Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

15

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pasar modal merupakan salah satu wahana untuk memobilisasi dana, dari mereka yang kelebihan dana ke mereka yang membutuhkannya. Seperti halnya pasar pada umumya, pasar modal merupakan tempat bertemu antar pembeli dan penjual dengan resiko untung dan rugi. Kebutuhan dana jangka pendek umumnya diperoleh di pasar uang, misalnya bank komersial. Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi Iqbal Fadillah, 2007:1. Pasar modal juga mempunyai fungsi sarana aloksi dana yang produktif untuk memindahkan dana dari pemberi pinjaman ke peminjam. Alokasi dana yang produktif terjadi jika individu yang mempunyai kelebihan dana dapat meminjamkannya ke individu lain yang lebih produktif membutuhkan dana. Upaya-upaya yang sering dilakukan oleh manajemen keuangan pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI di dalam memperoleh dana tambahan di dalam menjalankan roda produksi pada suatu perusahaan, selain melalui penjualan saham, dan obligasi mereka juga menjual right issue. Bagi investor, melakukan investasi di dunia pasar modal yang sebenarnya penuh dengan unsur ketidakpastian atau risiko. Investor tidak tahu dengan pasti hasil yang akan diperolehnya dari investasi yang dilakukannya. Dalam keadaan yang semacam itu dikatakan bahwa investor tersebut 16 menghadapi risiko dalam investasi yang dilakukannya. Yang bisa ia lakukan adalah memperkirakan berapa keuntungan yang diharapkan dari investasinya, dan seberapa jauh kemungkinan hasil yang sebenarnya nanti akan menyimpang dari hasil yang diharapkan. Iqbal Fadillah, 2007:2 Sebagaimana halayaknya sebuah pasar, pasar modal juga berfungsi sebagai tempat berbelanja bagi pemodal. Para pemodal saham mengevaluasi dan menganalisis saham dengan menggunakan semua informasi yang relaven agar dapat mengurangi resiko yang mungkin akan terjadi. Sehubungan dengan itu maka pasar modal memungkinkan terjadinya alokasi yang efisien. Hanya kesempatan-kesempatan investasi yang menjanjikan keuntungan yang tertinggi sesuai dengan resikonya yang mungkin memperoleh dana dari para peminjam. Dari sisi perusahaan yang memerlukan dana, seringkali pasar modal merupakan alternatif pendanaan ekstren dengan biaya yang lebih rendah dari pada sistem perbankan. Dari sisi pemodal, pemodal dapat mendapatkan tingkat pendapatan yang tinggi dari tingkat pendapatan yang diperoleh dari bunga deposito. Sejak BAPEPAM didirikan tahun 1977, pasar modal di indonesia terus berkembang, hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan frefekuensi perdagangan dan bertambahnya jumlah emiten yang tercatat di BEI. Hadirnya UU no.8 tahun 1995 tentang pasar modal makin memberikan peluang yang lebih besar, baik bagi investor untuk beribvestasi maupun bagi perusahaan-perusahaan terutama yang go public untuk mendapatkan dan bagi usahanya. 17 Dalam menanamkan investasi dipasar modal faktor eksternal sangat berpengaruh terhadap gejolak harga saham. Faktor eksternal tersebut diantaranya adalah resiko politis, resiko nilai tukar, likuiditas, control devisa, perbedaan akuntansi, perlakuan pajak dan yang lainnya. Budi H, 2006:3 Para investor yang menginvestasikan dananya pasti memiliki ekspektasi untuk memperoleh return sebesar-besarnya dengan risiko investasi tertentu. Untuk investasi pada saham, return tingkat pengembalian yang diperoleh berupa capital gain ataupun dividen. Sedangkan untuk investasi pada surat hutang, return yang diperoleh berupa pendapatan bunga. Penelitian ini difokuskan pada pengembalian investasi berupa dividen. