Konstruksi Sosial Media Massa

membentuk opini massa, massa cenderung apriori dan opini massa cenderung sinis. Posisi “konstruksi sosial media massa” adalah mengoreksi dan melengkapi “konstruksi sosial atas realitas”, dengan menempatkan seluruh kelebihan media massa dan efek media pada keunggulan “konstruksi sosial media massa” atas “konstruksi sosial atas realitas”. Namun proses simultan yang digambarkan di atas tidak bekerja secara tiba-tiba, namun terbentuknya proses tersebut melalui beberapa tahap penting. 14 Dari kandungan konstruksi sosial media massa, dan proses kelahiran konstruksi sosial media massa tersebut pun melalui tahap-tahap seperti yang telah diterangkan di atas, yakni; 1 tahap menyiapkan materi konstruksi, 2 tahap sebaran konstruksi, 3 tahap pembentukan konstruksi realitas, dan 4 tahap konfirmasi.

B. Analisis Framing

Gagasan mengenai framing pertama kali dilontarkan oleh Beterson pada tahun 1955. 15 Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menseleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, dan hendak dibawa kemana berita tersebut. Atau secara sederhana juga dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas peristiwa, 14 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, h. 194-195. 15 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, h. 161. aktor, kelompok, atau apa saja dibingkai oleh media. Pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses konstruksi. 16 Di samping itu, analisis framing sebagai suatu metode analisis media, masih terbilang baru. Terutama, ia berkembang berkat pandangan kaum konstruksionis dan ia juga termasuk ke dalam paradigma konstruksionis yang memiliki penilaian tersendiri bagaimana media, wartawan, dan berita dilihat. Seperti yang akan penulis uraikan di bawah ini:

1. FaktaPeristiwa Adalah Hasil Konstruksi

Kaum konstruksionis beranggapan bahwa realitas itu bersifat subjektif. Realitas itu hadir, karena dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan. Realitas tercipta lewat konstruksi, sudut pandang tertentu dari wartawan. Realitas bisa berbeda-beda, tergantung pada bagaimana konsepsi ketika realitas itu dipahami oleh wartawan yang mempunyai pandangan berbeda.

2. Media Adalah Agen Konstruksi

Pandangan konstruksionis mempunyai posisi yang berbeda dibandingkan positivis dalam menilai media. Dalam pandangan positivis, media dilihat sebagai saluran. Sedangkan dalam pandangan konstruksionis, media dilihat sebaliknya. Media bukanlah sekedar saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakannya. Di sini media dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas.

3. Berita Bukan Refleksi dari Realitas. Ia Hanyalah Konstruksi dari

Realitas 16 Eriyanto, Analisis Framing, h. 3. Carey mengatakan bahwa dalam pendangan konstruksionis, berita itu ibaratnya seperti sebuah drama. Ia bukan menggambarkan sebuah realitas, melainkan protet dari arena pertarungan antara berbagai pihak yang berkaitan dengan peristiwa.

4. Berita Bersifat SubjektifKonstruksi atas Realitas

Hasil kerja jurnalistik tidak bisa dinilai dengan menggunakan sebuah standar yang rigid, seperti halnya positivis. Kaum konstruksionis beranggapan bahwa berita bersifat subjektif, yaitu opini tidak dapat dihilangkan karena ketika meliput, wartawan melihat dengan perspektif dan pertimbangan subjektif.

5. Wartawan Bukan Pelapor. Ia Agen Konstruksi Sosial

Wartawan tidak bisa menyembunyikan pilihan moral dan keberpihakannya, karena ia merupakan bagian yang intrinsik dalam pembentukan berita. Lagipula, berita bukan hanya produk individual, melainkan juga bagian dari proses organisasi dan interaksi antara wartawannya. Kaum konstruksionis melihat wartawan bukanlah pemulung yang mengambil berita begitu saja, melainkan layaknya agenaktor pembentuk realitas.

6. Etika, Pilihan Moral, dan Keberpihakan Wartawan Adalah Bagian

yang Integral dalam Produksi Berita Menurut pandangan konstruksionin, aspek etika, moral, dan nilai-nilai tertentu tidak mungkin dihilangkan dari pemberitaan media. Wartawan bukanlah robot yang meliput apa adanya, apa yang dia lihat. Wartawan di sini bukan hanya pelapor, karena disadari atau tidak, ia menjadi partisipan