rencana tata ruang serta tidak memiliki kepentingan dengan rencana tata ruang 11,2 persen.
Terlihat adanya kontradiksi alasan bahwa responden yang menyatakan mengetahui adanya rencana tata ruang kota Medan diperoleh melalui sosialisasi,
sedangkan bagi responden yang tidak mengetahuinya justru menyatakan bahwa tidak pernah dilakukan sosialisasi mengenai rencana tata ruang kota Medan. Kondisi ini
memberikan gambaran bahwa sosialisasi yang telah dilakukan tidak menyebar dan merata ke seluruh komponen mulai dari instansi terkait, kecamatan, kelurahan sampai
kepada masyarakat biasa, walaupun mungkin hal ini telah diupayakan melalui forum- forum yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang, namun penyebarannya terbatas
hanya sampai pihak yang merasa memerlukannya.
4.3.3 Analisis Pemanfaatan Rencana Tata Ruang Kota Medan dalam
Pembangunan Wilayah
Penyusunan usulan program dan proyek pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang bertujuan untuk terwujudnya keselarasan antara program
pembangunan dengan rencana tata ruang yang ada sehingga rencana tata ruang tidak hanya dilihat sebagai aspek prosedural dalam penyelenggaraan pembangunan daerah,
tetapi juga sebagai kegiatan yang dapat menunjang tercapainya sasaran-sasaran pembangunan. Oleh karena itu, rencana tata ruang merupakan salah satu kebijakan
yang strategis di daerah.
Bahrian Effendi: Upaya Peningkatan Manfaat Rencana Tata Ruang Dalam Mekanisme Perencanaan Program Pembangunan Di Kota Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
Dalam penelitian ini pemanfaatan rencana tata ruang dalam pengusulan program pembangunan di wilayah responden, dikumpulkan melalui kuesioner.
Dari hasil wawancara dengan responden, diperoleh data bahwa mereka belum sepenuhnya memanfaatkan rencana tata ruang kota Medan dalam penetapan
kebijakan pokok, program rencana pembangunan, memproses izin-izin, pengusulanpermohonan pajakretribusi serta sebagai pengendali pelaksanaan
pembangunan wilayah. Persentase responden yang memanfaatkan rencana tata ruang kota Medan ini
masih berkisar antara 8,3 sampai dengan 50 persen untuk setiap kelompok responden. Bila dibandingkan antar kelompok, mereka yang menjabat sebagai CamatSekretaris
Camat lebih tinggi persentase pemanfaatannya dibandingkan dengan mereka yang berada di bawahnya.
Tabel. 4.8 Persentase Pemanfaatan Rencana Tata Ruang Kota Medan
Pemanfaatan Tata Ruang Kota Medan dalam Jabatan
Penetapan kebijakan
pokok Program
rencana pembangunan
Proses izin-izin
Pengusulan permohonan
izin-izin Pengendali
pelaksanaan pembangunan
Camat Sekcam
Lurah Pegawai Kelurahan
Ketua LPM Masyarakat
50 33,3
20 -
8,3 -
50 33,3
20 -
16,6 12,5
50 33,3
40 -
- -
50 16,6
40 -
- 12,5
50 16,6
20 -
8,3 -
Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner
Tabel 4.8 menggambarkan bahwa masih banyak responden yang belum memanfaatkan Rencana Tata Ruang Kota Medan dalam merencanakan
Bahrian Effendi: Upaya Peningkatan Manfaat Rencana Tata Ruang Dalam Mekanisme Perencanaan Program Pembangunan Di Kota Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
pembangunan, hal ini dapat berakibat terhadap ketidaksesuaian usulan program dengan realisasi di lapangan sehingga dapat menyebabkan kesenjangan antara target
dan realisasi yang telah ditetapkan sebelumnya dalam Rencana Tata Ruang Kota Medan.
Masih adanya usulan yang tidak sesuai dengan arahan Rencana Tata Ruang Kota Medan menunjukkan bahwa terdapatnya informal planning seperti yang
diistilahkan Briassoulis dalam perencanaan pembangunan yang dilakukan oleh Instansi. Kenyataan bahwa informal planning berjalan beriringan atau tergabung
dengan formal planning memang selalu terjadi, karena terbukti dari tahun ke tahun persentase informal planning tersebut selalu ada dan malah justru usulan yang
informal tersebut yang dilaksanakan. Lebih jauh berdasarkan wawancara dengan responden disebutkan bahwa
programproyek yang berada di luar mekanisme pengusulan programproyek selalu saja terjadi dalam bentuk alokasi untuk usulan yang berasal dari anggota legislatif
atau program dari Instansi Pemerintah atasannya dalam hal ini Pemerintah Pusat dan Provinsi yang tidak dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Pemerintah Daerah.
Sering pula proses bottom up ini dikalahkan oleh superioritas rencana sektoral yang bersifat top down , artinya dalam waktu yang sama Pemerintah Pusat melalui jalur
departemen sektoral juga menyusun rencana pembangunan sektoral yang terutama nantinya akan dilaksanakan di daerah dengan sumber pendanaan APBN. Perencana
daerah sering harus atau bahkan tinggal menunggu rencana yang telah dibuat oleh Pusat kemudian menyesuaikan perencanaan asli daerahnya dengan rencana yang telah
disusun oleh Pusat Indrawati, 1994.
