Bentuk Perjanjian Bagi Hasil

telah menerima lembaga hukum ini, berarti suatu kebiasaan dalam masyarakat Indonesia yang menjelma sebagai hukum adat, telah diterima sebagai kebiasaan internasional”. Pembagian hasil dalam Production Sharing Contract tidak sesederhana seperti pada transaksi “maro” paroan, melainkan ditetapkan secara terperinci dalam Pasal- Pasal tertentu. Demikian juga yang menyangkut hak dan kewajiban masing-masing pihak ditetapkan dalam Pasal-Pasal “rights and obligations of the parties”. Selain bagi hasil di bidang pertambangan di Indonesia dikenal pula bagi hasil di bidang perbankan, yaitu pada Bank Muamalat Indonesia BMI yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1992 tentang bank berdasarkan prinsip bagi hasil. BMI mengatur produk penyaluran antara lain kredit mudharabah Qiradh, yaitu pinjaman modal investasi dan atau modal kerja, dan pengusaha hanya menyediakan usaha dan manajemennya dengan perjanjian atas dasar bagi hasil.

B. Menurut Undang-Undang No 2 Tahun 1960

1. Bentuk Perjanjian Bagi Hasil

Mengenai bentuk perjanjian bagi hasil ini disebutkan dalam Pasal 3 UU No. 2 Tahun 1960, yang menentukan bahwa : Semua perjanjian bagi hasil harus dibuat oleh pemilik dan penggarap sendiri secara tertulis di hadapan Kepala Desa atau yang setingkat dengan itu, tempat letaknya tanah yang bersangkutan dengan dipersaksikan oleh dua orang, masing-masing dari pihak pemilik dan penggarap. Malem Ginting : Pelaksanaan Undang-Undang No. 2 Tahun 1960 Tentang Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian..., 2006 USU e-Repository © 2008 Perjanjian secara tertulis ini dimaksudkan untuk menghindarkan keragu- raguan, yang mungkin menimbulkan perselisihan mengenai hak-hak dan kewajiban- kewajiban kedua belah pihak, lamanya jangka waktu perjanjian dan lain-lainnya. Perjanjian bagi hasil memerlukan pengesahan dari CamatKepala Kecamatan yang bersangkutan atau pejabat lain yang setingkat dengan itu. Hal ini dimaksudkan agar pengawasan secara preventif dapat diselenggarakan dengan sebaik-baiknya. Perjanjian bagi hasil yang dibuat secara tertulis di hadapan Kepala Desa tersebut perlu mendapat pengesahan dan diumumkan dalam kerapatan desa yang bersangkutan. Pentingnya Kepala Desa mengumumkan tentang adanya perjanjian bagi hasil pada kerapatan adatdesa agar segala sesuatunya menjadi terang dan jelas. Sesuai dengan Peraturan Menteri Agraria PMA No. 4 Tahun 1964 tentang Pedoman penyelenggaraan bagi hasil, menetapkan bahwa : Perjanjian bagi hasil antara pemilik dan penggarap tanah harus dibuat dihadapan Kepala Desa dengan cara mengisi buku daftar yang disediakan untuk itu oleh Kepala Desa yang bersangkutan, dengan disaksikan oleh 2 orang saksi, masing- masing dari pemilik dan penggarap. Dan Kepala Desa memberikan surat keterangan kepada pemilik dan penggarap tanah sebagai bukti adanya perjanjian itu. Selanjutnya pada setiap bulan Kepala Desa menyampaikan buku daftar tersebut kepada Camat yang bersangkutan untuk memperoleh pengesahan. Dan tiap-tiap tiga bulan sekali yaitu pada akhir triwulan, Camat dibantu oleh Panitia Landreform Kecamatan memberikan laporan kepada Panitia Landreform Daerah Tingkat II tentang hal ikhwal penyelenggaraan perjanjian bagi hasil di kecamatannya. Di samping PMA di atas, untuk melaksanakan administrasi terhadap bagi hasil tersebut, maka oleh Departemen Agraria menerbitkan pedoman penyelenggaraan perjanjian bagi hasil tertanggal 5 Agustus 1964 No. DHK5171964 yaitu Malem Ginting : Pelaksanaan Undang-Undang No. 2 Tahun 1960 Tentang Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian..., 2006 USU e-Repository © 2008 penyelenggaraan bagi hasil dilakukan dengan cara mengisi buku daftar bagi hasil di hadapan Kepala Desa yang bersangkutan, dengan disaksikan oleh para saksi yang masing-masing ditunjuk oleh pihak pemilik dan penggarap tanah.

2. Jangka Waktu Perjanjian Bagi Hasil

Dokumen yang terkait

PENDAHULUAN PELAKSANAAN PERJANJIAN BAGI HASIL TANAH PERTANIAN DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG KAITANNYA DENGAN UU NO.2 TAHUN 1960 TENTANG PERJANJIAN BAGI HASIL (TANAH PERTANIAN).

0 1 7

PELAKSANAAN BAGI HASIL TANAH PERTANIAN Pelaksanaan Bagi Hasil Tanah Pertanian (Studi Komparatif Undang-Undang No.2 Tahun 1960 Tentang Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian dengan Pelaksanaan Bagi Hasil di Desa Blagungan Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sra

0 2 15

PENDAHULUAN Pelaksanaan Bagi Hasil Tanah Pertanian (Studi Komparatif Undang-Undang No.2 Tahun 1960 Tentang Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian dengan Pelaksanaan Bagi Hasil di Desa Blagungan Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen).

0 5 5

PELAKSANAAN BAGI HASIL TANAH PERTANIAN Pelaksanaan Bagi Hasil Tanah Pertanian (Studi Komparatif Undang-Undang No.2 Tahun 1960 Tentang Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian dengan Pelaksanaan Bagi Hasil di Desa Blagungan Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sra

0 0 17

Efektivitas Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1960 Tentang Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian di Desa Ujung Teran Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat

0 0 18

Efektivitas Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1960 Tentang Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian di Desa Ujung Teran Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat

0 0 2

Efektivitas Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1960 Tentang Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian di Desa Ujung Teran Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat

0 1 17

Efektivitas Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1960 Tentang Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian di Desa Ujung Teran Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat

0 0 36

Efektivitas Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1960 Tentang Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian di Desa Ujung Teran Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat Chapter III V

0 0 63

Efektivitas Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1960 Tentang Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian di Desa Ujung Teran Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat

0 0 4