Tabel 4.9 Alasan Responden berkaitan dengan Penggunaan RTR Kota Medan dalam Penyusunan Usulan
Program Pembangunan
N0 Penggunaan
Rencana Tata Ruang
Alasan Persentase 1.
Menggunakan Adanya arahan bahwa rencana tata ruang harus digunakan dalam penyusunan program
33,30 Rencana tata ruang membantu penyusunan
prioritas program dan proyek 41,70
Rencanana tata ruang memberikan arahan dalam penentuan lokasi kegiatan
25 Jumlah menggunakan
100,00 2 Tidak
menggunakan Tidak ada ketentuan bahwa rencana tata ruang
harus digunakan sebagai salah satu kriteria penyusunan usulan
16,00 Rencana tata ruang tidak memberikan tahapan
pelaksanaan program dan arahan penggunaan lahan yang jelas
23,50 Tidak menerima atau memiliki dokumen
rencana tata ruang 31,80
Rencana tata ruang tidak sesuai lagi dengan kondisi saat ini
28,70 Jumlah yang tidak menggunakan
100,00
Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner
4.4 Pembahasan
Suatu rencana tata ruang yang telah disusun dijadikan pedoman untuk segala pembangunan yang diadakan, baik oleh pihak pemerintah dan masyarakat haruslah
berpedoman kepada rencana tata ruang Sinulingga, 2005. Alasan-alasan yang mempengaruhi kurangnya pemanfaatan rencana tata ruang
yang dalam hal ini rencana sub-sub wilayah, dalam penyusunan usulan program adalah bahwa bagi responden yang menggunakan rencana tata ruang menyatakan
Bahrian Effendi: Upaya Peningkatan Manfaat Rencana Tata Ruang Dalam Mekanisme Perencanaan Program Pembangunan Di Kota Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
bahwa rencana tata ruang membantu dalam menentukan skala prioritas program yang akan diusulkan, rencana tata ruang memberikan arahan dalam penentuan lokasi
kegiatan dan adanya arahan bahwa rencana tata ruang harus digunakan dalam penyusunan usulan program . Alasan yang terbesar 41,7 persen yang dinyatakan
responden adalah bahwa rencana tata ruang membantu dalam penyusunan prioritas program dan proyek walaupun dari segi waktu pelaksanaan yang direncanakan dalam
indikasi program rencana tata ruang banyak yang tidak sesuai. Walaupun demikian, tercantumnya usulan tersebut dalam indikasi pelaksanaan program rencana tata ruang
dapat membantu Instansi dalam memberikan prioritas usulan program. Kurangnya pemanfaatan rencana tata ruang dapat dilihat dari :
1. Di dalam rapat musyawarah perencanaan pembangunan, peserta belum memahami dengan jelas ada ketentuan bahwa rencana tata ruang adalah pedoman
penyusunan program pembangunan sesuai dengan UU Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang dan Perda Kota Medan Nomor 4 Tahun 1995 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan, sebab kurangnya sosialiasi atau kalaupun disosialisasikan kepada kecamatan dan kelurahan biasanya hanya
rencana umum tata ruang bukan rencana sub-sub wilayah atau rencana detail tata ruang, sehingga perencana pembangunanmasyarakat melihatnya sekilas saja.
Apabila rencana sub-sub wilayah atau rencana detail tata ruang disosialisasikan ataupun bukunya disebarkan ke kecamatan dan kelurahan timbul lagi masalah,
karena para perencana pembangunan maupun masyarakat yang ada di kecamatan dan kelurahan ternyata tidak mampu membaca dokumen tersebut secara detail
bahasanya terlalu teknis.
Bahrian Effendi: Upaya Peningkatan Manfaat Rencana Tata Ruang Dalam Mekanisme Perencanaan Program Pembangunan Di Kota Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
2. Bahwa para perencana pembangunan belum memahami cara membaca rencana tata ruang sehingga timbul keengganan untuk mempedomaninya dalam
penyusunan usulan program dan proyek pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang bertujuan untuk terwujudnya keselarasan antara program
pembangunan dengan rencana tata ruang yang ada sehingga rencana tata ruang tidak hanya dilihat sebagai aspek prosedural dalam penyelenggaraan
pembangunan daerah, tetapi juga sebagai kegiatan yang dapat menunjang tercapainya sasaran-sasaran pembangunan., sebab rencana tata ruang ini tidak
diresosialisasikan terhadap pejabat-pejabat baru yang disebabkan adanya perubahan jumlah instansi sebagai akibat diberlakukannya otonomi daerah dan
adanya mutasi atau pengalihan tugas di antara aparatur dimana setiap adanya perubahan dan mutasi pegawai tersebut tidak disertai dengan penyerahan
dokumen-dokumen yang terkait dengan bidang tugasnya, demikian pula dengan dokumen rencana tata ruang, sehingga instansi yang baru dibentuk atau aparatur
yang baru menjalani tugas di instansi tersebut tidak mengetahui lagi keberadaan rencana tata ruang di instansinya. Sebagai instansi yang paling bertanggung
jawab dalam penyusunan rencana tata ruang, seharusnya setelah selesai disusun langsung disebarkan ke seluruh instansi Pemerintah Kota Medan, dengan adanya
perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur organisasi di lingkungan pemerintah daerah menyebabkan sosialisasi rencana tata ruang perlu dilakukan
secara terus menerus agar posisi rencana tata ruang dalam proses pembangunan dapat dipahami oleh seluruh aparatur.