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah bahwa dalam penelitian ini tidak dibahas mengenai devident. Return yang diperoleh dari kegiatan investasi yang berupa dividen bukanlah hal yang mudah untuk diprediksi, karena kebijakan dividen merupakan kebijakan yang sulit bagi manajemen perusahaan. Keputusan mengenai dividen terkadang dikaitkan dengan keputusan pendanaan dan keputusan investasinya. Van Horne 1986: 50 menjelaskan bahwa besarnya pembayaran dividen akan berfluktuasi dari periode ke periode sesuai dengan fluktuasi dalam jumlah kesempatan investasi yang dapat diterima yang tersedia bagi perusahaan tersebut. Jika kesempatan ini berlimpah, persentase pembayaran dividen mungkin nol. Sebaliknya, jika perusahaan tesebut tidak mampu menemukan kesempatan investasi yang menguntungkan, pembayaran dividen akan menjadi 100 persen. Dijelaskan pula oleh Van Horne 1986:51, 18 kaitannya dengan dividen sebagai residu pasif, apabila kesempatan investasi menjanjikan hasil pengembalian yang besar daripada pengembalian yang mereka syaratkan, para investor akan lebih senang jika perusahaan menahan laba. Jika hasil pengembalian sama dengan pengembalian yang disyaratkan, mereka akan merasa indifferen antara penahanan laba dan dividen. Sebaliknya, jika hasil pengembalian lebih kecil daripada hasil pengembalian yang disyaratkan, mereka akan lebih suka jika dividen dibagikan. Oleh karena itu, memang penting bagi seorang investor atau investor potensial untuk mampu memprediksi kebijakan dividen perusahaan. Di dalam teori investasi dikatakan bahwa setiap sekuritas akan menghasilkan return dan risiko. Return merupakan tingkat pengembalian dari nilai investasi yang diserahkan oleh investor sedangkan risiko adalah perbedaan return yang diharapkan dengan return yang terelisasi dari sekuritas tersebut. Orang seringkali mengibaratkan return dan risiko sebagai dua sisi dalam mata uang dimana return yang tinggi akan mempunyai risiko yang tinggi dan return yang rendah akan mempunyai risiko yang rendah juga. Setiap sekuritas mempunyai tingkat risiko yang berbeda-beda dan saham merupakan salah satu sekuritas yang mempunyai risiko yang tinggi dibandingkan dengan sekuritas yang lain. Namun risiko saham antar perusahaan berbeda satu dengan yang lain. Jika investor ingin berinvestasi maka selain melihat return yang akan didapat maka mereka juga harus mempertimbangkan risiko yang ada di saham tersebut. Salah satu pertimbangan dalam melakukan investasi saham adalah memperkecil risiko. 19 Preferensi investor terhadap risiko berbeda-beda. Tidak semua investor suka dengan risiko. Investasi di pasar modal mengandung risiko investasi yang tinggi dibandingkan di aset yang lain. Investor yang tidak menyukai risiko risk averse punya kecenderungan untuk tidak berinvestasi di pasar modal. Namun sebenarnya risiko investasi di pasar modal dapat dikurangi jika mereka mengerti mengenai risiko itu sendiri. Mao 1970 dalam Harmono 1999 menyatakan bahwa investor yang realistik akan melakukan investasi tidak hanya pada satu jenis investasi, akan tetapi akan melakukan diversifikasi pada berbagai investasi dengan harapan dapat meminimalkan risiko dan memaksimalkan return. Sedangkan Trone dan Albright 1996 dalam Harmono 1999 berpendapat bahwa investor yang rasional melakukan keputusan investasi didasari dengan menganalisis situasi saat ini; mendesain portofolio optimal, menyusun kebijakan investasi, mengimplementasikan strategi investasi, memonitor dan melakukan supervisi pada kinerja khusus para manajer keuangan. Menurut Halim 2003,23 Risiko saham terdiri dari 2 bagian yaitu risiko yang dapat didiversifikasi unique risk dan risiko yang tidak dapat didiversifikasi systematic risk. Risiko unik adalah risiko yang terjadi hanya diperusahaan tersebut, contohnya adalah aksi mogok karyawan, tuntutan pengadilan, dsb. Sedangkan