Program Boarding School dalam Pembinaan Akhlak

Untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam bidang agama, HBS memberikan program-program keagamaan, antara lain: Table I No Nama Kegiatan Target Manfaat 1 Zikir  Menguasai qiraah mahmudah ~ Mendekatkan diri dengan Tuhan melalui zikir 2 Praktek fiqih amaliah Sholat Berjamaah  Melaksanakan sholat jamaah setiap 5 waktu ~ Melatih kedisiplinan siswa mengerjakan solat tepat pada waktunya 3 Dirasat kitab  Menguasai materi tentang nilai-nilai akhlak ~Mengamalkan nilai-nilai akhlak dalam kehidupan sehari-hari 4 Ziarah kubur  Siswa menghargai nikmat Tuhan dalam bentuk kesehatan dan hidup. ~Meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT data ini diolah dari hasil penelitian Dalam tradisi yang hidup di HBS, zikir merupakan sarana mengingat kekuasaan Allah. Menurutnya zikir tidak terbatas hanya pada mengingat Allah akan tetapi zikir juga turut memberikan kenyamanan hati bagi seorang muslim. Kemudian jika dijalankan dengan konsekuen akan memantapkan hati untuk mengimani-Nya. Pada aspek spiritualnya, zikir mampu mengantarkan diri pada derajat keimanan yang lebih tinggi dari sebelumnya. Level keimanan dari yakin menjadi haqqul yaqin. Atas dasar itu pula dalam keyakinannya jika zikir dijalankan dengan baik ikhlas, zikir akan membuahkan hasil keberkahan dalam kehidupan muslim. Kalimat-kalimat yang menjadi isi dalam kegiatan zikir ini ialah kalimat- kalimat thaibah yang memuji Allah. Zikir tersebut adalah Zikrul Ghafilin yaitu terdiri dari bacaan al- qur’an surat al-fatihah, ayat kursi, asma’ul husna, istigfar, shalawat dan tahlil. Kegiatan ini pun dibacakan secara bersama-sama dengan terlebih dahulu bertawasul mengirimkan Ummul Kitab kepada syaikh-syaikh seperti Gus Mik Kediri, Hamim Jazuli, Hamid Abdullah Pasuruan. Zikir ini dilaksanakan sebanyak dua kali dalam sebulan yaitu setiap malam Rabu. Tokoh-tokoh sekolah juga mengambil peran dalam kegaiatan tersebut. Adapun zikir tersebut dipimpin oleh Ustadz Saifuddin Zuhri. 6 Setelah zikir ada pula Dirasat Kitab misalnya memberikan pengetahuan bagi siswa tentang apa yang harus dilakukan oleh seorang muslim dan apa saja larangan yang tidak boleh dilakukan. Pengajaran ini lebih menekankan pada penguasaan materi tentang nilai-nilai akhlak. Setelah mengetahui seperangkat nilai ini siswa ditugaskan untuk menerapkannya, lalu mendapat pantauan secara ketat oleh guru atau pembina asrama sehingga nilai-nilai yang dipelajari dapat langsung diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan cara seperti inilah kegiatan-kegiatan itu mempunyai pengaruh besar dalam pembinaan akhlak siswa. Kegiatan yang lain juga adalah secara bersama-sama melakukan ziarah kubur setelah subuh ke makam pendiri sekolah Al-Hidayah Boarding School, yaitu K.H. Muhammad bin Yahya. Kegiatan ziarah ini dipimpin langsung oleh K.H. Arif Rahman Hakim yaitu ketua yayasan Al-Hidayah. Untuk pelaksanaanya dimulai dengan membaca Q.S Al-fatihah dan tahlil kemudian dilanjutkan dengan tausiah. K.H. Arif Rahman Hakim memberikan tausiah tentang keteladanan para pendiri Al- Hidayah dan manfaat berziarah kubur. Ziarah ini diikuti oleh seluruh siswa putra sedangkan bagi siswi putri dirasah al- Qur’an di Masjid. Nilai-nilai dalam kegiatan ziarah ini adalah mengingatkan manusia tentang Pencipta dan kematian, sehingga kelak siswa mampu bersikap lebih baik dalam akhlaknya. Manfaat lain yang dapat dipetik dari ziarah adalah mengaharap keberkahan melalui bertawasul kepada syaikh- 6 Wawancara dengan Saipudin Zuhri adalah pemimpin Zikrul Ghafilin, Depok, Senin, 11 Februari 2013 di rumah ustd Saipudin Zuhri. syaikh yang disebutkan dalam ziarah tersebut. 