70
kesepakatan dan kebiasaan yang berlaku sebagaimana kaidah fiqh : “Adat kebiasaan itu dapat menjadi suatu ketetapan
hukum”.
60
Dari penjelasan tersebut, menurut penulis, sistem waralaba yang diterapkan pada Bakmi Raos dan Bakmi Tebet boleh-boleh saja selama tidak ada hal yang
bertentangan dengan hukum syariah.
B. Analisis Kontrak Pada Waralaba Bakmi Raos dan Bakmi Tebet Dilihat Dari
Syarat Sah Dan Asas-Asas Perjanjian Dalam Perspektif Hukum Positif
Dalam Pasal 1233 KUH Perdata, dinyatakan bahwa “Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik kerena persetujuan, baik karena undang-
undang”, artinya bahwa setiap kewajiban perdata dapat terjadi karena dikehendaki oleh pihak-pihak yang
terkait dalam perikatan yang sengaja dibuat oleh pihak yang terlibat dalam perikatan, atau ditentukan oleh undang-undang yang berlaku. Dengan demikian berarti perikatan
adalah hubungan hukum antara dua atau lebih orang pihak dalam bidang harta kekayaan, yang melahirkan kewajiban pada salah satu pihak dalam hubungan hukum
tersebut.
61
Dari rumusan yang diberikan di atas dapat diketahui bahwa suatu perikatan, sekurangnya membawa serta didalamnya empat unsur, yaitu:
1. Bahwa perikatan itu adalah suatu hubungan hukum
2. Hubungan hukum tersebut melibatkan dua atau lebih orangpihak
60
Ahmad Sudirman Abbas, Qawaid Fiqhiyyah, hal.67
61
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan Pada Umumnya,Jakarta: RajaGrafindo Persada,2004, hal.17
71
3. Hubungan hukum tersebut adalah hubungan hukum dalam lapangan hukum
harta kekayaan 4.
Hubungan hukum tersebut melahirkan kewajiban pada salah satu pihak dalam perikatan.
Dalam kasus pada waralaba adalah suatu perikatan yang lahir dari perjanjian sebagaimana termuat dalam PP RI No.42 Tahun 2007 tentang waralaba. Dengan
membuat perjanjian salah satu atau lebih pihak dalam perjanjian tersebut mengikatkan dirinya untuk memenuhi kewajiban sebagaimana yang dijanjikan. Ini
berarti yang membuat perjanjian lahirlah perikatan. Sebagai ilustrasi dapat dikemukan contoh sebagai berikut:
“ Franchisor memberikan hak kepada franchisee dalam usaha waralaba makanan dengan merk “X” dan mensuplai bahan baku dalam operasional usaha.
Franchise fee adalah Rp 20.000.000, yang dibayarkan pada saat penandatanganan kontrak dan royalty fee sebesar 2,5 yang dibayarkan oleh franchisee dari
keuntungan bruto kepada franchisor sebagai kompensasi penggunaan HKI. Jangka waktu per
janjian 5 tahun.”
Dari kesepakatan tersebut,terjadi perjanjian kerjasama yang mengakibatkan perbuatan hukum sebagai berikut:
a. Franchisor berkewajiban untuk :
Memberikan hak penggunaan merk dagang “X” kepada franchisee
72
Memberikan bahan baku produksi Semua kewajiban tersebut berlaku dalam tempo 5 tahun
b. Franchisee berkewajiban untuk:
Membayar franchise fee sebesar Rp 2.000.000 saat penandatangan kontrak Membayar royalty fee sebesar 2,5 dari keuntungan kotor kepada franchisor
selama 5 tahun Dalam kaitannya dangan kewajiban franchisor di atas, franchisor adalah pihak
yang berkewajiban melaksanakan prestasi, atau kita sebut dengan debitor. Dalam hubungan hukum tersebut, franchisee menjadi pihak yang berhak atas prestasi
franchisor, dan disebut sebagai kreditor. Sebaliknya, dalam huruf b, franchisee adalah pihak yang berkewajiban atau debitor, dan franchisor adalah kreditor.
Dari contoh di atas, dapat kita lihat bahwa dari suatu perjanjian dapat lahir berbagai macam kewajiban atau prestasi yang wajib dipenuhi. Tidak saja prestasi
yang telah ditentukan yang wajib dipenuhi oleh salah satu pihak dalam perjanjian, melainkan juga prestasi yang ditentukan oleh undang-undang dan dilakukan secara
timbal balik, antara kedua belah pihak dalam perjanjian. Dengan demikian perjanjian melahirkan satu atau lebih kewajiban dan prestasi pada salah satu pihak atau lebih,
yang pemenuhannya dijamin dengan harta kekayaan masing-masing pihak berkewajiban untuk melakukan prestasi tersebut. Berdasarkan pada ilustrasi tersebut,
jelaslah bahwa perjanjian adalah sumber perikatan. Maka dari itu, suatu perjanjian
73
harus membuat tentang apa saja yang menjadi kewajiban dan hak dari berbagai pihak yang terlibat dalam perjanjian secara jelas, agar tidak jadi sengketa di kemudian hari.
