sehingga diperoleh : ln
μ
i 2
= In μ
2
+
β ln X
i
+ v
i
3.10
= α + β ln X
i
+ v
i
3.11 Sebagai pedoman, apabila koefisien
β dari persamaan 3.10 signifikan secara statistik, ini menunjukkan bahwa dalam data dari model empiris yang sedang
diestimasi terdapat heteroskedastisitas, dan sebaliknya, bila koefisien parameter β
dari persamaan 3.11 tidak signifikan secara statistik, maka asumsi homoskedastisitas atau tidak adanya heteroskedastisitas dalam data dari model
empiris yang sedang diestimasi tidak dapat ditolak. Untuk dapat menerapkan uji Park, maka ada beberapa langkah yang harus
dilakukan, yaitu : 1. Melakukan regresi dengan menggunakan model yang sedang diamati,
kemudian didapatkan nilai estimasi residual, μ
i 2
. 2. Lakukan regresi dengan menggunakan persamaan 3.11
3.9.3 Normalitas
Untuk mengetahui
apakah normal dan tidaknya faktor pengganggu,
μ
t
dengan J-B test. Adapun kriteria untuk mengetahui normal atau tidaknya dari faktor
pengganggu adalah sebagai berikut:
61
a. Bila nilai JB hitung =
χ
2 hitung
nilai χ
2 tabel
, maka hipotesis yang menyatakan bahwa residual,
μ
t
adalah berdistribusi normal ditolak. b.
Bila nilai JB hitung = χ
2 hitung
nilai χ
2 tabel
, maka hipotesis yang menyatakan bahwa residual,
μ
t
adalah berdistribusi normal tidak dapat ditolak.
62
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Wilayah Kota Medan
4.1.1. Wilayah dan Topografi
Kota Medan terletak antara 2
o
.27’ - 2
o
.47’ Lintang Utara, 98
o
.35’ – 98
o
.44’ Bujur Timur. Kota Medan berada pada 2,5 – 37,5 meter diatas permukaan laut.
Kota Medan merupakan salah satu dari 25 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara dengan luas daerah 265,10 km
2
. Kota ini merupakan pusat pemerintahan daerah tingkat I Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten
Deli Serdang di sebelah utara, selatan, barat dan timur. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang
merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu: Sungai Babura dan Sungai Deli.
Wilayah administrasi pemerintahan Kota Medan dipimpin seorang Walikota pada saat ini terdiri atas 21 kecamatan dengan 151 kelurahan yang terbagi dalam
2000 lingkungan dan didiami oleh beragam etnis suku bangsa, agama dan budaya. Sumber : BPS, Medan Dalam Angka 2007
63
4.1.2. Kependudukan
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik BPS tahun 2006, diproyeksikan penduduk Kota Medan mencapai 2.067.288 jiwa terdiri dari laki-laki sebanyak
1.027.607 jiwa dan perempuan 1.039.681 jiwa. Dibandingkan hasil Sensus Penduduk 2000, terjadi pertambahan penduduk sebesar 163.015 jiwa 0,92 persen.
Dengan luas wilayah mencapai 265,10 km
2
, kepadatan penduduk mencapai 7.798 jiwakm
2
. Sedangkan pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun sampai dengan tahun 2005 diperkirakan sebesar 1,53 persen dan rata-rata hunian setiap
rumah tangga ± 5 jiwa.
Pada tahun 2006 komposisi penduduk dapat diuraikan sebagai berikut : jumlah anak balita 0-4 tahun sebesar 200.572 jiwa, usia 5-14 tahun sebesar 404.871
jiwa, usia 15-64 tahun 1.401.355 jiwa dan jumlah lanjut usia 65 tahun keatas sebesar 60.490 jiwa.
Perkembangan dan kepadatan penduduk Kota Medan selama 6 tahun 2001- 2006 adalah sebagai berikut :
64
Tabel 4.1. Perkembangan Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Medan 2001 - 2006 No. Tahun
Jumlah Penduduk
Jiwa Pertumbuhan
Persen Kepadatan Penduduk
JiwaKm
2
1. 2001 1.926.520
- 7.267
2. 2002 1.963.855
1,94 7.408
3. 2003 1.993.602
1,51 7.520
4. 2004 2.006.142
0,63 7.567
5. 2005 2.036.185
1,50 7.681
6. 2006 2.067.288
1,53 7.798
Sumber : BPS Kota Medan, 2007
4.1.3. Sosial Pendidikan
Human Development Report, mendefinisikan pembangunan manusia sebagai suatu untuk membuat manusia mampu memiliki lebih banyak pilihan.
