Aspek perjanjian kredit Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan Putri Hijau

Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk, Medan Putri Hijau, 2009. 68

2. Aspek perjanjian kredit

Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih 112 sedang Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. 113 Menurut hukum perjanjian kredit dapat dibuatdilakukan secara lisan atau tertulis, yang penting memenuhi syarat-syarat pasal 1320 KUH Perdata. Dengan demikian perjanjian kredit adalah suatu perbuatan hukum dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih atas penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Kata-kata persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam menunjukkan bahwa pemberian kredit harus dibuat perjanjian, meskipun tidak ada penekanan perjanjian kredit harus dibuat secara tertulis. 114 112 Pasal 1313 KUH Perdata, Prof. R. Subekti dan R. Tijtrosudibio, Op. Cit 113 Pasal 1 ayat 11, UU RI Nomor 10 Tahun 1998, Tentang Perubahan UU Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, Loc. Cit 114 Sutarno, Op. Cit, Hal. 99 Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk, Medan Putri Hijau, 2009. 69 Keharusan perjanjian kredit harus tertulis tercantum dalam instruksi Presidium Kabinet Nomor.15EKIN101966 Tanggal 10 Oktober 1966, yaitu : dilarang melakukan pemberian kredit tanpa adanya perjanjian kredit yang jelas antara Bank dengan Debitur atau antara Bank Sentral dengan Bank-bank lainnya Ketegasan perjanjian kredit harus dibuat tertulis ditindak lanjuti oleh Bank Indonesia sebagai regulator perbankan di Indonesia dengan Surat Bank Indonesia yang ditujukan kepada segenap Bank Devisa, Nomor.031093UPKKPD, Tanggal 29 Desember 1970, butir 4 yang berbunyi : “untuk pemberian kredit harus dibuat surat perjanjian kredit. Dengan demikian perjanjian kredit harus dibuat secara tertulis, terlebih dari sudut hukum pembuktian perjanjian secara lisan sulit untuk dijadikan sebagai alat bukti bagi para pihak yang membuatnya. 115 Bahkan dapat dikatakan apakah suatu kredit collectible atau tidak, baik dari segi teknis maupun yuridis sangat bergantung pada saat pengikatan kredit Sehingga Perjanjian Kredit merupakan ikatan atau bukti tertulis antara Bank dengan Debitur yang dibuat sedemikian rupa untuk memenuhi kemauan dan kepentingan dari Bank dan Debitur. 116 115 Sutarno, Ibid 116 M. Yahya Harahap, Beberapa Tinjauan Tentang Permasalahan Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, Hal. 233 Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk, Medan Putri Hijau, 2009. 70 Dalam praktek Perbankan perjanjian kredit terdapat dalam 2 dua bentuk perjanjian kredit, yaitu : a. Perjanjian kredit yang dibuat dibawah tangan Akta dibawah tangan Yaitu perjanjian yang disiapkan dan dibuat sendiri oleh Bank kemudian ditawarkan kepada Debitur untuk disepakati. Biasanya untuk mempermudah dan mempercepat kerja, Bank sudah menyiapkan formulir perjanjian dalam bentuk standard yang isi, syarat-syarat dan ketentuannya disiapkan terlebih dahulu secara lengkap b. Perjanjian kredit yang dibuat oleh dan dihadapan Notaris Akta Otentik atau Akta Notariil Yaitu perjanjian yang disiapkan dan dibuat oleh Notaris, walaupun dalam praktek semua syarat dan ketentuan perjanjian kredit disiapkan oleh Bank kemudian diberikan kepada Notaris untuk dirumuskan dalam akta notariil Kanca BRI Medan Putri Hijau dalam melaksanakan perjanjian kredit ini mengambil kebijakan : 1. Perjanjian Kredit dengan Akta dibawah tangan Perjanjian Kredit dengan Akta dibawah tangan di BRI dibuat dalam bentuk Surat Pengakuan Hutang yang ditanda tangani oleh Peminjam dan BRI sebagai fihak yang menerima pengakuan hutang Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk, Medan Putri Hijau, 2009. 