7 Doktrin ini berangkat dari kepercayaan kepada ideologi Ahlussunnah Waljama ’ah. 8 Selain tiga aspek di atas, peran sekolah juga tidak berhenti pada program- program yang bersifat formal —tertulis sesuai dengan tata tertib HBS—tetapi juga program non formal yang biasanya tidak tertulis dan cenderung menjadi tradisi-tradisi yang hidup dalam sebuah lembaga sekolah. Hubungan antara kyai dan santri seperti banyak terdapat di pesantren dan sekolah Islam adalah salah satu contoh bahwa tradisi seperti ini mampu membantu pembentukan akhlak tanpa harus terikat pada peraturan-peraturan formal. Tradisi semacam ini adalah ikatan batin antara siswa dan kyai yang sulit dilacak melalui perspektif formal. Kepatuhan ini bukan kepatuhan mutlak yang menapikan pertimbangan lain, namun tetap bersumber pada nilai-nilai Islam yang hidup. Penghormatan pada guru sebagai ta’lim dalam pengetahuan umum seperti yang diajarkan dalam kitab Ta’limul Muta’allim bahwa penghormatan itu syarat mutlak untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang berkah. Dasar inilah yang mempengaruhi pola pendekatan guru dan siswa di sekolah HBS. Keteladanan yang dicontohkan guru kemudian menjadi inspirasi bagi siswa untuk mengikuti akhlaknya serta mengubah tindakannya jika tidak sesuai dengan arahan guru. c Kebahasaan Arab dan Inggris Sekolah Al-Hidayah Boarding School mengadopsi metode-metode pembelajaran bahasa dari pesantren ke dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Bahasa diajarkan secara rutin dan bertahap kepada semua siswa Al-Hidayah. Pada tingkat kelas satu di sekolah ini penggunaan bahasa masih diberi kemudahan untuk 7 Wawancara dengan Arif Rahman Hakim adalah Ketua Yayasan Al-Hidayah sekaligus Pemimpin Ziarah Kubur, Depok, Kamis 14 Februari 2013. 8 Ahlusunnah Waljamaah yang dianut sekolah HBS dapat dibaca melalui ormas NU yang merupakan organisasi formal yang menganut paham tersebut. Dalam paham keagamaannya NU menganut empat mazhab, Hanafi, Hambali, Maliki, dan Syafi’i sedangkan dalam Tauhid mengikuti Abu Hasan Al- Asy’ari dan Abu Mansur Maturidi dan dalam Tasauf Al-Ghazali dan Juned Al Bagdadi. di sekolah ini secara Fiqih banyak menganut Sya fi’I sedangkan Tasaufnya mengadospi Al Ghazali. Ormas inilah yang mempengaruhi tradisi tawasul yang meyakini bahwa berdo’a melalui orang-orang menempati maqom tertentu akan membantu seseorang untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta. Lihat di Khalimi, Ormas-Ormas Islam, , Jakarta: Gaung Persada Press, 2010, h. 332 menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa daerah, diberi kemudahan sambil menyesuaikan diri dengan lingkungannya serta mempelajari dasar-dasar bahasa. Namun setelah masuk ke kelas dua maka siswa tidak dibolehkan menggunakan bahasa Indonesia dan daerah untuk dijadikan alat berkomunikasi dalam percakapan sehari-hari. Jika terdapat siswa yang tidak menggunakan Bahasa Arab atau Inggris maka akan diberikan sanksi dengan membayar denda dalam bentuk uang dan dihitung dari banyaknya kata yang digunakan oleh siswa. 