Pembangunan manusia lebih dari sekedar pertumbuhan ekonomi, tetapi tidak anti terhadap pertumbuhan. Dalam perspektif pembangunan manusia, pertumbuhan
ekonomi bukanlah tujuan akhir. Pertumbuhan ekonomi adalah alat untuk mencapai tujuan akhir, yaitu memperluas pilihan-pilihan bagi manusia. Kalaupun demikian,
tidak ada hubungan yang otomatis antara pertumbuhan ekonomi dengan kemajuan pembangunan manusia.
Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia IPM Kota Medan menunjukkan gambaran yang menggembirakan.
Pada tahun 1999, IPM Kota Medan mencapai 70,8. Dibandingkan dengan 25 Daerah KabupatenKota Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan menempati urutan 2
65
setelah Kota Pematang Siantar. Kemudian tahun 2002, IPM Kota Medan meningkat mencapai 73,4.
Meningkatnya nilai IPM Kota Medan tidak terlepas dari berbagai upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Medan. Dengan motto “Bekerjasama dan sama-sama
bekerja demi kemajuan dan kemakmuran Medan Kota Metropolitan, Pemerintah Kota Medan menggandeng berbagai pihak untuk memberi sumbangsih nyata bagi
pembangunan kota. Hal ini, antara lain terlihat dari besarnya peranan pihak swasta didalam
penyediaan fasilitas pendidikan dasar SD sebesar 337 unit dari 789 unit, pendidikan menengah pertama 286 unit dari 331 unit dan pendidikan menengah atas 287 unit
dari 416 unit. Sedangkan untuk lembaga kursus yang ada di Kota Medan antara tahun 2002
– 2006 mengalami peningkatan. Untuk tahun 2002 jumlah kursus yang ada di Kota Medan sebanyak 190 lembaga dan pada tahun 2003 meningkat menjadi 254 lembaga
kemudian pada tahun 2005 meningkat menjadi 276 lembaga serta tahun meningkat lagi menjadi 280 lembaga. Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada tabel 4.2.
66
Tabel 4.2. Perkembangan Lembaga Kursus di Kota Medan Tahun 2002 - 2006 No.
Jenis Kursus
2002 2003 2004 2005 2006 1. Kursus Bahas Inggris
104 103
103 118
128 2. Kursus Bahasa lainnya
16 21
21 24
13 3. Kursus
Memasak 2
1 4. Kursus
Menjahit 42
14 14
15 14
5. Kursus Merangkai Bunga 2
3 1
6. Kursus Mengemudi
4 4
4 5
2 7. Kursus
Mengetik 24
2 8. Kursus
KeuanganAkuntansi 11
23 23
21 10
9. Kursus Kecantikan
14 21
21 25
31 10. Kursus
Komputer 54
46 46
47 64
11. Kursus Pengetahuan Khusus Lainnya 7
7 6
5 12. Kursus Lainnya Musik Senam
5 7
7 6
9 13 Kursus Montir Mobil Radio
2 8
8 4
2 Total
190 254
254 276 280
Sumber : BPS Kota Medan, 2007
4.2. Karakteristik Lembaga Kursus di Kota Medan
Dalam penelitian ini yang menjadi unit analisis adalah lembaga kursus yang tersebar di Kota Medan sampai dengan tahun 2008.
4.2.1. Penyerapan Tenaga Kerja
Terjadi penyerapan tenaga kerja dalam 1 tahun terakhir pada lembaga kursus di Kota Medan sebesar 64,0 dan sebanyak 36,0 tidak terjadi penyerapan tenaga
kerja pada lembaga kursus. Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada tabel 4.3.
67
Tabel 4.3. Penyerapan Tenaga Kerja Pada Lembaga Kursus Penyerapan Tenaga Kerja
Jumlah Persen
Ya 32 64,0
Tidak 18 36,0
Total 50
100,0
Sumber : Data Primer, diolah, 2008
4.2.2. Rata-Rata Tingkat Upah Karyawan
Rara-rata tingkat upah karyawan pada lembaga kursus di Kota Medan yang tertinggi adalah Rp 500.001 – Rp 1.000.000 sebanyak 54,0 kemudian diikuti
dengan upah sebesar kurang dari atau sama dengan Rp 500.000 sebanyak 38,0 dan Rp 1.000.001 – Rp 2.000.000 sebanyak 6,0.
