Sumber : www. yahoofinance.co
4.1.2. Perkembangan tingkat bunga SBI
Pada tahun 2000 tingkat suku bunga SBI sebesar 11,16 persen. Tetapi terus naik hingga akhir tahun 2000 mencapai 14,53 persen. Kurangnya kemampuan
pemerintah dalam mempertahankan iklim investasi yang baik dan semakin memanasnya iklim politik membuat kurs terus merosot. Untuk mengatasi masalah
tersebut BI mulai menaikkan kembali tingkat suku bunga SBI hingga pada bulan Agustus 2001 berada titik tertinggi setelah mengalami penurunan pada tahun
sebelumnya yaitu pada tingkat 17,67 persen. Tingkat suku bunga SBI terus berada diatas tingkat 10 persen sampai bulan Mei 2003, hal ini dinilai masih terlalu tinggi
oleh sektor usaha. Hingga akhirnya BI menurunkan tingkat suku bunga SBI menjadi lebih rendah dibawah 10 persen yang merupakan tingkat bunga yang
cukup ideal untuk mendorong berkembangnya sektor riil ekonomi di Indonesia. Keadaan Indonesia yang semakin kondusif selama tahun 2004 karena pemilu
secara langsung berjalan lancar dan aman membuat SBI stabil hingga awal 2005 berada
pada tingkat 7 persen. Bulan Juni hingga Agustus 2005, suku bunga SBI kembali naik, bahkan pada September mencapai 10 persen. Suku bunga SBI terus berada
diatas 10 persen hingga akhir tahun 2006, sebelum akhirnya turun kembali menjadi 9,75 persen pada bulan Desember 2006.
Kondisi perekonomian Indonesia yang stabil, membuat suku bunga SBI terus stabil berada di bawah 10 persen. Mulai 9,5 persen pada Januari 2007 menjadi 8
Universitas Sumatera Utara
persen pada Desember 2007. Tingkat suku bunga SBI sempat turun menjadi 7 persen pada awal 2008.
Untuk lebih jelasnya, perkembangan tingkat bunga SBI dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2 Perkembangan
tingkat bunga SBI
persentase
TAHUN SBI
1988 15.3
1989 11.64
1990 17.87
1991 22.03
1992 19.88
1993 13.99
1994 13
1995 14.5
1996 14
1997 13.5
1998 35.52
1999 11.93
2000 14.53
2001 17.62
2002 12.93
Universitas Sumatera Utara
Sumber : www.bi.go.id
4.1.3. Perkembangan kurs Dollar AS
Keberhasilan pelaksanaan Pemilu 1999 dengan aman membuat Rupiah terapresiasi kembali dan berada pada level Rp. 7.000-an. Pada bulan januari 2000
Rupiah berada pada level 7.425 per Dolar. Suhu politik yang memanas ditandai dengan turunnya Gus Dur dari kursi kepresidenan dan digantikan oleh Megawati
serta cenderung meningkatnya permintaan Dolar dalam rangka pembayaran utang luar negeri yang mulai jatuh tempo membuat Rupiah kembali terdepresiasi hingga
pada puncaknya sebesar Rp. 11.675 per Dolar pada bulan April 2001. Pada bulan Juli hingga September 2001 Rupiah terapresiasi, namun kembali melemah pada
Oktober hingga Februari tahun berikutnya. Tragedi runtuhnya menara WTC di Amerika secara tidak langsung berdampak negatif terhadap Rupiah. Memasuki
tahun 2002 dan semakin membaiknya kondisi sosial politik membuat kurs menjadi lebih stabil dan inflasi cenderung menurun cukup tajam. Rupiah terus
berada pada level Rp. 8000-9000-an. Hal ini disebabkan keberhasilan BI menerapkan kebijakan moneter yang ketat serta iklim ekonomi dan politik
Indonesia yang berjalan lancar dan cukup stabil. Bulan Agustus hingga November
2003 8.31
2004 7.43
2005 12.75
2006 9.75
2007 8
2008 10.83
2009 8.21
Universitas Sumatera Utara
2005, rupiah kembali terdepresiasi hingga berada pada level diatas Rp. 10.000 per Dolar. Tetapi hal ini tidak berlangsung lama, mulai Desember 2005 hingga akhir
periode penelitian rupiah berfluktuasi dan berada pada level Rp. 9.000-an per Dolar Amerika. Dampak krisis subprime AS pada tahun 2008 telah membuat kurs
dollar AS melemah menjadi Rp. 10.950 Untuk lebih jelasnya, perkembangan kurs dollar AS dapat dilihat pada
tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3 Perkembangan kurs dollar AS
Rupiah
TAHUN KURS DOLLAR
1988 1729
1989 1795
1990 1901
1991 1992
1992 2062
1993 2110
1994 2200
1995 2308
1996 2383
1997 4650
1998 8025
1999 7100
Universitas Sumatera Utara
Sumber : www.bi.go.id
4.1.4. Perkembangan pertumbuhan ekonomi Indonesia