Pengaruh Jumlah Anak Terhadap Tingkat Adopsi Inovasi KB Pria.

kebenaran teori tersebut, dimana dari 50 responden yang sudah mengadopsi alat kontrasepsi pria sebanyak 32 64 responden dapat dikategorikan memiliki pengetahuan yang cukup baik, sehingga cukup alasan untuk memutuskan penggunaan alat kontrasepsi pria, bahkan untuk menjawab pertanyaan dengan menyebutkan jenis alat kontrasepsi pria yang pernah digunakan sebanyak 47 94 responden dikategorikan memiliki tingkat pengetahuan yang sangat baik. Martin, dkk 2000, menyatakan bahwa pengetahuan yang dimiliki dari apa yang sudah dialami merupakan hal yang penting dalam menerima suatu keputusan. Ditambahkan oleh Pariani, dkk 1995, penelitian kualitatif di Indonesia mengindikasikan adanya korelasi yang positif antara ketersedian informasi dengan tingkat pengetahuan. Secara lebih eksplisit Eckard 1997, berpendapat bahwa kurangnya pengetahuan tentang resiko melahirkan dan metoda kontrasepsi bagi pasangan muda dapat menjadi penghambat dalam mengadopsi kontrasepsi. Martin, dkk 2000, dalam laporan penelitiannya mengatakan bahwa terdapat perbedaan yang sangat nyata P 0.001 antara kontrol dengan kelompok etnik berkaitan dengan pengetahuan yang dimiliki mengenai metode kontrasepsi. Ketika tingkat pengetahuan secara umum tinggi pada laki-laki di Cape Town, mereka tidak ingin mengganti metoda yang sudah umum dipergunakan kondom. Sementara, laki-laki Shanghai yang memiliki tingkat pengetahuan yang lebih tinggi mengenai alat kontrasepsi langsung mempraktekkannya walaupun mereka tidak punya pengalaman

5.2. Pengaruh Jumlah Anak Terhadap Tingkat Adopsi Inovasi KB Pria.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh 96 100 responden sudah memiliki anak, dimana sebanyak 25 26,0 responden memiliki anak dengan jumlah RICARDO SUGANDA SIMANJUNTAK : TINGKAT ADOPSI INOVASI KB PRIA DI KALANGAN PRAJURIT WILAYAH MEDAN TAHUN 2007, 2008. ideal yaitu 2 orang anak, 31 33,3 responden yang memiliki 3 orang anak atau lebih dan 40 41,1 responden baru memiliki 1 orang anak. Hasil analisa statistik dengan uji regresi berganda menunjukkan bahwa, jumlah anak responden pada 5, tidak berpengaruh terhadap tingkat adopsi inovasi KB pria p = 0,359 0,05. Jumlah anak yang ideal, sebenarnya sangat mendukung responden untuk lebih bebas memutuskan mengadopsi inovasi penggunaan alat kontrasepsi pria, namun kenyataan yang menunjukkan kondisi sebaliknya, sebab ternyata jumlah anak yang cukup dan sesuai dengan keinginan tidak menjadi faktor penentu dalam mendorong minat responden untuk menggunakan alat kontrasepsi bagi pria. Artinnya, jumlah anak bukanlah menjadi pertimbangan responden dalam mengambil keputusan menerima atau menolak penggunaan kontrasepsi pada pria. Kenyataan tersebut di atas, dapat dikaitkan dengan faktor budaya sesuai dengan kelompok etnisitas yang dimiliki oleh responden. Dari 96 100 , responden 62,5 diantaranya terdiri dari etnis Batak, 16,10 etnis Jawa, etnis Minang 10,4 , etnis Melayu 5,2 dan lain-lain 6,00 . Persentase terbesar 62,5 adalah etnis Batak yang memiliki filosofi kultural, dimana jumlah anak merupakan simbol prestise dan jaminan terhadap kelangsungan keturunan, sebagai kelompok masyarakat yang mengikuti garis patriarki, dimana anak lelaki sebagai penerus keturunan.. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Jennings 1970, yang menyatakan bahwa pengaruh budaya yang menempatkan jumlah anak sebagai simbol prestise dan jaminan keamanan pada usia tua mereka, mengakibatkan tingginya angka kelahiran di Afrika. Pendapat ini, lebih dipertegas lagi oleh Gayen, dkk 2003 yang menyatakan bahwa RICARDO SUGANDA SIMANJUNTAK : TINGKAT ADOPSI INOVASI KB PRIA DI KALANGAN PRAJURIT WILAYAH MEDAN TAHUN 2007, 2008. keinginan memiliki lebih banyak anak merupakan alasan utama untuk tidak mempraktekkan atau menolak Keluarga Berencana.

5.3. Pengaruh Tingkat Kesehatan Fisik Terhadap Tingkat Adopsi Inovasi KB