memandang manusia sebagai pencipta kenyataan sosial yang objektif melalui tiga momen dialektis yang simultan, yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi.
1. Eksternalisasi
Yaitu usaha pencurahan atau ekspresi diri manusia ke dalam dunia, baik ke dalam kegiatan mental maupun fisik. Ini sudah menjadi sifat dasar dari manusia,
ia akan selalu mencurahkan diri ke tempat dimana ia berada. Manusia berusaha menangkap dirinya, dalam proses inilah dihasilkan suatu dunia
– dengan kata lain, manusia menemukan dirinya sendiri dalam suatu dunia.
5
2. Objektivasi
Merupakan hasil yang telah dicapai, baik mental maupun fisik dari kegiatan eksternalisasi manusia tersebut. Hasil itu menghasilkan realitas objektif
yang bisa jadi akan menghadapi si penghasil itu sendiri sebagai suatu faktisitas
6
yang berada di luar dan berlainan dari manusia yang menghasilkannya.
7
Dalam tahap objektivikasi ini, yang terpenting adalah melakukan signifikansi,
memberikan tanda bahasa dalam simbolisasi terhadap benda yang disignifikansi, melakukan tipifikasi terhadap kegiatan seseorang yang kemudian menjadi
objektivikasi linguistik yaitu pemberian tanda verbal maupun simbolisasi yang kompleks.
8
3. Internalisasi
Merupakan penyerapan kembali dunia objektif ke dalam kesadaran sedemikian rupa, sehingga subjektif individu dipengaruhi oleh struktur dunia
5
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media Yogyakarta: LkiS, 2012 , h. 16.
6
Kenyataan bahwa manusia, diluar kemauannya, terdampar di dunia dengan kondisi dan situasi tertentu.
7
Eriyanto, Analisis Framing, h. 16-17.
8
Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, h. 18.
sosial. Berbagai macam unsur dari dunia yang telah terobjektifikasi tersebut akan ditangkap sebagai gejala realitas diluar kesadarannya, sekaligus sebagai gejala
internal bagi kesadaran. Melalui internalisasi manusia menjadi hasil dari masyarakat Man is a social product.
9
Internalisasi memiliki fungsi mentransmisikan institusi sebagai realitas yang berdiri sendiri terutama kepada
anggota masyarakat baru agar institusi tersebut tetap dipertahankan dari waktu ke waktu agar status objektivitas sebuah institusi dalam kesadaran mereka tetap
kukuh.
10
Eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi adalah tiga dialektis yang simultan dalam proses reproduksi. Secara berkesinambungan adalah agen sosial
yang mengeksternalisasi realitas sosial. Pada saat yang bersamaan, pemahaman akan realitas yang dianggap objektif pun terbentuk. Pada akhirnya, melalui proses
eksternalisasi dan objektivikasi, individu dibentuk sebagai produk sosial. Sehingga dapat dikatakan, tiap individu memiliki pengetahuan dan identitas sosial
sesuai dengan peran institusional yang terbentuk atau yang diperankannya. Dan pada akhirnya, menurut Berger dan Luckmann realitas itu tidak
terbentuk secara alamiah, tetapi sebagai sesuatu yang dibentuk dan dikonstruksi. Dalam konteks media massa, sangat memungkinkan sebuah realitas memiliki
makna lebih dari satu, dan setiap individu memiliki konstruksi yang berbeda atas realitas yang mereka dapati.
.
9
Eriyanto, Analisis Framing, h. 17.
10
Geger Riyanto, Peter L. Berger: Perspektif Metateori Jakarta: Pustaka LP3ES, 2009, h. 111.
2. Konstruksi Sosial Media Massa
Konstruksi sosial media massa diadopsi dari pendekatan teori konstruksi sosial realitas yang dicetuskan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann,
dengan melihat fenomena media massa dalam proses eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Menurut perspektif ini, tahapan-tahapan dalam proses konstruksi
sosial media massa tersebut terjadi melalui beberapa tahap, di antaranya ialah tahap menyiapkan materi konstruksi, tahap sebaran konstruksi, tahap
pembentukan konstruksi, dan tahap konfirmasi.
11
Yang masing-masing dari tahapan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Tahap menyiapkan materi konstruksi
Ada tiga hal penting dalam tahapan ini, yakni; keberpihakan media massa kepada kapitalisme, keberpihakan semu kepada masyarakat, dan
keberpihakan kepada kepentingan umum. 2.
Tahap sebaran konstruksi Tahap ini dilakukan melalui strategi media massa. Prinsip dasar dari
sebaran konstruksi sosial media massa adalah semua informasi harus sampai pada khalayak secara tepat berdasarkan agenda media. Apa yang
dipandang penting oleh media, menjadi penting pula bagi pemirsa atau pembaca.
3. Tahap pembentukan konstruksi realitas
Pembentukan konstruksi berlangsung melalui; 1 konstruksi realitas pembenaran; 2 kesediaan dikonstruksi oleh media massa; 3 sebagai
pilihan konsumtif.
11
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat Jakarta: Kencana, 2007, h. 205-212.
Eksternalisasi P R O S E S S O S I O L O G I S S I M U L T A N
4. Tahap konfirmasi
Konfirmasi adalah tahapan ketika media massa maupun penonton memberi argumentasi dan akuntabilitas terhadap pilihannya untuk terlibat dalam
pembentukan konstruksi.
12
Gambar 1 Proses Konstruksi Sosial Media Massa
13
Substansi teori dan pendekatan konstruksi sosial realitas Berger dan Luckmann adalah pada proses simultan yang terjadi secara alamiah melalui
bahasa dalam kehidupan sehari-hari pada komunitas primer dan semisekunder yang berlangsung sangat cepat dan luas sehingga konstruksi sosial berlangsung
dengan sangat cepat dan sebarannya merata. Realitas yang terkonstruksi itu juga
12
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, h. 14.
13
Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, h. 195.
Objektivasi
Internalisasi M
E D
I A
M A
S S
A Objektif
Subjektif Intersubjektif
Realitas terkonstruksi: Lebih cepat
Lebih luas Sebaran merata
Membentuk opini massa Massa cenderung terkonstruksi
Opini massa cenderung apriori Opini massa cenderung sinis
SOURCE MESSAGES CHANNEL RECEIVER EFFECTS
membentuk opini massa, massa cenderung apriori dan opini massa cenderung sinis.
Posisi “konstruksi sosial media massa” adalah mengoreksi dan melengkapi “konstruksi sosial atas realitas”, dengan menempatkan seluruh kelebihan media
massa dan efek media pada keunggulan “konstruksi sosial media massa” atas “konstruksi sosial atas realitas”. Namun proses simultan yang digambarkan di atas
tidak bekerja secara tiba-tiba, namun terbentuknya proses tersebut melalui beberapa tahap penting.
14
Dari kandungan konstruksi sosial media massa, dan proses kelahiran konstruksi sosial media massa tersebut pun melalui tahap-tahap
seperti yang telah diterangkan di atas, yakni; 1 tahap menyiapkan materi konstruksi, 2 tahap sebaran konstruksi, 3 tahap pembentukan konstruksi
realitas, dan 4 tahap konfirmasi.
B. Analisis Framing
Gagasan mengenai framing pertama kali dilontarkan oleh Beterson pada tahun 1955.
15
Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menseleksi isu
dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, dan
hendak dibawa kemana berita tersebut. Atau secara sederhana juga dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas peristiwa,
14
Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, h. 194-195.