Jangka Waktu Perjanjian Bagi Hasil

penyelenggaraan bagi hasil dilakukan dengan cara mengisi buku daftar bagi hasil di hadapan Kepala Desa yang bersangkutan, dengan disaksikan oleh para saksi yang masing-masing ditunjuk oleh pihak pemilik dan penggarap tanah.

2. Jangka Waktu Perjanjian Bagi Hasil

Jangka waktu perjanjian bagi hasil diatur pada Pasal 4, 5 dan 6 UU No. 2 Tahun 1960. Perjanjian bagi hasil diadakan untuk jangka waktu 3 tiga tahun bagi tanah persawahan dan 5 lima tahun untuk tanah kering. Dalam hal-hal khusus, oleh Camat dapat diizinkan diadakannya perjanjian bagi hasil dengan waktu kurang dari yang ditetapkan di atas. Jika pada waktu berakhirnya perjanjian bagi hasil di atas tanah yang bersangkutan masih terdapat tanaman yang belum dapat dipanen, maka perjanjian tersebut berlaku terus sampai waktu tanaman itu selesai di panen, tetapi perpanjangan waktu itu tidak boleh lebih dari satu tahun. Jika ada keragu-raguan apakah tanah yang bersangkutan itu sawah atau tanah kering, maka Kepala Desa yang akan memutuskannya. Perjanjian bagi hasil tidak terputus karena pemindahan hak milik atas tanah yang bersangkutan kepada orang lain. Semua hak dan kewajiban pemilik berdasarkan perjanjian bagi hasil itu beralih kepada pemilik baru. Dan jika penggarap meninggal dunia, maka perjanjian bagi hasil itu beralih kepada atau dilanjutkan oleh ahli warisnya, dengan hak dan kewajiban yang sama. Malem Ginting : Pelaksanaan Undang-Undang No. 2 Tahun 1960 Tentang Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian..., 2006 USU e-Repository © 2008 Pemutusan perjanjian bagi hasil sebelum berakhirnya jangka waktu perjanjian hanya mungkin dalam hal-hal sebagai berikut : a. Atas persetujuan kedua belah pihak yang bersangkutan dan setelah mereka laporkan kepada Kepala Desa. b. Dengan izin Kepala Desa atas tuntutan si pemilik, didalam hal penggarap tidak mengusahakan tanah yang bersangkutan sebagaimana mestinya atau tidak memenuhi kewajibannya untuk menyerahkan sebagian dari hasil tanah yang telah ditentukan kepada pemilik atau tidak memenuhi beban-beban yang menjadi tanggungannya seperti ditegaskan didalam perjanjian tersebut atau tanpa izin dari pemilik menyerahkan penguasaan tanah yang bersangkutan kepada orang lain. Mengenai perjanjian bagi hasil yang telah berakhir jangka waktunya, maka pada tahun 1964 dikeluarkan Instruksi Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agraria No. DD18311-SK 49Depag64 yang menyatakan bahwa tanahnya harus tetap dibagi hasilkan kepada penggarap semula, kecuali jika : a. Tanah itu secara sungguh-sungguh akan dikerjakan sendiri oleh pemiliknya, yang nyata-nyata mempunyai kemampuan untuk itu; b. Penggarap semula selama waktu perjanjian bagi hasil yang lalu ternyata tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana mestinya sesuai dengan ketentuan- ketentuan yang berlaku; c. Penggarap semula atas kemauan sendiri tidak bersedia untuk menggarapnya lagi. Instruksi tersebut dikeluarkan sebagai usaha untuk mengatasi sengketa- sengketa yang banyak timbul pada saat itu, dimana para penggarap setelah jangka waktu perjanjiannya berakhir, tidak bersedia untuk menyerahkan kembali kepada Malem Ginting : Pelaksanaan Undang-Undang No. 2 Tahun 1960 Tentang Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian..., 2006 USU e-Repository © 2008 pemilik. Ditinjau dari ketentuan undang-undang perjanjian bagi hasil, instruksi tersebut mengurangi hak yang telah diberikan kepada para pemilik, yang menurut Pasal 10 UU No. 2 Tahun 1960 berhak untuk menuntut kembali tanahnya. Di lain pihak perlu juga diperhatikan bahwa dengan berlakunya Pasal 10 itu ada kemungkinan banyak penggarap akan kehilangan tanah garapannya, hal mana akan menimbulkan ketegangan sosial.

3. Syarat Sahnya Perjanjian Bagi Hasil

Dokumen yang terkait

PENDAHULUAN PELAKSANAAN PERJANJIAN BAGI HASIL TANAH PERTANIAN DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG KAITANNYA DENGAN UU NO.2 TAHUN 1960 TENTANG PERJANJIAN BAGI HASIL (TANAH PERTANIAN).

0 1 7

PELAKSANAAN BAGI HASIL TANAH PERTANIAN Pelaksanaan Bagi Hasil Tanah Pertanian (Studi Komparatif Undang-Undang No.2 Tahun 1960 Tentang Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian dengan Pelaksanaan Bagi Hasil di Desa Blagungan Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sra

0 2 15

PENDAHULUAN Pelaksanaan Bagi Hasil Tanah Pertanian (Studi Komparatif Undang-Undang No.2 Tahun 1960 Tentang Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian dengan Pelaksanaan Bagi Hasil di Desa Blagungan Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen).

0 5 5

PELAKSANAAN BAGI HASIL TANAH PERTANIAN Pelaksanaan Bagi Hasil Tanah Pertanian (Studi Komparatif Undang-Undang No.2 Tahun 1960 Tentang Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian dengan Pelaksanaan Bagi Hasil di Desa Blagungan Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sra

0 0 17

Efektivitas Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1960 Tentang Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian di Desa Ujung Teran Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat

0 0 18

Efektivitas Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1960 Tentang Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian di Desa Ujung Teran Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat

0 0 2

Efektivitas Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1960 Tentang Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian di Desa Ujung Teran Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat

0 1 17

Efektivitas Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1960 Tentang Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian di Desa Ujung Teran Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat

0 0 36

Efektivitas Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1960 Tentang Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian di Desa Ujung Teran Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat Chapter III V

0 0 63

Efektivitas Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1960 Tentang Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian di Desa Ujung Teran Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat

0 0 4