Dengan demikian upah rata-rata karyawan pada lembaga kursus di Kota Medan sampai dengan Rp 1.000.000 sebanyak 92,0. Untuk lebih detailnya dapat
dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4. Rata-Rata Tingkat Upah Karyawan Pada Lembaga Kursus
Rata-Rata Tingkat Upah Rp
Jumlah Persen
Kurang dari atau sama dengan Rp 500.000 19
38,0 Rp 500.001
≤ upah ≤ Rp 1.000.000 27
54,0 Rp 1.000.001
≤ upah ≤ Rp 2.000.000 3
6,0 Diatas Rp 2.000.000
1 2,0
Total 50 100,0
Sumber : Data Primer, diolah, 2008
68
4.2.3. Modal Usaha
Untuk modal usaha pada lembaga kursus di Kota Medan yang tertinggi adalah sebesar Rp 25.000.001 – Rp 50.000.000 sebanyak 36,0 kemudian diikuti dengan
modal usaha kurang dari atau sama dengan Rp 25.000.000 sebanyak 26,0 dan Rp 50.000.001 – Rp 100.000.000 sebanyak 24,0 serta diatas Rp 100.000.000 sebanyak
14,0. Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada tabel 4.5. Tabel 4.5. Modal Usaha Pada Lembaga Kursus
Modal Usaha Rp
Jumlah Persen
Kurang dari atau sama dengan Rp 25.000.000 13
26,0 Rp 25.000.001
≤ modal usaha ≤ Rp 50.000.000 18
36,0 Rp 50.000.001
≤ modal usaha ≤ Rp 100.000.000 12
24,0 Diatas Rp 100.000.000
7 14,0
Total 50 100,0
Sumber : Data Primer, diolah, 2008
4.2.4. Pendapatan Usaha
Untuk pendapatan usaha pada lembaga kursus di Kota Medan yang tertinggi adalah sebesar kurang dari atau sama dengan Rp 50.000.000 sebanyak 54,0
kemudian diikuti dengan pendapatan usaha sebesar Rp 50.000.001 – Rp 100.000.000 sebanyak 30,0 dan diatas Rp 200.000.000 sebanyak 10,0 serta Rp 100.000.001 –
Rp 200.000.000 sebanyak 6,0. Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada tabel 4.6.
69
Tabel 4.6. Pendapatan Usaha Pada Lembaga Kursus Pendapatan Usaha
Rp Jumlah Persen
Kurang dari atau sama dengan Rp 50.000.000 27
54,0 Rp 50.000.001
≤ pendapatan ≤ Rp 100.000.000 15
30,0 Rp 100.000.001
≤ pendapatan ≤ Rp 200.000.000 3
6,0 Diatas Rp 200.000.000
5 10,0
Total 50 100,0
Sumber : Data Primer, diolah, 2008
4.2.5. Jumlah Peserta Didik
Jumlah peserta didik pada usaha lembaga kursus dalam satu tahun di Kota Medan dengan prosentase terbesar adalah kurang dari atau sama dengan 100 orang
sebanyak 60,0 kemudian diikuti dengan jumlah peserta didik 101 – 500 orang sebanyak 34,0 dan jumlah peserta didik 501 – 1.000 orang sebanyak 6,0. Untuk
lebih detailnya dapat dilihat pada tabel 4.7. Tabel 4.7. Jumlah Peserta Didik Pada Lembaga Kursus
Jumlah Peserta Ddik Orang
Jumlah Persen
Kurang dari atau sama dengan 100 30
60,0 101
≤ peserta didik ≤ 500 17
34,0 501
≤ peserta didik ≤ 1.000 3
6,0 Lebih dari 1.000
0,0 Total
50 100,0
Sumber : Data Primer, diolah, 2008
70
4.2.6. Ekspansi Usaha Buka Cabang
Terjadi ekspansi usahabuka cabang pada lembaga kursus dalam 1 tahun terakhir di Kota Medan sebesar 34,0 dan sebanyak 66,0 tidak melakukan
ekspansibuka cabang pada lembaga kursus. Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 4.8. Ekspansi Usaha Buka Cabang Pada Lembaga Kursus Ekspansi Usaha
Jumlah Persen
Ya 17 34,0
Tidak 33 66,0
Total 50 100,0
Sumber : Data Primer, diolah, 2008
4.2.7. Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja pada usaha lembaga kursus tahun 2008 pada saat penlitian di Kota Medan dengan prosentase terbesar adalah 2 – 10 orang sebanyak
66,0 kemudian diikuti dengan jumlah tenaga kerja 11 – 20 orang sebanyak 20,0 dan jumlah tenaga kerja 31 – 50 orang sebanyak 680 dan jumlah tenaga kerja 21 –
30 orang sebanyak 6,0. Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada tabel 4.9.