Bahrian Effendi: Upaya Peningkatan Manfaat Rencana Tata Ruang Dalam Mekanisme Perencanaan Program Pembangunan Di Kota Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
Untuk alasan yang pertama, berdasarkan hasil wawancara dengan Bappeda, diketahui bahwa anggota legislatif mempunyai porsi 20 persen dari jumlah program
dan proyek yang diusulkan untuk dapat direalisasikan. Selain itu, banyak keputusan yang lebih atas dalam susunan organisasi kepemerintahan dari Bappeda
mempengaruhi proses penyusunan usulah program maupun penentuan prioritas program yang akan dibahas dalam Musrenbang Musyawarah Perencanaan
Pembangunan. Hal ini biasanya sulit diantisipasi, mengingat kekuatan Bappeda dalam hal ini relatif lemah. Misalnya keputusan pelaksanaan program yang
dikeluarkan langsung oleh Walikota dengan atasan tertentu. Sekalipun secara formalitas hal ini dibahas terlebih dahulu dalam forum diskusi resmi, akan tetapi
biasanya keputusan sudah dicapai sebelumnya. Sedangkan untuk alasan kedua yang menyatakan bahwa program yang
diusulkan merupakan program Pemerintah tingkat atasnya Pusat atau Provinsi yang tidak dikonsultasikan dengan Pemerintah Daerah, sejak diberlakukannya otonomi
daerah, bentuk program tersebut semakin berkurang karena pengelolaan programproyek telah diserahkan kepada Pemerintah daerah masing-masing kecuali
programproyek yang kewenangannya masih berada di tingkat Nasioanl atau Provinsi seperti jalan Nasional dan jalan Provinsi.
Walaupun demikian, usulan program yang telah sesuai dengan mekanisme pun seringkali tidak seluruhnya dapat direalisasikan mengingat adanya keterbatasan
sumberdaya terutama dalam hal pendanaan. Selain itu besarnya jumlah dana tiap programproyek yang diusulkan oleh setiap Instansi ataupun Kecamatan dapat juga
mempengaruhi direalisasikan atau tidaknya usulan tersebut.
Bahrian Effendi: Upaya Peningkatan Manfaat Rencana Tata Ruang Dalam Mekanisme Perencanaan Program Pembangunan Di Kota Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
Tetapi seringkali terjadi, programproyek yang diusulkan berubah bentuk dan jumlah dana yang diusulkan jumlahnya berkurang karena adanya penyesuaian antara
program yang diusulkan dari masyarakat melalui Kecamatan dengan program yang diusulkan Dinas serta adanya alokasi dana untuk program lain. Bappeda selaku
koordinator penyusunan program, keterbatasan jumlah dana, terutama di era otonomi ini yang menerapkan sistem Dana Alokasi Umum yang mengharuskan Pemerintah
Daerah mengalokasikan secara proporsional dana yang diterima untuk kegiatan rutin dan pembangunan, menyebabkan banyaknya usulan program yang tidak dapat
direalisasikan atau jumlah dana yang dialokasikan tidak sesuai dengan yang diusulkan.
Berdasarkan analisis sebelumnya, diketahui bahwa masih terdapat usulan rencana yang tidak memanfaatkan Rencana Tata Ruang, sebagai salah satu pedoman.
Penggunaan Rencana Tata Ruang sebagai salah satu kriteria dalam penyusunan usulan program pembangunan di Kota Medan dipengaruhi oleh beberapa alasan.
Secara detail, persentase masing-masing alasan digunakan dan tidak digunakannya Rencana Tata Ruang dalam penyusunan program pembangunan dapat dilihat pada
Tabel 4.9.
Bahrian Effendi: Upaya Peningkatan Manfaat Rencana Tata Ruang Dalam Mekanisme Perencanaan Program Pembangunan Di Kota Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
Tabel 4.9 Alasan Responden berkaitan dengan Penggunaan RTR Kota Medan dalam Penyusunan Usulan
Program Pembangunan
N0 Penggunaan
Rencana Tata Ruang
Alasan Persentase 1.
Menggunakan Adanya arahan bahwa rencana tata ruang harus digunakan dalam penyusunan program
33,30 Rencana tata ruang membantu penyusunan
prioritas program dan proyek 41,70
Rencanana tata ruang memberikan arahan dalam penentuan lokasi kegiatan
25 Jumlah menggunakan
100,00 2 Tidak
menggunakan Tidak ada ketentuan bahwa rencana tata ruang
harus digunakan sebagai salah satu kriteria penyusunan usulan
16,00 Rencana tata ruang tidak memberikan tahapan
pelaksanaan program dan arahan penggunaan lahan yang jelas
23,50 Tidak menerima atau memiliki dokumen
rencana tata ruang 31,80
Rencana tata ruang tidak sesuai lagi dengan kondisi saat ini
28,70 Jumlah yang tidak menggunakan
100,00
Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner
4.4 Pembahasan