Asas-Asas Perjanjian Dalam Hukum Positif Dan Hukum Syariah

41 1 „Aqid ialah orang yang berakad, terkadang masing-masing pihak terdiri dari satu orang, terkadang terdiri dari beberapa orang 2 Ma‟qud „alaih ialah benda-benda yang diakadkan 3 Maudhu‟ al-„aqd ialah tujuan atau maksud pokok mengadakan akad 4 Shighat al-„aqd ialah ijab dan qabul

3. Asas-Asas Perjanjian Dalam Hukum Positif Dan Hukum Syariah

Menurut Hukum Perdata, sebagai dasar hukum utama dalam berkontrak,dikenal 5 lima asas penting sebagai berikut : 39 a. Asas Kebebasan Berkontrak Freedom of contract Asas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari ketentuan Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata, yang berbunyi: “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang- undang bagi mereka yang membuatnya.” b. Asas Konsensualisme Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat 1 KUH Perdata. Dalam pasal itu ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian, yaitu adanya kesepakatan kedua belah pihak. Asas konsensualisme merupakan asas yang menyatakan bahwa perjanjian pada umumnya tidak diadakan secara formal, tetapi 39 Salim H.S, Hukum Kontrak : Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, hal.9-12 42 cukup dengan adanya kesepakatan kedua belah pihak. Kesepakatan merupakan persesuaian antara kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh kedua belah pihak. Dalam perjanjian tertulis, bentuk dari konsensualitas salah satunya adalah dengan pembubuhan tanda tangan dari pihak-pihak yang terlibat dalam perjanjian tersebut. Tanda tangan selain sebagai persetujuan kesepakatan, juga sebagai persetujuan tempat, waktu, dan isi perjanjian. Tanda tangan juga sebagai tanda kesengajaan para pihak untuk berkontrak sebagai bukti suatu peristiwa. 40 c. Asas Pacta Sunt Servanda Asas pacta sunt servanda atau disebut juga dengan asas kepastian hukum. Asas ini berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas pacta sunt servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah undang-undang. Mereka tidak boleh melakukan intervensi terhadap substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak. Asas pacta sunt servanda dapat disimpulkan dalam Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata yang bunyinya : Perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang. d. Asas Itikad Baik Goede Trouw Asas itikad baik dapat disimpulkan dari Pasal 1338 ayat 3 KUH Perdata Pasal 1338 ayat 3 KUH Perdata berbunyi “ Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik”. Asas itikad merupakan asas bahwa para pihak, yaitu pihak kreditur dan 40 Frans Satriyo wicaksono, Panduan Lengkap Membuat Surat-Surat Kontrak, Jakarta: Visimedia, 2008, hal.5 43 debitur harus melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh atau kemauan baik dari para pihak. e. Asas Kepribadian Personalitas Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang akan melakukan dan atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan saja. Hal ini dapat dilihat dalam pasal 1315 dan pasal 1320 KUH Perdata. Sedangkan dalam hukum syara‟, asas-asas yang harus terdapat dalam hukum perikatan Islam, Fathurrahman Djamil mengemukakan enam asas, yaitu asas kebebasan, asas persamaan atau kesetaraan, asas keadilan, asas kerelaan, asas kejujuran dan kebenaran, dan asas tertulis. 41 Namun, ada asas utama yang mendasari setiap perbuatan manusia, termasuk perbuatan muamalat, yaitu asas ilahiah atau asas tauhid. a. Asas Ilahiah atau Asas Tauhid Kegiatan muamalah termasuk perbuatan perjanjian, tidak pernah akan lepas dari nilai-nilai ketauhidan. Dengan demikian manusia memiliki tanggung jawab akan hal itu. Tanggung jawab kepada masyarakat, tanggung jawab kepada pihak kedua,tanggung jawab kepada diri sendiri, dan tanggung jawab kepada Allah SWT. Kegiatan muamalat termasuk perbuatan perikatan, tidak akan lepas dari nilai ketauhidan. 41 Gemala Dewi, Hukum Perikatan, hal.30-37 44 b. Asas Kebebasan Al-Hurriyah Terdapat kaidah fiqhiyah yang artinya,”Hukum asal dari segala sesuatu adalah boleh sampai ada dalil yang mengharamkannya ”. 42 Kaidah fiqih tersebut bersumber hadits riwayat al Bazar dan at-Thabrani yang artinya : “Apa-apa yang dihalalkan Allah adalah halal, dan apa-apa yang diharamkan Allah adalah haram, dan apa-apa yang didiamkan adalah dimaafkan. Maka terimalah dari Allah pemaaf-Nya. Sungguh Allah itu tidak melupakan sesuatupun”. 43 c. Asas Persamaan Atau Kesetaraan Dalam melakukan kontrak para pihak menentukan hak dan kewajiban masing- masing didasarkan pada asas persamaan dan kesetaraan. Tidak diperbolehkan terdapat kezaliman yang dilakukan dalam kontrak tersebut. Sehingga tidak diperbolehkan membeda-bedakan manusia berdasar perbedaan warna kulit, agama, adat dan ras. d. Asas Keadilan Al „Adalah Dalam asas ini para pihak yang melakukan kontrak dituntut untuk berlaku benar dalam mengungkapkan kehendak dan keadaan, memenuhi perjanjian yang telah mereka buat, dan memenuhi semua kewajibannya. 42 Ahmad Sudirman Abbas, Qawaid Fiqhiyyah Dalam Perspektif Fiqh ,Jakarta:Adelina Bersaudara,2004, hal.63 43 Ibid, hal.66 45 e. Asas Kerelaan Al-Ridha Dalam QS.an-Nisa 4: 29, dinyatakan bahwa segala transaksi yang dilakukan harus atas dasar suka sama suka atau kerelaan antara masing-masing pihak, tidak boleh ada tekanan, paksaan, penipuan, dan mis-statement. Jika hal ini tidak dipenuhi maka transaksi tersebut dilakukan dengan cara yang batil. f. Asas Kejujuran dan Kebenaran Ash Shidiq Jika kejujuran ini tidak diterapkan dalam kontrak, maka akan merusak legalitas kontrak dan menimbulkan perselisihan diantara para pihak. QS.al-Ahzab 33: 70 disebutkan yang artinya , ”Hai orang –orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar”. Suatu perjanjian dapat dikatakan benar apabila memiliki manfaat bagi para pihak yang melakukan perjanjian dan bagi masyarakat dan lingkungannya. g. Asas Tertulis Al Kitabah Suatu perjanjian hendaknya dilakukan secara tertulis agar dapat dijadikan sebagai alat bukti apabila di kemudian hari terjadi persengketaan. Dalam QS.al- Baqarah 2; 282- 283 dapat dipahami bahwa Allah SWT menganjurkan kepada manusia agar suatu perjanjian dilakukan secara tertulis, dihadiri para saksi dan diberikan tanggung jawab individu yang melakukan perjanjian dan yang menjadi saksi tersebut. Selain itu dianjurkan pula jika suatu perjanjian dilaksanakan tidak secara tunai maka dapat dipegang suatu benda sebagai jaminannya 46

4. Prestasi Dan Wanprestasi