Waralaba Sebagai Perjanjian Tinjauan Umum Mengenai Waralaba

32 a Konsep bisnis yang menyeluruh dari pemberi waralaba b Adanya proses permulaan dan pelatihan atas seluruh aspek pengelolaan bisnis, sesuai dengan konsep pemberi waralaba c Proses bantuan dan bimbingan yang terus menerus dari pihak pemberi waralaba

3. Waralaba Sebagai Perjanjian

Dalam franchise ada dua pihak yang terlibat yaitu franchisor atau pemberi waralaba dan franchisee atau penerima waralaba di mana masing – masing pihak terikat dalam suatu perjanjian yaitu perjanjian waralaba. Perjanjian waralaba adalah perjanjian formal. Hal tersebut tersebut dikerenakan perjanjian waralaba disyaratkan tertulis sesuai dalama Pasal 4 PP RI No.42 Tahun 2007 tentang waralaba untuk dibuat secara tertulis dalam bahasa Indonesia dan mengikuti hukum yang berlaku di Indonesia. Hal ini diperlukan sebagai perlindungan bagi kedua belah pihak yang terlibat dalam perjanjian waralaba tersebut. Selain itu suatu waralaba diwajibkan memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut: a memiliki ciri khas usaha; b terbukti sudah memberikan keuntungan; c memiliki standar atas pelayanan dan barang danatau jasa yang ditawarkan yang dibuat secara tertulis; d mudah diajarkan dan diaplikasikan; 33 e adanya dukungan yang berkesinambungan; dan f Hak Kekayaan Intelektual yang telah terdaftar. Secara umum dikenal adanya dua macam atau jenis kompensasi yang dapat diminta oleh pemberi waralaba franchisor dari penerima waralaba franchisee. Pertama, kompensasi langsung dalam bentuk moneter direct monetary compensation adalah lump sum payment dan royalty. Lump sum payment adalah suatu jumlah uang yang telah dihitung terlebih dahulu yang wajib dibayarkan oleh penerima waralaba franchisee pada saat persetujuan pemberian waralaba disepakati. Sedangkan royalti adalah jumlah pembayaran yang dikaitkan dengan suatu presentasi tertentu yang dihitung dari jumlah produksi danatau penjualan barang danatau jasa yang diproduksi atau dijual berdasarkan perjanjian, baik disertai dengan ikatan suatu jumlah minimum atau maksimum jumlah royalti tertentu atau tidak. Kedua, kompensasi tidak langsung dalam bentuk nilai moneter indirect and nonmenetary compensation. Meliputi antara lain keuntungan sebagai akibat dari penjualan barang modal atau bahan mentah, yang merupakan satu paket dengan pemberian waralaba, pembayaran dalam bentuk deviden ataupun bunga pinjaman dalam hal pemberi waralaba juga turut memberikan bantuan finansial, baik dalam bentuk ekuitas atau dalam wujud pinjaman jangka pendek maupun jangka panjang, cost shifting atau pengalihan atas sebagian biaya yang harus dikeluarkan oleh pemberi 34 waralaba, perolehan data pasar dari kegiatan usaha yang dilakukan oleh penerima lisensi dan lain sebagainya. 27 Pasal 5 PP No.42 Tahun 2007 manegaskan bahwa klausul waralaba setidaknya harus memuat hal-hal sebagai berikut : a nama dan alamat para pihak; b jenis Hak Kekayaan Intelektual; c kegiatan usaha d hak dan kewajiban para pihak; e bantuan, fasilitas, bimbingan operasional, pelatihan, dan pemasaran yang diberikan Pemberi Waralaba kepada Penerima Waralaba; f wilayah usaha; g jangka waktu perjanjian; h tata cara pembayaran imbalan; i kepemilikan, perubahan kepemilikan, dan hak ahli waris; j penyelesaian sengketa; dan k tata cara perpanjangan, pengakhiran, dan pemutusan perjanjian. 27 Gemala Dewi, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, hal.190-191 35 Selanjutnya pemberi waralaba harus menyampaikan klausul perjanjian kepada penerima waralaba paling singkat dua minggu sebelum penandatangan perjanjian waralaba. 28

C. Perjanjian Dalam Hukum Positif Dan Hukum Syariah