17
E. Kerangka Teori dan Konseptual
Waralaba berasal dari kata “wara” yang berarti lebih istimewa dan laba berarti untung. Jadi kata waralaba berarti usaha yang memberikan keuntungan lebih
istimewa.
11
Menurut istilah waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam
rangka memasarkan barang danatau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan danatau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba.
Selain pengertian waralaba, perlu dijelaskan pula apa yang dimaksud dengan franchisor dan franchisee.
Franchisor atau pemberi waralaba adalah orang perseorangan atau badan usaha yang memberikan hak untuk memanfaatkan danatau menggunakan waralaba yang
dimilikinya kepada penerima waralaba. Franchisee atau penerima waralaba adalah orang perseorangan atau badan
usaha yang diberikan hak oleh pemberi waralaba untuk memanfaatkan danatau menggunakan waralaba yang dimiliki pemberi waralaba.
12
Sedangkan kontrak atau perjanjian merupakan suatu peristiwa hukum dimana seorang berjanji kepada orang lain atau dua orang saling berjanji untuk melakukan
atau tidak melakukan sesuatu.
13
11
Darmawan Budi Suseno, Sukses Usaha Waralaba Mudah, risiko Rendah dan Menguntungkan Yogyakarta: Cakrawala.2007. hal. 19
12
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 31M-DAGPER82008 tentang Penyelenggaraan Waralaba
18
Dalam penulisan naskah kontrak tersebut diperlukan kejelian dalam menangkap berbagai keinginan pihak-pihak, memahami aspek hukum, dan bahasa kontrak.
Penulisan kontrak perlu mempergunakan bahasa yang baik dan benar dengan berpegang pada aturan tata bahasa yang berlaku. Dalam penggunaan bahasa, baik
bahasa Indonesia maupun bahasa asing harus tepat, singkat, jelas dan sistematis. 1.
Anatomi Kontrak Bisnis a.
Bagian I
Merupakan keterangan mendasar meliputi: judul, tanggal, para pihak, kata sepakat menggunankan latar belakang recital, mengenai sesuatu untuk apa
perjanjian diadakan, tidak melangar hukum sesuatu sebab yang halal dan pasal 1 yang isinya tentang definisi.
b. Bagian II
Merupakan bagian dari kontrak berisi tentang isi kontrak yang khas. Bagian inilah yang membedakan isi kontrak yang satu dengan kontrak yang lain. Yang dapat
dilakukan adalah mengkoleksi contoh-contoh kontrak atau literatur-literatur tentang kontrak dalam suatu check list berikut contohnya.
c. Bagian III
Merupakan suatu bagian kontrak yang berisi pasal-pasal yang harus ada di semua kontrak yang dibuat meliputi isi kontrak yang prinsip antara lain yaitu:
13
Ahmadi Miru, Hukum Kontrak Perancangan Kontrak Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2007, hal.2
19
wanprestasi even of default, peringatan notice atau somasi, ganti rugi atau denda, force majeure atau keadaan darurat, Penyelesaian sengketa settlement of dispute,
bahasa yang dipakai, ketentuan amandemen untuk kontrak jangka panjang, the entire agreement kalimat dari keseluruhan perjanjian, penutup dan tanda tangan.
2. Syarat Sahnya Kontrak
Dari bunyi Pasal 1338 ayat 1 jelas bahwa perjanjian yang mengikat hanyalah perjanjian yang sah. Supaya sah pembuatan perjanjian harus mempedomani Pasal
1320 KUH Perdata. Pasal 1320 KUH Perdata menentukan empat syarat sahnya perjanjian yaitu
a. Kesepakatan
b. Kecakapan
c. Hal tertentu
d. Sebab yang dibolehkan
Istilah perjanjiankontrak dalam hukum Indonesia disebut akad dalam hukum Islam.
14
Akad adalah pertemuan ijab dan kabul sebagai pernyataan kehendak dua pihak atau lebih untuk melahirkan suatu akibat hukum objeknya. Tujuan akad adalah
untuk melahirkan suatu akibat hukum.
14
Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah: Studi tentang Teori Akad dalam Fikih Muamalat Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007, hal.68
20
Adapun yang dimaksud dengan istilah hukum kontrakakad syari‟ah disini adalah keseluruhan dari kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan hukum di
bidang muamalah khususnya perilaku dalam menjalankan hubungan ekonomi antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum
secara tertulis berdasarkan hukum Islam.
15
Dalam hukum kontrak syariah terdapat asas-asas perjanjian yang melandasi penegakan dan pelaksanaannya. Asas-asas perjanjian tersebut diklasifikasikan
menjadi asas-asas perjanjian yang tidak berakibat hukum dan sifatnya umum dan asas-asas perjanjian yang berakibat hukum dan sifatnya khusus. Adapun asas-asas
perjanjian yang tidak berakibat hukum dan sifatnya umum adalah: 1
Asas Ilahiah atau Asas Tauhid 2
Asas Kebebasan Al-Hurriyah
3 Asas Persamaan Atau Kesetaraan
4 Asas Keadilan Al „Adalah
5 Asas Kerelaan Al-Ridha
6 Asas Kejujuran dan Kebenaran Ash Shidiq
7 Asas Tertulis Al Kitabah
15
Gemala Dewi dkk , Hukum Perikatan Islam di Indonesia, cetakan ke-2 Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2006, hal.3
21
Sedangkan asas-asas perjanjian yang berakibat hukum dan bersifat khusus adalah:
1 Asas Konsensualisme atau Asas Kerelaan mabda‟ ar-rada‟iyyah
2 Asas Kebebasan Berkontrak mabda‟ hurriyah at-ta‟aqud
3 Asas Itikad Baik
4 Asas Kepastian Hukum Asas Pacta Sunt Servanda
5 Asas Kepribadian Personalitas
F. Metode Penelitian