risiko sistematik adalah risiko yang menimpa semua perusahaan, contohnya adalah inflasi, resesi, krisis moneter, dsb. Seperti sudah disebutkan investor ingin memperkecil risiko sehingga jenis 20 risiko yang bisa dikurangi adalah risiko unik dengan cara membentuk portofolio. Risiko dapat diukur dengan menggunakan koefisien beta. Beta sekuritas menunjukkan kepekaan tingkat keuntungan suatu sekuritas terhadap perubahan-perubahan pasar. Oleh sebab itu dalam menganalisis sekuritas atau portofolio harus juga mengetahui betanya. Di dalam pasar modal bukan hanya variabel fundamental saja yang mempengaruhi risiko tetapi juga ada variabel- variabel ekonomi seperti tingkat inflasi, tingkat suku bunga, perubahan GDP yang ikut mempengaruhi risiko suatu perusahaan Dedi Haryanto dan Riyatno 2007:25 Oleh karenanya siklus pasar modal tak lepas dari hukum ekonomi yakni permintaan dan penawaran. Ketika banyak investor banyak menaruh uangnya di saham maka perdagangan saham secara otomatis akan naik. Sebaliknya, jika investasi di saham berkurang maka nilai volume perdagangan saham akan berkurang. Tingkat suku bunga dan kurs rupiah menjadi merupakan indikator utama yang menggambarkan pergerakan perdagangan saham yang tercatat di bursa efek indonesia. Dalam melakukan investasi dibursa efek, nilai saham menjadi pertimbangan saham yang penting. Untuk itu ada 2 faktor yang mempengaruhi volume perdagangan saham yaitu faktor mikro dan makro. Penelitian Tandelilin 1997 dalam Haryanto dan Riyanto 2007:25 membuktikan bahwa variabel makro juga mempengaruhi risiko. Variabel yang dipakai adalah tingkat inflasi, tingkat suku bunga dan perubahan GDP. 21 Walaupun secara bersama-sama variabel-variabel tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap risiko sistematik namun tingkat suku bunga secara parsial terbukti berpengaruh signifikan terhadap risiko sistematis. Penelitian lain yang membuktikan bahwa variabel ekonomi mempengaruhi risiko sistematis ditunjukkan oleh Widjaja 2004. Widjaja 2004 dalam Haryanto dan Riyanto 2007:25 menunjukkan bahwa variabel inflasi mempengaruhi risiko saham. Peneliti menggunakan saham yang tergolong dalam LQ 45 dengan periode penelitian dari tahun 2001 sampai 2002. Beberapa penelitian mencoba untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi risiko suatu perusahaan terutama meneliti mengenai faktor- faktor yang termasuk risiko unik seperti variabel fundamental perusahaan. Sedangkan penelitian ini ingin menguji mengenai peran variabel-variabel ekonomi atau makro dalam mempengaruhi risiko saham. Perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah kebanyakan penelitian menggunakan variabel fundamental seperti divideen payout, growth, leverage, liquidity, asset size, variability in earnings dan beta akuntansi Gudono dan Nurhayati 2001, return on Asset, rasio hutang terhadap modal dan nilai buku saham Natarsyah 2000: 297. Risiko sistematis merupakan risiko yang tidak bisa dihilangkan dan berdampak pada semua perusahaan. Pemahaman terhadap risiko sistematis dapat membantu perusahaan atau investor dalam penambilan keputusan- keputusan bisnis. Faktorfaktor yang mempengaruhi besar kecilnya risiko sistematis biasanya merupakan faktor makro ekonomi. 