4. Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1960 tentang Perjanjian Bagi Hasil dan kaitannya dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 di Kecamatan
Limapuluh Kabupaten Asahan, oleh Basrah Amershah, SH., dkk, Lembaga Penelitian Universitas Sumatera Utara, Medan, tahun 1993.
5. Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1960 tentang Perjanjian Bagi Hasil di Kabupaten Langkat, Studi Kasus Kecamatan Bingei, oleh Runtung, SH, Lembaga
Penelitian Universitas Sumatera Utara, Medan, tahun 1990.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
Secara umum dapat diartikan bahwa kerangka teori adalah merupakan garis besar dari suatu rancangan atas dasar pendapat yang dikemukakan sebagai keterangan
mengenai sesuatu peristiwa, sedangkan konsepsi adalah rancangan yang telah ada dalam pikiran.
11
1. Kerangka Teori
Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah “Teori Efektivitas”, sebagaimana yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto dan Mustafa Abdullah bahwa
suatu kaidah hukum atau peraturan tertulis benar-benar berfungsi, senantiasa dapat dikembalikan kepada paling sedikit ada empat faktor yaitu :
a. Kaidah hukum atau peraturan itu sendiri b. Petugas yang menegakkan atau menetapkan
c. Fasilitas yang dikerjakan akan dapat mendukung pelaksanaan kaidah hukum
11
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua Jakarta; Balai Pustaka, 1995 h. 520 1041
Malem Ginting : Pelaksanaan Undang-Undang No. 2 Tahun 1960 Tentang Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian..., 2006 USU e-Repository © 2008
d. Warga masyarakat yang terkena ruang lingkup peraturan tersebut.
12
Selanjutnya Soerjono Soekanto berpendapat bahwa hukum dikatakan efektif kalau warga masyarakat berperilaku sesuai yang diharapkan atau dikehendaki oleh
hukum itu sendiri.
13
Berarti bahwa efektifnya suatu peraturan hukum, sangat tergantung pada norma hukum itu sendiri.
Menurut “Teori Keberlakuan” Geltungslehre,
14
bahwa dalam pembentukan hukum tersebut hendaklah memenuhi tuntutan, yang meliputi berlaku secara filosofis,
yuridis dan sosiologis. Artinya masing-masing bahwa secara filosofis sesuai oleh karenanya dihayati dan diterima oleh norma. Secara yuridis artinya bahwa hukum itu
sesuai dengan sistem yang dianut oleh negara kita dan karenanya aturan dan keputusan hukumnya itu legal, sehingga dapat dibenarkan dan dilindungi. Secara sosiologis artinya
bahwa hukum itu dijalankan secara sewajarnya oleh anggota masyarakat tanpa ada perasaan terpaksa atau dipaksakan. Karena hal itu dianggap oleh masyarakat sebagai
suatu kewajaran bila dilaksanakan dalam hidup sehari-hari, dan masyarakat ikut membantu mempertahankan pelaksanaannya.
Substansi daripada hukum adalah hak dan kewajiban. Secara teoritis yang dimaksud dengan hak adalah wewenang yang diberikan oleh hukum kepada subjek
hukum untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, sedangkan kewajiban adalah pembebanan yang diberikan hukum kepada subjek hukum untuk melakukan sesuatu.
Secara filosofis hak adalah sesuatu yang aktif dan kewajiban itu adalah sesuatu yang
12
Soerjono Soekanto dan Mustafa Abdullah, Sosiologi Hukum Dalam Masyarakat Jakarta; Rajawali, 1982 h. 14
13
Soerjono Soekanto, Beberapa Aspek Sosio Yuridis Masyarakat Bandung; Alumni, 1982 h. 88.
14
Moh. Koesnoe, Hak-hak Persekutuan Hukum Adat Dalam Sistem Hukum Indonesia Antara Harapan dan Kenyataan
Pekanbaru; Universitas Islam Riau Press, 1994 h. 122
Malem Ginting : Pelaksanaan Undang-Undang No. 2 Tahun 1960 Tentang Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian..., 2006 USU e-Repository © 2008
pasif. Hak dan kewajiban ini perlu diberikan perlindungan oleh hukum kepada subjek hukum. Hak tak boleh dilanggar oleh pihak lain yang mengakibatkan kerugian pada si
pemilik atau pemegang hak. Di lain pihak kewajiban, merupakan sesuatu hal yang harus dijalankan oleh subjek hukum, sehingga aturan dapat berjalan dengan tertib.
Tujuan ketertiban untuk memelihara dan mempertahankan hak dan kewajiban subjek hukum itu dalam masyarakat. Salah satu hukum yang mengatur hak dan
kewajiban dalam hubungan hukum antara subjek hukum terhadap sesuatu objek diatur melalui perjanjian.
Perjanjian menurut hukum positif adalah suatu hubungan hukum antara satu dengan pihak lainnya yang didasarkan kepada kata sepakat, dengan tujuan untuk
menimbulkan akibat hukum bandingkan dengan Pasal 1313 BW. Dalam masyarakat hukum adat suatu perjanjian dilakukan oleh para pihak, selain yang didasarkan kata
sepakat, diperlukan perbuatan riil dan kesaksian dari pengetua adat danatau kepala persekutuan. Dalam pelaksanaan hukum tidak selalu dipatuhi oleh masyarakat atau
diterima oleh para pihakpersekutuan tersebut, ada kalanya pelaksanaan hukum mengalami hambatan-hambatan yang diakibatkan oleh dua faktor yakni faktor internal
dan eksternal. Faktor internal, hukum tersebut adalah kesadaran hukum masyarakat itu sendiri yang terdapat dalam budaya hukum masing-masing, sedangkan faktor eksternal
adalah tidak tersedianya sarana dan prasarana hukum serta para petugas hukum itu sendiri. Hambatan tersebut dapat mengakibatkan bahwa hukum positif yang
diberlakukan tidak dipatuhi atau diterima, sehingga mengalami penyimpangan- penyimpangan karena bertentangan dengan hukum yang hidup dalam masyarakat itu
Malem Ginting : Pelaksanaan Undang-Undang No. 2 Tahun 1960 Tentang Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian..., 2006 USU e-Repository © 2008
sendiri. Dengan demikian pembangunan melalui hukum sebagai sarana refleksi sosial tidak dapat diwujudkan dalam masyarakat.
2. Konsepsi