2.14. Cara Kontrasepsi Pria.
Menurut Manuaba 1998, cara kontrasepsi KB pria yang dikenal pada saat ini adalah Kondom dan Vasektomi, serta cara KB alamiah seperti senggama terputus coitus
interuptus, pantang barkala sistem kalender, pengamatan lendir vagina metode Billing serta pengukuran suhu badan. Selain cara KB yang masih dalam taraf penelitian,
seperti vas-oklusi, metode hormonal dan vaksin kontrasepsi. 2.14.1. Kondom.
Kondom merupakan salah satu alat kontrasepsi pria yang paling mudah dipakai dan diperoleh, baik melalui apotik maupun toko obat dengan berbagai merek dagang.
Kondom terbuat dari karetlateks, berbentuk tabung tidak tembus cairan, dimana salah satu ujungnya tertutup rapat dan dilengkapi kantung untuk menampung sperma.
Kondom disamping sebagai alat KB juga berfungsi untuk mencegah Infeksi Menular Seksual IMS termasuk HIVAIDS, tetapi infertilitas pada pasangan yang
mengalami gangguan antibody terhadap sperma, kontrasepsi sela, membantu suami yang mengalami gangguan enjakulasi dini dan membantu pasangan yang sudah mengalami
monopause. 2.14.2. Vasektomi.
Vasektomi merupakan tindakan penutupan pemotongan, pengikatan, penyumbatan, kedua saluran mani pria sebelah kanan dan kiri, yang terdapat dalam
kantong buah zakar, sehingga pada waktu enjakulasi, cairan mani yang keluar tidak mengandung sperma sehingga tidak terjadi kehamilan.
RICARDO SUGANDA SIMANJUNTAK : TINGKAT ADOPSI INOVASI KB PRIA DI KALANGAN PRAJURIT WILAYAH MEDAN TAHUN 2007, 2008.
Tindakan yang dilakukan adalah lebih ringan daripada sunat atau khitan, pada umumnya dilakukan sekitar 10 – 15 menit.
Vasektomi tidak menyebabkan impoten, karena vasktomi tidak mengganggu syaraf dan pembuluh darah yang berperan dalam proses terjadinya ereksi. Enjakulasipun
tidak berbeda dengan sebelumnya, cairan sperma air mani tetap dikeluarkan, karena pembentuk air mani vesikula seminalis tetap berfungsi, vasektomi juga tidak
mempengaruhi fungsi libido nafsu seksual karena hormon kejantanan testosteron tetap diproduksi.
2.14.3. KB Alamiah.
KB alamiah terdiri dari empat macam yaitu : senggama terputus coitus interuptus, pantang berkalasistem kelender, pengamatan lendir vaginametode Billing
dan pengukuran suhu badan.
2.14.3.1. Senggama Terputus coitus interuptus.
Senggama terputus merupakan metode pencegahan terjadinya kehamilan yang dilakukan dengan cara menarik penis dari liang senggama sebelum ejakulasi, sehingga
sperma dikeluarkan diluar liang senggama. Cara senggama terputus memerlukan kesiapan mental suami isteri.
2.14.3.2. Pantang BerkalaSistem Kelender.
Merupakan salah satu cara kontrasepsi alamiah yang dapat dikerjakan sendiri oleh pasangan suami isteri tanpa pemeriksaan medis terlebih dahulu, dengan memperhatikan
masa subur isteri melalui perhitungan masa haid.
RICARDO SUGANDA SIMANJUNTAK : TINGKAT ADOPSI INOVASI KB PRIA DI KALANGAN PRAJURIT WILAYAH MEDAN TAHUN 2007, 2008.
Masa berpantang dapat dilakukan pada waktu yang sama dengan masa subur, dimana saat mulainya dan berakhirnya masa subur bisa ditentukan dengan perhitungan
kelender.
2.14.3.3. Pengamatan Lendir Vagina Metode Billing.
Metode ini merupakan metode pantang senggama pada masa subur. Untuk mengetahui masa subur dilakukan melalui pengamatan lendir vagina yang diambil pada
pagi hari. Metode ini dikenal dengan sebagai metode ovulasi Billing. Metode ini sangat efektif jika pasangan suami isteri menerapkan dengan baik Hayes, 1995.
2.14.3.4. Pengukuran Suhu Badan.
Metode ini merupakan metode pantang senggama pada saat masa subur. Pengukuran dilakukan pada pagi hari, saat bangun tidur dan belum melakukan kegiatan
apapun. Cara ini akan efektif jika dilakukan dengan baik dan benar. 2.15. Landasan
Teori.
Penelitian Rogers 1983 mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yaitu :
1. Awareness kesadaran, di mana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus objek. 2.
Interest merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek mulai timbul.
3. Evaluation menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya.
RICARDO SUGANDA SIMANJUNTAK : TINGKAT ADOPSI INOVASI KB PRIA DI KALANGAN PRAJURIT WILAYAH MEDAN TAHUN 2007, 2008.
4. Trial, di mana subjek mulai mencoba melakukan suatu sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh stimulus. 5.
Adoption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Dalam proses pengambilan keputusan inovasi dalam sistem sosial ada tiga hal : 1.
Keputusan inovasi perorangan optional inovation-decisions, yang menunjuk pada kebebasan perorangan untuk memutuskan adopsi atau
menolak terhadap inovasi, tanpa harus bergantung pada keputusan inovasi anggota sistem sosial yang lain.
2. Keputusan inovasi kolektif, yang merujuk pada keputusan adopsi maupun
penolakan inovasi berdasarkan konsensus antar anggota sistem sosial. 3.
Keputusan inovasi otoriter authority inovation-decisions, di mana keputusan inovasi dilakukan hanya oleh beberapa individu di dalam sistem
sosial yang memiliki kekuasaan, status, maupun kemampuan untuk mengambil keputusan tersebut.
Berdasarkan sifat inovasi yang akan didifusikan, dapat dipilih pendekatan pengambilan keputusan yang sesuai. Tidak tertutup pula kemungkinan bahwa diperlukan
dua atau lebih pendekatan keputusan secara berurutan sesuai dengan perkembangan keadaan.
RICARDO SUGANDA SIMANJUNTAK : TINGKAT ADOPSI INOVASI KB PRIA DI KALANGAN PRAJURIT WILAYAH MEDAN TAHUN 2007, 2008.
2.16. Kerangka Konsep