22 Tingkat suku bunga akan membuat para investor cendrung menginvestasikan uangnya dalam bentuk tabungan yang tidak memiliki resiko yang tinggi. Hal ini akan memberikan tekanan jual pada saham-saham yang ada di psar modal, sehingga terjadinya over supplied tingginya penawaran dari saham. Dengan adanya kelebihan penawaran dibandingkan permintaan ini menyebabkan turunya harga-harga saham secara individual, yang secara global akan mengakibatkan turunnya indeks perdagangan saham yang tercermin pada indeks saham LQ 45, demikian juga sebaliknya. Dalam poenelitian ini digunakan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia SBI, karena SBI adalah suatu instrumen keuangan jangka pendek yang dijadikan benchmark aatu tolak ukur oleh bank-bank pemerintah, swasta nasional dan swasta asing dalam menentukan tingkat suku bunga tabungan, deposito dan pinjaman kepada para nasabah. Apabila kurs rupiah terhadap dollar AS melemah maka investor akan menginvestasikan danaya dalam bentuk mata uang asing money market. Dan para spekulan juga akan melakuakn hal serupa dengan tujuan memperoleh keuntungan dalam keadaan yang akan cepat berubah itu. Keadaan itu juga akan memberikan tekananpada pasar modal yang mengakibatkan tekanan pada pergerakan perdagangan suatu saham di indeks saham LQ 45. Dalam pasar modal dan manajemen investasi modern kita mengetahui adanya dua jenis resiko yaitu : 1. Risiko sistematis risiko pasar merupakan risiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan. Jadi perubahan pasar akan mempengaruhi variabilitas return 23 suatu investasi kondisi makro. 2. Risiko tidak sistematis risiko perusahaan merupakan risiko yang tidak terkait dengan perubahan pasar secara keseluruhan. Jadi lebih terkait pada perubahan kondisi mikro perusahaan emiten. Dalam manajemen portofolio disebutkan bahwa risiko perusahaan dapat diminimalkan dengan melakukan diversifikasi investasi pada sekian banyak jenis sekuritas. Risiko sistematis dapat diukur dengan menggunakan koefisien beta. Hartono 2000 dalam Haryanto dan Riyanto 2007:28 menyatakan bahwa beta merupakan pengukur volatilitas return suatu sekuritas return portofolio terhadap return pasar. Volatilitas dapat diartikan fluktuasi dari return-return sekuritas atau portofolio dalam suatu periode waktu tertentu. Beta juga dapat diartikan sebagai pengukur sejauh mana tingkat pengembalian suatu saham berubah karena adanya perusahaan di pasar. Hartono dan Suriatno 1999 dalam Haryanto dan Riyanto 2007:28 membuktikan bahwa beta sekuritas untuk pasar modal yang sedang berkembang merupakan Beta yang biasa dikarenakan perdagangan yang tidak sinkron. Pemilihan sampel menggunakan purposive sampling dan menghasilkan 74 perusahaan yang terdaftar dalam kurun waktu 22 Mei 1995 sampai 22 Mei 1997 sebagai sampel penelitian ini. Hasil menunjukkan bahwa beta sekuritas yang terdaftar di BEJ adalah bias. Dari tiga metode Sholes dan Williams 1977, Dimson 1979 dan Fowler dan Rorke 1983, metode Fowler dan Rorke yang paling baik digunakan untuk mengkoreksi Beta di BEJ. Penelitian ini juga menemukan bahwa biasa yang terjadi di Beta juga 24 diperkuat oleh data return yang berdistribusi tidak normal. Untuk data retrun tersebut diperlukan periode koreksi yang cukup panjang yaitu empat periode mundur lag dan mundur lead, sedangkan data return yang berdistrirbusi normal hanya membutuhkan satu periode maju dan mundur saja. Beta suatu sekuritas dapat dihitung dengan teknik estimasi yang menggunakan data historis. Beta yang dihitung berdasarkan data historis ini selanjutnya digunakan untuk mengestimasi beta masa depan. Bukti empiris Elton dan Gruberm 1994 menunjukkan bahwa beta historis mampu menyediakan informasi tentang beta masa depan Hartono 2000 dalam Haryanto dan Riyanto 2007:28. Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukan hasil yang berbeda. perbedaan hasil dari beberapa penelitian tersebut, mungkin disebabkan oleh perbedaan data yang digunakan dan periode yang diamati. Untuk itu penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan menganalisa pengaruh variabel makro ekonomi dan rasio profitabilitas terhadap return dan resiko saham LQ 45 di Bursa Efek Indonesia pada saham katagori LQ 45.

B. PERUMUSAN MASALAH