Bahrian Effendi: Upaya Peningkatan Manfaat Rencana Tata Ruang Dalam Mekanisme Perencanaan Program Pembangunan Di Kota Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
3. Kenyataan menunjukkan rencana tata ruang dalm hal ini rencana sub-sub wilayah, tidak didistribusikan secara transparan sehingga para perencana pembangunan
tidak dapat mempedomaninya andainya diapun mengerti dan sulitnya memperoleh informasi tentang keberadaan rencana tata ruang, selain itu
kenyataan juga menunjukkan bahwa ternyata rencana tata ruang sebagai salah satu kebijakan pembangunan yang memberikan arahan lokasi pembangunan yang
merupakan penjabaran spasial keruangan dari Pola Dasar Pembangunan Kota Medan, tidak digunakan dalam penyusunan usulan program pembangunan.,
instansi tidak memiliki dokumen rencana tata ruang, rencana tata ruang tidak memberikan arahan lokasi yang jelas. Alasan yang terbesar mempengaruhi
penggunaan rencana tata ruang ini adalah instansi tidak memiliki dokumen rencana tata ruang 25,8 persen dan rencana tata ruang sudah tidak sesuai lagi
dengan perkembangan yang terjadi 22.7 persen. Oleh karena itu selain rencana tata ruang perlu juga adanya rencana arahan lokasi yang lebih rinci untuk
penentuan lokasi pembangunan yang disampaikan pada pemerintah kecamatan, kelurahan dan masyarakat umum.
4. Dari kajian tentang keadaan dan sifat rencana sub-sub wilayah sebagai rencana tata ruang, ternyata rencana tata ruang ini tidak mudah diaflikasikan karena dibuat
tidak berdasarkan peta dasar yang akurat dan pola rencananya sangat ideal dalam bentuk kavling dan pola jaringan jalan yang teratur serta tidak sesuai dengan
kondisi di lapangan Sinulingga,2005.
Bahrian Effendi: Upaya Peningkatan Manfaat Rencana Tata Ruang Dalam Mekanisme Perencanaan Program Pembangunan Di Kota Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
Rencana tata ruang sering tidak memperhatikan peta dasar suatu wilayah, hal itu terjadi di lapangan, karena yang tertera dalam peta rencana tata ruang terutama
mengenai letak jalan, sangat sering berbeda jauh di lapangan. Seandainya rencana tata ruang yang diikuti, maka dengan resiko harus membebaskan tanah
yang ternyata di lapangan jalan tersebut berada di atas bangunanlahan masyarakat, tidak pada jalan yang telah ada sebelumnya. Kalau mengikuti jalan
yang telah ada, maka dengan resiko merombak peta rencana tata ruang. Sebaik- baiknya rencana tata ruang kota untuk dapat diterapkan memerlukan pembebasan
tanah jauh sebelum pembangunan dilaksanakan, tetapi karena hal itu tidak dilaksanakan maka yang sering terjadi adalah perencana pembangunan
meletakkan bangunan dimana ada tersedia lahan kosong karena sudah mendesak. Banyak para perencana pembangunan tidak tahu bahwa tujuan dari perencanaan
tata ruang kota pada umumnya adalah : a. Penyediaan ruang yang cukup untuk setiap jenis penggunaan secara efisien
untuk kenyamanan bagi lingkungan kegiatan manusia kota. b. Kemudahan hubungan antara bagian-bagian kota mencakup antar pemukiman
dan dengan tempat pekerjaan, pusat pelayanan maupun lokasi rekreasi. c. Menghindari penggunaan lahan yang berdekatan secara tidak harmonis,
misalnya lokasi industri dan permukiman. d. Melestarikan dan bahkan memperkuat bagian-bagian kota yang telah
mempunyai bentuk-bentuk yang baik.
