karena berhubungan dengan skema pandangan khalayak. Dan kehadiran frame dalam teks bisa jadi tidak seperti yang dideteksi oleh peneliti, khalayak sangat
mungkin mempunyai pandangan mengenai apa yang mereka pikirkan atas suatu teks dan bagaimana teks berita tersebut dikonstruksi dalam pikiran mereka.
14
Entman juga mengatakan bahwa ada empat cara untuk melakukan framing terhadap berita yang diangkat oleh media, yakni define problems, diagnose
causes, make moral judgement, dan treatment recommendation.
Tabel 1 Teknik
framing Robert N. Entman
Define Problems
Pendefinisian Masalah Bagaimana suatu peristiwaisu dilihat? Sebagai
apa? Atau sebagai masalah apa?
Diagnose Causes
Memerkirakan Masalah atau Sumber Masalah
Peristiwa itu disebabkan oleh apa? Apa peristiwa yang dianggap sebagai penyebab dari
suatu masalah? Siapa aktor yang dianggap sebagai penyebab masalah?
Make Moral Judgement
Membuat Keputusan Moral Niali moral apa yang disajikan untuk
menjelaskan masalah? Nilai moral apa yang dipakai untuk melegitimasi atau
mendelegitimasi suatu tindakan?
Treatment Recommendation
Menekankan Penyelesaian Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk
mengatasi masalahisu? Jalan apa yang ditawarkan dan harus ditempuh untuk
14
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media Yogyakarta: LkiS, 2008 , h. 186.
mengatasi masalah?
Dalam konsepsi Entman, pada dasarnya framing merujuk pada pemberian definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk
menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap peritiwa yang diwacanakan. Kemudian terdapat dua level pada frame terhadap berita, yaitu; pertama, konsepsi
mental yang digunakan untuk memroses informasi sekaligus sebagai karakteristik dari teks berita. Kedua, perangkat spesifik dari narasi berita yang dipakai untuk
membangun suatu pengertian mengenai peristiwa. Dan frame berita dibentuk dari kata kunci, metafora, konsep, simbol, dan citra yang ada dalam narasi berita yang
memberi makna tertentu dari teks berita.
15
G. Sistematika Penulisan
BAB I – PENDAHULUAN
Pada bab ini terdapat sebuah pemaparan mengenai latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan
pustaka, kerangka teori, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II – KAJIAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL
Pada bab ini membahas tentang teori Kontruksi Sosial Realitas milik Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Selain itu, pada bab ini juga membahas
15
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media Yogyakarta: LkiS, 2002, h. 189.
mengenai berita, media massa, media online, dan framing model Robert N. Entman.
BAB III – GAMBARAN UMUM
Bab ini berisi tentang profil MNC Group dan Okezone.com selaku badan yang menaungi situs berita dan hiburan Okezone.com, profil itu sendiri terdiri atas
sejarah singkat berdirinya MNC Group dan Okezone.com, serta visi dan misi dari Okezone.com.
BAB IV – TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Bab ini berisi temuan dan analisis framing terhadap Okezone.com periode April 2013; yang terdiri dari tujuh berita; yang membahas tentang pemberitaan
kontroversi pencalonan Angel Lelga menjadi anggota legislatif dari PPP.
BAB V – PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir dari penelitian ini yang berisikan mengenai kesimpulan dan saran peneliti.
21
BAB II KERANGKA TEORI
A. Konstruksi Sosial Realitas
1. Konstruksi Sosial Realitas: Pemikiran Peter L. Berger dan Thomas
Luckmann
Membicarakan teori konstruksi sosial realitas, tentu tidak bisa terlepas dari hasil pemikiran yang telah dikemukakan oleh Peter L. Berger dan Thomas
Luckmann yang notabene sang pencetus teori ini. Peter L. Berger merupakan sosiolog dari New School for Social Research, New York, sementara Thomas
Luckmann adalah sosiolog dari University of Frankfurt. Istilah konstruksi atas realitas sosial social construction of reality menjadi terkenal sejak diperkenalkan
oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann melalui buku yang berjudul The Social Construction of Reality: A Treatise in the Sociological of Knowledge
1966. Ia menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, di mana individu menciptakan secara terus-menerus suatu realitas yang dimiliki dan
dialami bersama secara subyektif.
1
Teori konstruksi sosial realitas merupakan ide atau prinsip utama dari kelompok pemikiran atau tradisi kultural. Ide ini menyatakan bahwa dunia sosial
tercipta karena adanya interaksi antara manusia. Cara bagaimana kita berkomunikasi sepanjang waktu mewujudkan pengertian kita mengenai
pengalaman, termasuk ide kita mengenai diri kita sebagai manusia dan sebagai komunikator. Dengan demikian, setiap orang pada dasarnya memiliki teori
pribadinya sendiri-sendiri mengenai kehidupan. Teori pribadi itu menjadi model
1
Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008, h. 13.