71 Perjanjian Kredit ini umumnya dilakukan untuk jenis kredit dengan jumlah yang relatif kecil, seperti: a. Surat Pengakuan Hutang - Model SH-03Kupedes dan Addendum Surat Pengakuan Hutang - Model Addendum SH-03Kupedes untuk pinjaman di BRI Unit b. Surat Pengakuan Hutang – Model SH-03Kretap untuk pinjaman Briguna Karya di Kantor Cabang BRI c. Surat Pengakuan Hutang - Model SH-03Kresun untuk pinjaman Briguna Purna di Kantor Cabang BRI d. Surat Pengakuan Hutang - Model SH-03KPR untuk pinjaman Kredit Pemilikan Rumah di Kantor Cabang BRI e. Surat Pengakuan Hutang - Model SH-03KKB untuk pinjaman Kredit Kendaraan Bermotor di Kantor Cabang BRI f. Surat Pengakuan Hutang - Model SH-03KMG untuk pinjaman Kredit Kredit Multi Guna di Kantor Cabang BRI Untuk menjamin kebenaran akta dibawah tangan ini, BRI biasanya akan melanjutkan dengan tindakan hukum yang ditentukan oleh pejabat pemutus kredit yang bersangkutan, yaitu : a. Legalisasi Yaitu meminta notaris melegalisasi surat perjanjian kredit dibawah tangan tersebut, sehingga menyatakan kebenaran atas akta dibawah tangan dimaksud meliputi tanda tangan, tanggal dan tempat dibuatnya akta dan isi akta dimaksud. Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk, Medan Putri Hijau, 2009. 72 Dengan adanya legalisasi, maka para pihak yang membuat perjanjian kredit dibawah tangan tidak dapat mengingkari lagi keabsahan tanda tangan, tanggal dan tempat dibuatnya akta karena isi akta dibawah tangan dibacakan dan diterangkan sebelum para pihak membubuhkan tanda tangan b. Waarmerking Yaitu pengesahan akta dibawah tangan oleh Notarispejabat yang berwenang, agar perjanjian kredit yang dibuat antara Bank dan Debitur dicatat didalam daftar yang disediakan untuk itu 2. Perjanjian Kredit dengan Akta Notariil Yaitu perjanjian kredit yang dibuat oleh dan dihadapan Notaris. Yang menyiapkan dan membuat perjanjian ini adalah Notaris. Dalam prakteknya semua syarat dan ketentuan perjanjian kredit disiapkan oleh BRI, kemudian diberikan kepada Notaris untuk dirumuskan dalam akta Notariil, karena memang Notaris dalam membuat perjanjian hanyalah merumuskan apa yang diinginkan para pihak dalam bentuk Akta Notariil Akta Otentik. Perjanjian kredit yang dibuat dalam bentuk akta notariil di BRI biasanya untuk pemberian kredit dalam jumlah pinjaman yang relatif besar. BRI mempersiapkan syarat-syarat yang akan diatur dalam perjanjian kredit, menyangkut komposisi, susunan dan isi perjanjian kredit, agar perjanjian itu kuat dan sah secara hukum, sehingga dapat Mahadi : Aspek Juridis Penanganan Kredit Bermasalah Di PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk, Studi Pada Kantor Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk, Medan Putri Hijau, 2009. 73 mengamankan kepentingan BRI karena perjanjian kredit merupakan ikatan atau bukti antara BRI dengan Debiturnya Secara garis besar perjanjian kredit secara notariil yang dilakukan oleh Kanca BRI Medan Putri Hijau memuat: a. Judul b. Kepala c. Komparisi d. Konsiderans e. Definisi f. Isi Pokok Perjanjian g. Penutup

3. Aspek Jaminan Kredit dan Pengikatannya