mempunyai tugas menuntut waktu dan tenaga agar informan bersedia memberikan jawaban-jawaban yang lengkap, mendalam, bila perlu
tidak ada yang disembunyikan. Wawancara seperti ini berlangsung secara informal, seperti orang yang sedang mengobrol, tidak dibatasi
adanya perbandingan antara pewawancara dengan informan.
13
Dan dalam hal ini, penulis mewawancarai Ahmad Dhani, selaku Redaktur
Pelaksana di redaksional Okezone.com. 2
Teknik Pengumpulan Data Sekunder Teknik pengumpulan data sekunder adalah teknik pengumpulan data yang
dilakukan melalui studi bahan-bahan kepustakaan yang perlu untuk mendukung data primer. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan instrumen sebagai
berikut: a
Studi Kepustakaan – yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah, serta pendapat para ahli yang memiliki
relevansi dengan masalah yang diteliti. b
Studi Dokumentasi – yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan menggunakan catatan-catatan tertulis yang ada di lokasi penelitian,
serta sumber-sumber lain yang menyangkut masalah yang diteliti dengan instansi terkait.
b. Pengolahan Data
Data yang diperoleh melalui instrumen-instrumen di atas, akan diolah dengan cara penjabaran tabel-tabel yang merujuk pada model framing Robert N.
Entmant. Dan dari penjabaran tabel tersebut akan tampak bagaimana media
13
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, edisi ke-1, cet. Ke-3 Jakarta, Kencana: 2008, h. 100 108.
mengemas dan membingkai pemberitaan tentang kontroversi pencalonan Angel Lelga menjadi calon legislatif.
3 Teknik Analisis Data
Berangkat dari permasalahan di atas, maka penelitian ini akan menggunakan teknik framing yang dikemukakan oleh Robert N. Entmant. Robert
N. Entman adalah salah seorang ahli yang meletakkan dasar-dasar bagi analisi framing untuk studi isi media. Dan menurut Entman, meskipun analisis framing
dipakai dalam berbagai bidang studi yang beragam, satu faktor yang menghubungkannya adalah bagaimana teks komunikasi yang disajikan,
bagaimana representasi yang ditampilkan secara menonjol memengaruhi khalayak. Dan menurutnya, konsep framing digunakan untuk menggambarkan
proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh media. Framing memberi tekanan lebih pada bagaimana teks komunikasi
ditampilkan dan bagian mana yang ditonjolkandianggap penting oleh pembuat teks. Kata penonjolan itu sendiri dapat didefinisikan seperti membuat informasi
terlihat lebih jelas, lebih bermakna, atau lebih mudah diingat oleh khalayak. Informasi yang menonjol kemungkinan lebih diterima oleh khalayak, lebih terasa
dan lebih tersimpan dalam memori dibandingkan dengan yang disajikan secara biasa. Bentuk penonjolan tersebut bisa beragam: menempatkan satu aspek
informasi lebih menonjol dibandingkan dengan yang lain, lebih mencolok, melakukan pengulangan informasi yang dipandang penting atau dihubungkan
dengan aspek budaya yang akrab dibenak khalayak. Kemudian Eriyanto juga menambahkan; dengan bentuk seperti itu, sebuah
idegagasaninformasi lebih mudah terlihat, diperhatikan, diingat, dan ditafsirkan,