kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk generasi yang akan datang.
b. Sangap berarti mendapat rejeki, kemakmuran bagi pribadi, anggota keluarga, dan masyarakat serta generasi yang akan datang.
c. Mejuah-juah berarti sehat dan sejahtera lahir batin, aman, damai, tenteram dan bersemangat serta menjaga keseimbangan, keselarasan antara manusia dengan
manusia, antara manusia dan lingkungan serta antara manusia dengan Tuhannya. Ketiga hal tersebut adalah merupakan satu kesatuan yang bulat dan tak terpisahkan
satu sama lain.
2. Pemerintahan
Sistem pemerintahan tertua yang dijumpai di wilayah Kabupaten Karo ialah Penghulu, menjalankan pemerintahan di Kampung Kuta menurut adat. Terbentuknya
suatu Kuta harus memenuhi persyaratan adat antara lain: ada Merga pendiri desa yang disebut Merga tanehsimantek Kuta, ada saudara pendiri desa yang disebut Senina
Simantek Kuta , ada Anak Beru Simantek Kuta yang disebut Anak Beru Taneh serta ada
Kalimbubu Simantek Kuta yang disebut Kalimbubu Taneh.
Pada masa penjajahan Belanda yang dimulai sekitar tahun 1906, struktur pemerintahan di wilayah Kabupaten Karo dibagi atas 2 dua bagian :
a. Pemerintahan oleh Onderafdeling Karo Landen yang dipimpin oleh seorang Controleur
berkebangsaanorang Belanda. b. Landschaap, yaitu pemerintahan Bumi Putra. Pemerintahan Landschaap ini
dibentuk berdasarkan perjanjian pendek dengan pemerintahan Onderafdeling.
Malem Ginting : Pelaksanaan Undang-Undang No. 2 Tahun 1960 Tentang Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian..., 2006 USU e-Repository © 2008
Berdasarkan perjanjian pendek Korte Verklaring pada tahun 1907, maka di Tanah Karo terdapat 5 lima Landschaap yang dikepalai oleh Sibayak yang membawahi
beberapa Urung yang dikepalai oleh Raja Urung yaitu : 1 Landschaap Lingga, membawahi 6 enam urung :
a Sepuluh Dua Kuta
di Kabanjahe b
Telu Kuta di Lingga
c Tigapancur
di Tigapancur d
Empat Teran di Naman
e Lima Senina
di Batukarang , dan f
Tiganderket di Tiganderket
2 Landschaap Kutabuluh,
membawahi 2 dua urung : a
Namo Haji di Kutabuluh, dan
b Liang Melas
di Samperaya 3
Landschaap Sarinembah, membawahi 4 empat urung :
a Sepuluhpitu Kuta
di Sarinembah b
Perbesi di Perbesi
c Juhar
di Juhar, dan d
Kuta Bangun di Kuta Bangun
4 Landschaap Suka,
membawahi 4 empat urung : a
Suka di Suka
b SukapiringSeberaya
di Seberaya c
Ajinembah di Ajinembah, dan
d Tongging
di Tongging
Malem Ginting : Pelaksanaan Undang-Undang No. 2 Tahun 1960 Tentang Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian..., 2006 USU e-Repository © 2008
5 Landschaap Barusjahe,
membawahi 2 dua urung : a
Sipitu Kuta di Barusjahe, dan
b Sinaman Kuta
di Sukanalu Pada masa penjajahan Jepang tentara Jepang masuk ke Tanah Karo sekitar bulan
Maret 1942, struktur pemerintahan di Tanah Karo tidak mengalami perubahan sebagaimana yang terjadi di masa penjajahan Belanda, hanya saja pimpinannya yang
diganti dan dipilih orang-orang yang setia dan patuh kepada penjajah Jepang. Pada awal Kemerdekaan RI Struktur pemerintahan di Tanah Karo ditentukan
sebagai berikut : a. Pemerintahan di Tanah Karo sebagai alat Pemerintahan Pusat dipimpin oleh seorang
Sibayak yang saat itu bernama Ngerajai Meliala.
b. Pemerintahan Swapraja yaitu Landschaap : 1 Lingga dengan 6 Urung
2 Barusjahe dengan 2 Urung 3 Suka dengan 4 Urung
4 Sarinembah dengan 4 Urung 5 Kutabuluh dengan 2 Urung
Dalam sidang Komite Nasional Indonesia, pada tanggal 13 Maret 1946, wilayah Kabupaten Karo diperluas ke daerah Deli Hulu, Cingkes dan dibagi menjadi 3 tiga
Kewedanaan, yang masing-masing membawahi 5 lima Kecamatan yakni : a. Kewedanaan Kabanjahe membawahi 5 Kecamatan yaitu :
1 Kabanjahe 2 Tigapanah
Malem Ginting : Pelaksanaan Undang-Undang No. 2 Tahun 1960 Tentang Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian..., 2006 USU e-Repository © 2008
3 Barusjahe 4 Simpang Empat, dan
5 Payung b. Kewedanaan Tigabinanga membawahi 5 Kecamatan yaitu :
1 Tigabinanga 2 Juhar
3 Munte 4 Kutabuluh, dan
5 Mardinding c. Kewedanaan Deli Hulu membawahi 5 Kecamatan yaitu :
1 Pancur Batu 2 Sibolangit
3 Kutalimbaru 4 Biru-biru, dan
5 Namo Rambe
3. Bentuk dan Susunan Pemerintahan Daerah