Bahrian Effendi: Upaya Peningkatan Manfaat Rencana Tata Ruang Dalam Mekanisme Perencanaan Program Pembangunan Di Kota Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
e. Menghilangkan kondisi-kondisi buruk yang tidak dikehendaki, misalnya permukiman kumuh. Sinulingga, 2005
Hal ini menunjukkan kembali bahwa rencana tata ruang dalam hal ini rencana sub-sub wilayah tidak didistribusikan dan tidak disosialisasikan secara
transparan sehingga para perencana pembangunan tidak dapat mempelajarinya untuk dijadikan sebagai pedoman dalam pengusulan program pembangunan,
andainyapun dia dapat membaca dan mengerti. 5. Sebaik-baiknya rencana kota untuk dapat diterapkan memerlukan pembebasan
tanah jauh sebelum pembangunan dilaksanakan, tetapi yang sering terjadi ialah perencana pembangunan meletakkan bangunan dimana ada tersedia tanah karena
sudah mendesak. Lokasi dan jenis bangunan harusnya sesuai dengan tata ruang. Hal ini kelihatannya mudah tetapi pelaksanaannya mengalami kendala yang tidak
kecil di lapangan. Pemilik tanah ingin membangun pertokoan ataupun pergudangan yang dianggap sangat berpotensial mendatangkan keuntungan, tetapi
kenyataannya dalam rencana kota lokasi tersebut diperuntukkan untuk perumahan. Dengan pelanggaran-pelanggaran yang terjadi tersebut seharusnya
para pemilik lahan tersebut tidak dapat menikmati fasilitas umum lainnya sebagai akibatnya, namun kenyataannya tetap dapat menikmatinya. Hal ini terjadi karena
kurangnya sosialisasi kepada instansi-instansi lainnya.. Kegagalan dalam pemanfaatan rencana tata ruang ini pun terjadi di beberapa
Negara dimana di antaranya disebutkan bahwa rencana tata ruang tidak sesuai dengan perkembangan kebutuhan yang terjadi di masyrakat Briassoulis, 1997, adanya
Bahrian Effendi: Upaya Peningkatan Manfaat Rencana Tata Ruang Dalam Mekanisme Perencanaan Program Pembangunan Di Kota Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
perubahan arah pembangunan seperti yang terjadi di Taiwan dimana titik berat pembangunan berubah menjadi pembangunan berorientasi ekspor yang tentunya telah
mengubah penggunaan ruang dan pembangunan yang terjadi tidak mengacu pada rencana tata ruang yang telah disahkan melalui Urban and Regional Planning Law
Chou, 1998. Menurut Balbo 1993, salah satu faktor kegagalan rencana tata ruang adalah terlalu lambatnya rencana dalam mengikuti perkembangan yang terjadi
sebagai akibat dari jangka waktu perencanaan yang biasanya untuk prediksi jangka menengah sampai dengan jangka panjang. Sedangkan faktor kegagalan lain yang
dikemukakan oleh Rakodi 2001 bahwa rencana tata ruang disusun dengan tidak memperhatikan ketersediaan sumberdaya maupun implementasinya, tidak
fleksibelnya arahan pemanfaatan ruang, standar-standar yang diacu dalam penyusunan rencana tidak diterima oleh para aktor pembangunan dan para politisi
yang membahas maupun yang mengesahkan rencana tata ruang tersebut memiliki perspektif jangka pendek.
Rencana tata ruang dilaksanakan untuk memajukan kesejahteraan rakyat, itulah prinsipnya. Tempat tinggal pemukiman yang layak bagi rakyat adalah salah
satu syarat pokok bagi pencapaian itu. Rencana tata ruang juga berarti menyangkut membangun sumber daya manusia dalam pengertiannya yang holistik. Dalam konteks
pembangunan kota, kita perlu mengingat bahwa kota itu didinamisasi dan dihidupi oleh rakyatnya. Dengan begitu, segala bentuk penataan ruang seharusnya mengacu
pada investasi sumber daya manusia yang ada di dalamnya. Dan faktor tempat tinggal yang layak sangat mendasar bagi investasi sumber daya manusia untuk
Bahrian Effendi: Upaya Peningkatan Manfaat Rencana Tata Ruang Dalam Mekanisme Perencanaan Program Pembangunan Di Kota Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
mengembangkan segala aspek. Jelas sampai sekarang usaha-usaha pemerintah belum cukup memadai untuk menanggulangi masalah ini. Sementara developer semakin
merajalela menguasai ruang kota dengan rencana tata ruang yang tidak betul-betul dimanfaatkan.