Bakmi Raos mencantumkan tentang hak dan kewajiban antara franchisor dan franchisee pada pasal 6 mengenai hak, kewajiban dan pembatasan. Bakmi Tebet
mencantumkannya pada pasal 2 dan pasal 3. Hubungan hukum antara pewaralaba dengan terwaralaba ditandai dengan
ketidak seimbangan tawar menawar. Perjanjian waralaba merupakan perjanjian baku yang dibuat oleh pewaralaba yang mana menetapkan syarat-syarat dan standar yang
harus diikuti oleh terwaralaba. Berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah RI No.16 Tahun 1997 yang
diubah menjadi Peraturan Pemerintah RI No.42 Tahun 2007 tentang waralaba disebutkan bahwa perjanjian waralaba harus dibuat tertulis dalam bahasa Indonesia.
Ketentuan ini adalah konsekuensi logis adanya kewajiban untuk mendaftarkan perjanjian waralaba.
Ada tiga bentuk perjanjian tertulis, sebagaimana dikemukakan berikut ini:
62
1. Perjanjian di bawah tangan yang ditandatangani oleh para pihak yang
bersangkutan saja. Perjanjian ini hanya mengikat para pihak dalam perjanjian, tetapi tidak mempunyai kekuatan mengikat pihak ketiga.
62
Salim H.S, Hukum Kontrak: Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, hal.43
74
2. Perjanjian dengan saksi notaris untuk melegalisir tanda tangan para pihak.
Fungsi kesaksian notaris atas suatu dokumen semata-mata hanya untuk melegalisir kebenaran tanda tangan para pihak. Akan tetapi kesaksian
tersebut tidak mempengaruhi kekuatan hukum dari isi perjanjian. 3.
Perjanjian yang dibuat di hadapan dan oleh notaris dalam bentuk akta notariel. Akta notariel adalah akta yang dibuat di hadapan dan di muka
pejabat yang berwenang untuk itu. Dari penjelasan tersebut dapat kita pahami bahwa kontrak bisnis pada waralaba
bakmi Raos dan waralaba Bakmi Tebet adalah perjanjian bawah tangan, karena hanya mengikat pihak yang melakukan kontrak saja yaitu kontrak kerjasama antara pihak
pewaralaba dengan terwaralaba. Penyusunan kontrak bisnis pun harus memenuhi persyaratan sebagaimana
tercantum dalam KUH Perdata Pasal 1320 yaitu: 1.
Kesepakatan kedua belah pihak
Yang dimaksud dengan kesepakatan adalah persesuaian pernyataan kehendak antara dua orang atau lebih dengan pihak lainnya. Yang sesuai ini adalah
pernyataannya, kerena kehendak itu tidak dapat dilihatdiketahui orang lain. Ada lima cara terjadinya persesuaian pernyataan kehendak, yaitu dengan:
a. Bahasa yang sempurna dan tertulis
b. Bahasa yang sempurna secara lisan
75
c. Bahasa yang tidak sempurna asal dapat diterima oleh pihak lawan.
d. Bahasa isyarat asal dapat diterima oleh pihak lawan
e. Diam atau membisu, tetapi asal dipahami atau diterima pihak lawan
Pada waralaba bakmi Raos dan bakmi Tebet menggunakan bahasa yang sempurna secara lisan dan secara tertulis yang dapat dilihat dari kontrak bisnisnya.
Tujuannya adalah agar memberikan kepastian hukum bagi para pihak dan sebagai bukti yang sempurna, di kala timbul sengketa di kemudian hari. Kemudian bahasa
yang digunakan adalah bahasa Indonesia sesuai dengan PP No.42 Tahun 2007 tentang waralaba pasal 2.
2. Kecakapan bertindak
Kecakapan bertindak adalah kecakapan atau kemampuan untuk melakukan perbuatan hukum. Perbuatan hukum adalah perbuatan yang akan menimbulkan akibat
hukum. Orang-orang yang mengadakan perjanjian dalam haruslah orang yang cakap dan mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum, sebagaimana diatur
dalam UU. 3.
Adanya objek perjanjian Di dalam berbagai literatur disebutkan bahwa yang menjadi objek perjanjian
adalah prestasi pokok perjanjian. Prestasi adalah apa yang menjadi kewajiban debitur dan apa yang menjadi hak kreditur. Prestasi ini terdiri dari perbuatan positif
dan negatif. Prestasi terdiri atas:
76
a. Memberikan sesuatu
b. Berbuat sesuatu, dan
c. Tidak berbuat sesuatu pasal 1234 KUH Perdata
Dalam kasus pada bakmi Raos dan Bakmi Tebet adalah kerjasama dalam bidang kuliner dimana pihak pewaralaba memberikan hak penggunaan HKI yang
dimiliki kepada terwaralaba dan terwaralaba memberikan sejumlah uang sebagai kompensasi penggunaan HKI milik pewaralaba.
4. Adanya sebab yang halal Geoorloofde Oorzaak
Dalam Pasal 1320 KUH Perdata tidak dijelaskan pengertian orzaak causa yang halal. Di dalam Pasal 1337 KUH Perdata hanya disebutkan causa yang terlarang.