71
Tabel 4.9. Jumlah Tenaga Kerja Pada Lembaga Kursus Jumlah Tenaga Kerja
Orang Jumlah Persen
2 - 10 33
66,0 11 - 20
10 20,0
21 - 30 3
6,0 31 - 50
4 8,0
Total 50
100,0
Sumber : Data Primer, diolah, 2008
4.2.8. Lama Usaha
Lama berusaha pada usaha lembaga di Kota Medan dengan prosentase terbesar adalah 10 sampai dengan 15 tahun sebesar 32,0 kemudian diikuti dengan
lama berusaha 3 – 5 tahun dan 5 – 10 tahun sebesar 24,0 serta 1 – 3 tahun sebesar 20,0. Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada tabel 4.10.
Tabel 4.10. Lama Usaha Pada Lembaga Kursus Lama Usaha
th Jumlah Persen
1 lama usaha ≤ 3
10 20,0
3 lama usaha ≤ 5
12 24,0
5 lama usaha ≤ 10
12 24,0
10 lama usaha ≤ 15
16 32,0
Total 50 100,0
Sumber : Data Primer, diolah, 2008
72
4.2.9. Pemenuhan Usaha Dari Pendapatan
Untuk pemenuhan usaha dari pendapatan usaha pada lembaga kursus di Kota Medan ternyata prosentase tertinggi dari pendapatan usaha adalah untuk memenuhi
kebutuhan operasional yaitu sebesar 66,0 kemudian diikuti dengan memenuhi kebutuhan operasional juga menambah modal yaitu sebesar 28,0 dan tidak cukup
untuk menutupi biaya operasional yaitu sebesar 6,0. Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada tabel 4.11.
Tabel 4.11. Pemenuhan Usaha Dari Pendapatan Pada Lembaga Kursus Pemenuhan Usaha Dari Pendapatan
Jumlah Persen
Tidak cukup mampu untuk menutupi biaya operasional 3
6,0 Cukup untuk memenuhi kebutuhan operasional
33 66,0
Cukup untuk memenuhi kebutuhan operasional dan menambah modal
14 28,0 Total
50 100,0
Sumber : Data Primer, diolah, 2008
4.2.10. Pengaruh Lokasi
Untuk pengaruh lokasi usaha pada lembaga kursus di Kota Medan ternyata prosentase tertinggi adalah sangat berpengaruh yaitu sebesar 68,0 kemudian diikuti
dengan respon jawaban tidak berpengaruh sebesar 14,0 dan jawaban tergantung pada penilaian konsumen sebesar 12,0 serta tergantung jenis kursus yang diikuti
sebesar 6,0. Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada tabel 4.12.
73
Tabel 4.12. Pengaruh Lokasi Usaha Pada Lembaga Kursus Pengaruh Lokasi Usaha
Jumlah Persen
Sangat berpengaruh 34
68,0 Tidak berpengaruh
7 14,0
Tergantung jenis kursus yang diikuti 3
6,0 Tergantung pada penilaian konsumen
6 12,0
Total 50 100,0
Sumber : Data Primer, diolah, 2008
4.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja
Penyerapan tenaga kerja tergantung pada variabel-variabel pendukung. Adapun variabel-variabel tersebut adalah tingkat upah, modal usaha, pendapatan
usaha, jumlah peserta didik serta ekspansi atan tidaknya lembaga kursus tersebut. Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa rata-rata tingkat upah pada
lembaga kursus di Kota Medan adalah Rp 670.000 per bulan. Tingkat upah yang terendah adalah Rp 400.000 per bulan dan yang tertinngi adalah Rp 2.500.000.
Dilihat dari modal usaha ternyata rata-ratanya adalah Rp 60.340.000 dengan modal usaha yang paling minimum Rp 15.000.000 dan paling maksimum Rp 250.000.000
Dari hasil penelitian juga diperoleh bahwa rata-rata pendapatan usaha per tahun sebesar Rp 71.560.000 dengan pendapatan usaha terendah sebesar Rp
15.000.000 dan yang tertinggi sebesar Rp 300.000.000. Untuk jumlah peserta didik per tahun yang terendah sebesar 45 orang dan yang tertinggi sebesar 700 orang
74
dengan rata-rata jumlah peserta didik sebesar 130,3 orang. Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada Tabel 4.13 dibawah ini.
Tabel 4.13. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Lembaga Kursus di Kota Medan
Keterangan Minimum Maksimum
Mean Std.
Deviasi Upah per bulan juta
0,40 2,50
0,67 0,33
Modal Usaha juta
15,00 250,00
60,34 47,80
Pendapatan Usaha juta
15,00 300,00
71,56 65,13
Jumlah Peserta Didik
45 700
130,30 136,37
Dummy Ekspansi
1 0,46
0,50 Sumber : Data Primer, diolah, 2008
4.4. Hasil Estimasi