38
perikatan. Sedangkan pada KUH Perdata, perjanjian antara pihak pertama dan kedua adalah satu tahap yang kemudian menimbulkan perikatan antara mereka. Dalam
hukum perikatan Islam titik tolak yang paling membedakannya adalah pentingnya unsur ikrar ijab dan qabul dalam tiap transaksi. Apabila dua janji antara para pihak
tersebut disepakati dan dilanjutkan dengan ikrar, maka terjadilah perikatan.
34
2. Syarat Sah Perjanjian Menurut Hukum Positif Dan Hukum Syariah
Selanjutnya untuk sahnya suatu perjanjian menurut pasal 1320 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata diperlukan empat syarat yaitu :
a. Kesepakatan toesteming izin kedua belah pihak.
b. Kecakapan Bertindak
c. Mengenai suatu hal tertentu
d. Suatu sebab yang halal Geoorloofde oorzaak
Dua syarat yang pertama, dinamakan syarat-syarat subyektif, karena mengenai orang-orangnya atau subyeknya yang mengadakan perjanjian, sedangkan dua syarat
yang terakhir dinamakan syarat-syarat obyektif karena mengenai perjanjiannya sendiri atau obyek dari perbuatan hukum yang dilakukan itu
Apabila syarat pertama dan kedua tidak terpenuhi maka perjanjian itu dapat dibatalkan. Artinya, bahwa salah satu pihak dapat mengajukan kepada pengadilan
34
Gemala Dewi, Hukum Perikatan, hal.47
39
untuk membatalkan perjanjian yang disepakatinya. Tetapi apabila para pihak tidak ada yang keberatan maka perjanjian itu tetap dianggap sah. Syarat ketiga dan keempat
tidak terpenuhi maka perjanjian itu batal demi hukum. Artinya bahwa dari semula perjanjian itu dianggap tidak ada atau batal demi hukum.
35
Ada beberapa syarat untuk kontrak yang berlaku umum tetapi di atur di luar pasal 1320 KUH Perdata, yaitu sebagai berikut :
a. Kontrak harus dilakukan dengan itikad baik b. Kontrak tidak boleh bertentangan dengan kebiasaan yang berlaku
c. Kontrak harus dilakukan berdasarkan asas kepatutan d. Kontrak tidak boleh melanggar kepentingan umum
Apabila kontrak dilakukan dengan melanggar salah satu dari 4 empat prinsip tersebut, maka konsekuensi yuridisnya adalah bahwa kontrak yang demikian tidak
sah dan batal demi hukum null and void . Sedangkan dalam hukum Islam, para ulama fikih menetapkan beberapa syarat
umum yang harus dipenuhi oleh suatu akad. Disamping itu, setiap akad juga memiliki syarat-syarat khusus. Akad jual-beli memiliki syarat tersendiri, sedangkan akad al-
wadi‟ah, al-hibah dan lain-lain demikian juga. Adapun syarat-syarat umum suatu akad itu adalah:
36
35
Salim HS, Hukum Kontrak:Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak Jakarta: Sinar Grafika,2003, hal.35
36
M. Nadratuzzaman Hosen dkk, Materi Dakwah Ekonomi Syariah, Jakarta: PKES, 2008 ,hal.83
40
1 Pihak-pihak yang berakad itu telah cakap bertindak hukum mukallaf atau jika
obyek akad itu merupakan milik orang yang tidak atau belum cakap bertindak hukum, maka harus dilakukan oleh walinya.
2 Obyek akad itu diakui oleh syara‟. Untuk obyek akad ini disyaratkan pula: i
berbentuk harta; ii dimiliki seseorang; dan iii bernilai menurut syara‟.
3 Akad itu tidak dilarang oleh nash ayat atau hadits syara‟
4 Akad yang dilakukan itu memenuhi syarat-syarat khusus yang terkait dengan
akad itu. 5
Akad dapat memberikan faidah.
6 Ijab itu berjalan terus, tidak dicabut sebelum terjadinya qabul.
7 Ijab dan qabul mesti bersambung sehingga bila seseorang yang berijab sudah
berpisah sebelum adanya qabul, maka ijab tersebut menjadi batal. Dalam hal rukun akad, ulama Hanafiyah berpendapat bahwa rukun akad adalah
ijab dan qabul. Adapun yang mengadakan akad atau hal-hal lainnya yang menunjang terjadinya akad tidak dikategorikan rukun sebab keberadaannya sudah pasti.
37
. Ulama selain Hanafiyah berpendapat bahwa akad memiliki beberapa rukun, yaitu:
38
37
Rachmat Syafe‟i, Fiqh Muamalah : Untuk IAIN, STAIN,PTAIS dan UmumBandung: Pustaka Setia,2004, hal.45
38
M. Nadratuzzaman Hosen dkk, Materi Dakwah Ekonomi Syariah, Jakarta: PKES, 2008,hal.80
41
1 „Aqid ialah orang yang berakad, terkadang masing-masing pihak terdiri dari
satu orang, terkadang terdiri dari beberapa orang 2
Ma‟qud „alaih ialah benda-benda yang diakadkan 3
Maudhu‟ al-„aqd ialah tujuan atau maksud pokok mengadakan akad
4 Shighat al-„aqd ialah ijab dan qabul
3. Asas-Asas Perjanjian Dalam Hukum Positif Dan Hukum Syariah