Suatu sebab adalah terlarang apabila bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan,dan ketertiban umum. Pada kontrak bisnis waralaba Bakmi Raos dan
Bakmi Tebet adalah suatu kerjasama dalam usaha yang legal selama tidak bertentangan dengan UU, kesusilaan dan ketertiban umum. Selain itu, waralaba
sendiri juga memiliki kekuatan hukum dengan dikeluarkannya PP RI No.42 Tahun 2007 tentang waralaba.
Dari penjelasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa kontrak bisnis pada dua waralaba yaitu bakmi Raos dan Bakmi Tebet adalah sah karena telah memenuhi
syarat sah perjanjian yang berlaku secara umum menurut hukum positif.
77
Hal lain yang harus diperhatikan dalam membuat kontrak adalah sesuai dengan asas-asas hukum kontrak yang meliputi lima asas penting, yaitu:
1. Asas Kebebasan Berkontrak
Asas kebebasan kontrak dapat dianalisis dari ketentuan Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata, yang berbunyi: “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
sebagai undang-unda ng bagi mereka yang membuatnya.” Asas kebebasan berkontrak
adalah suatu asas yang memberikan kebebasan kepada para pihak untuk: a.
Membuat atau tidak membuat perjanjian
b. Mengadakan perjanjian dengan siapapun
c. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya, dan
d. Menentukan bentuknya perjanjian, yaitu tertulis atau lisan.
Pada waralaba bakmi Raos dan bakmi Tebet, asas kebebasan berkontrak tidak diterapkan secara sempurna bahkan kehendak bebas tidak dapat terwujud secara
mutlak namun semata-mata hanya untuk mewujudkan kepentingan umum. Dalam perjanjian waralaba Franchise Agreement yang tersisa dari penerapan asas
kebebasan berkontrak adalah adanya kebebasan pihak franchisor untuk menentukan atau memilih partner bisnis sebagai franchisee, namun kebebasan menentukan isi dan
bentuk perjanjian sudah tidak ada lagi dengan dituangkannya Franchisee Agreement dalam bentuk perjanjian baku karena perjanjian umumnya dibuat oleh pihak
franchisor yang kemudian diserahkan kepada franchisee. Di sinilah kita akan
78
menemukan ketimpangan dalam pembuatan klausul kontrak karena biasanya isi kontrak lebih menguntungkan pihak franchisor. Namun pihak franchisee masih
berhak untuk mengajukan perubahan walaupun tidak terlalu banyak.
63
2. Asas Konsensualisme
Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam pasal 1320 ayat 1 KUH Perdata. Dalam pasal itu ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian adalah
adanya kesepakatan kedua belah pihak. Asas konsensualisme merupakan asas yang menyatakan bahwa perjanjian pada umumnya tidak diadakan secara formal, tetapi
cukup dengan adanya kesepakatan kedua belah pihak. 3.
Asas Kepastian Hukum Pacta Sunt Servada
Asas ini berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas pacta sunt servada merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak
yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah undang-undang. Asas pacta sunt servada dapat disimpulkan dalam Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata yang
bunyinya : Perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang. Dalam kaitannya dengan asas kepastian hukum ini, perjanjian waralaba tersebut
merupakan salah satu aspek perlindungan hukum kepada para pihak dari perbuatan merugikan pihak yang lain. Hal ini dikarenakan perjanjian dapat menjadi dasar
hukum yang kuat untuk menegakkan perlindungan hukum bagi para pihak. Jika salah
63
Hasil wawancara dengan Bpk Rudiyanto, General Manager PT Raos Aneka Pangan, Selasa, 10 Mei 2011
79
satu pihak melanggar isi perjanjian, maka pihak yang lain dapat menuntut pihak yang melanggar tersebut sesuai dengan hukum yang berlaku.
4. Asas Itikad Baik
Asas itikad baik dapat disimpulkan dari Pasal 1338 ayat 3 KUH Perdata Pasal 1338 ayat 3 KUH Perdata berbunyi “ Perjanjian harus dilaksanakan dengan
itikad baik”. Asas ini merupakan asas bahwa para pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur harus melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau
keyakinan yang teguh atau kemauan baik dari para pihak 5.
Asas Kepribadian Personalitas
Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang akan melakukan dan atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan
saja. Hal ini dapat dilihat dalam pasal 1315 dan pasal 1320 KUH Perdata. Pasal 1315 KUH Perdata
berbunyi: “Pada umumnya seseorang tidak dapat mengadakan perikatan atau perjanjian selain untuk dirinya sendiri” dan pasal 1320 KUH Perdata
yang berbunyi : ”Perjanjian hanya berlaku antara pihak yang membuatnya”. Perjanjian kerjasama waralaba pada bakmi Raos dan bakmi Tebet hanya berlaku pada
para pihak yang terlibat di dalamnya. Kecuali bila dikemudian hari terjadi perubahan yang melibatkan pihak ketiga akan dibuatkan pada suatu kontrak yang lain.
80
C. Analisis Struktur dan Substansi Isi Kontrak Pada Waralaba Bakmi Raos