Jika dikaitkan dengan kondisi Otonomi Daerah sekarang ini, maka alasan lain yang menarik dalam Rakodi 2001 ini bahwa rencana yang diatur tidak memberikan
kontribusi yang tinggi terhadap pendapatan daerah. Hal ini menarik karena pada era Otonomi Daerah ini, Pemerintah Daerah dituntut untuk lebih memberikan kontribusi
pendapatan yang salah satunya dapat dilakukan melalui pajak dan retribusi daerah. Walaupun demikian tidak dipungkiri bahwa kebutuhan masyarakat merupakan hal
yang utama karena jika kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi maka secara tidak langsung kesejahteraan masyarakat akan meningkat dan kerelaan masyarakat untuk
membayar sejumlah biaya atas pemakaian sejumlah fasilitas yang disediakan Pemerintah akan semakin besar sehingga secara tidak langsung pula dapat
meningkatkan pendapatan daerah. diketahui bahwa pada umumnya penyimpangan terhadap rencana tata ruang kota justru berawal dari kebijaksanaan pemerintah. Hal
ini berarti pemerintah daerah sebagai penanggung jawab rencana tata ruang kota dirasa kurang konsekuen dalam melaksanakan pembangunan kota. Sebagai penyebab
utama kurang efektifnya rencana tata ruang kota dengan indikator adanya berbagai penyimpangan adalah selain kurang adanya koordinasi antar dinasinstansi, juga
kurang dilibatkannya unsur masyarakat, sehingga aspirasi masyarakat kurang terakomodasikan di dalam rencana tata ruang kota.
Bahrian Effendi: Upaya Peningkatan Manfaat Rencana Tata Ruang Dalam Mekanisme Perencanaan Program Pembangunan Di Kota Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
Namun demikian, Friedmann dalam Briassoulis 1997 menyatakan bahwa perencanaan adalah tindakan, implementasi rencana merupakan bagian integral dari
proses perencanaan. Oleh karena itu, pemanfaatan rencana tata ruang merupakan salah satu wujud implementasi rencana dalam proses perencanaan pembangunan
secara keseluruhan. Rencana tata ruang kota ini sangat berpengaruh terutama terhadap masyarakat kota. Pelaksanaan pemanfaatan ruang berarti setiap kegiatan,
program dan proyek-proyek harus selalu mengacu pada zona pemanfaatan ruang yang telah ditetapkan dengan melihat hak mastarakat dalam menikmati ruang tersebut.
Hak-hak tersebut adalah hak menikmati manfaat ruang dan mendapat penggantian yang layak atas kondisi yang dialami akibat pelaksanaan pembangunan dan
perubahan ruang. Tegasnya, setiap pembebasan tanah masyarakat harus diimbangi dengan penggantian yang layak baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Olehnya,
pengaturan pemanfaatan ruang ini butuh peran serta yang terkoordinasi antara instansi pemerintah dengan seluruh rakyat.
Bahrian Effendi: Upaya Peningkatan Manfaat Rencana Tata Ruang Dalam Mekanisme Perencanaan Program Pembangunan Di Kota Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka diperoleh suatu gambaran bahwa Rencana Tata Ruang Kota Medan sebagai salah satu
pedoman kebijakan pembangunan yang memberikan arahan lokasi pembangunan belum dimanfaatkan sepenuhnya oleh kecamatan dan kelurahan yang berada di
lingkungan Pemerintah Kota Medan. Hasil analisis menunjukkan alasan yang mempengaruhi kurangnya pemanfaatan rencana tata ruang dalam penyusunan usulan
program adalah : 1.
Diketahui bahwa hanya sebagian kecil 13,6 persen kecamatan dan kelurahan yang menggunakan rencana tata ruang sebagai pedoman penyusunan rencana
program pembangunan. 2.
Kualitas rencana tata ruang yang dinilai tidak akomodatif oleh responden karena kurang memperhatikan kebutuhan dan aspirasi, tidak sesuai lagi dengan kondisi
saat ini karena kecenderungan perkembangan masyarakat, serta tidak memberikan tahapan pelaksanaan program dan arahan penggunaan lahan yang jelas karena
tidak sesuai dengan peta dasar atau kondisi di lapangan sehingga tidak dijadikan pedoman perencanaan pembangunan kota Medan. Masih kurangnya sosialisasi
rencana tata ruang kepada seluruh aparatur di kecamatan dan kelurahan, karena
85
Bahrian Effendi: Upaya Peningkatan Manfaat Rencana Tata Ruang Dalam Mekanisme Perencanaan Program Pembangunan Di Kota Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008