9 Pembelajaran bahasa diajarkan secara intensif kepada siswa. Secara formal materi bahasa diajarkan pada sekolah program kurikuler, biasanya pembelajaran di sekolah hanya sebatas pemberian materi grammar yang mesti dikuasai. Sedangkan penerapan dari pengetahuannya ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan bahasa Arab dan Inggris sebagai bahasa pengantar dan pergaulan. Selain itu, penggunaan bahasa dalam lingkungan asrama dan sekolah didukung pula dengan program pendukung muhadtsah yaitu kegiatan menghafal mofradat sebagai sarana pendukung penguasaan bahasa sehingga mampu berkomunikasi dengan baik. Proses program muhadatsah di sekolah Al-Hidayah dimonitoring oleh kakak kelas yang diberi kepercayaan oleh guru untuk memantau adik-adik kelasnya. Untuk memperkokoh dalam menggunakan bahasa maka siswa juga diajarkan menggunakan Bahasa Arab atau Inggris dalam kegiatan muhadharah. Siswa secara bergantian 5 sampai 6 orang menyampaikan ceramah. Dalam seminggu kegiatan muhadarah dilaksanakan sebanyak dua kali yaitu malam jumat dan malam Minggu. Kegiatan ini merupakan ekstra kurikuler yang rutin diselenggarakan untuk mengembangkan kecakapan siswa dalam berbahasa. Penggunaan dua bahasa ini diterapkan sesuai dengan visi dan misi sekolah secara disiplin jika tidak menggunakan maka akan dikenakan sanksi sesuai dengan sanksi yang sudah disepakati. 10 9 Wawancara dengan Esalaila adalah salah satu pembina asrama HBS, Depok, Senin, 18 Februari 2013 di asrama putri. 10 Wawancara dengan Amshori Jayadi M.A, Depok, Senin, 11 Februari 2013 di ruang kantor. d Olah Raga Ektrakurikuler lainnya adalah olah raga. Ada beberapa cabang olah raga yang diselenggarakan di sekolah Al-Hidayah Boarding School yaitu bela diri, futsal dan volli. Pada pagi hari juga diselenggarakan olahraga untuk membentuk fisik yang sehat pada siswa sehingga dalam menjalankan kegiatan belajar mengajar dengan semangat tinggi. Olah raga diadakan setiap selesai shalat ashar, pukul 15.30 sampai 17.00 tetapi olah raga yang seperti bela diri dijadwalkan pada waktu yang ditetapkan. Dan hanya diikuti oleh siswa yang berminat saja. Pada jam sekolah pelaksanaan olah raga secara bersama-sama antara siswa dan siswinya. Berbeda pula ketika oleh raga pada saat setelah shalat subuh, selain dilaksanakan secara terpisah, seluruh siswa diwajibkan memakai pakaian yang sopan. Untuk laki-laki harus menggunakan celana dibawah lutut sesuai auratnya dan untuk siswinya tetap memakai pakaian olah raga pantas yang menutup aurat dan tidak memakai pakaian yang ketat yang memperlihatkan bentuk tubuh. Siswinya wajib memakai pakaian yang longgar. Oleh karena itu nilai-nilai yang dapat diambil dari olahraga adalah adab dalam berpakaian. e Seni Ada tiga macam kegiatan seni yang masuk dalam ektrakurikuler yang diselenggarakan di Al-Hidayah Boarding School yaitu rawi, nagham dan marawis. kesemuanya termasuk dalam dalam menegakkan syiar Islam melalui pintu seni. Rawi adalah membaca sejarah rasul yang bermanfaat untuk memberikan pemahaman tentang perjuangan nabi dalam menegakkan nilai-nilai islam. Rawi ini dibaca oleh siswa di masjid setelah menunaikan ibadah shalat Magrib. Secara bergantian masing-masing siswa membacanya dengan nada indah. Pada dasarnya kegiatan seni bertujuan untuk mengolah rasa dan hati siswa untuk mempunyai kepekaan terhadap nilai-nilai seni. Penghargaan tersebut akan membentuk siswa yang akan menghargai tradisi-tradisi yang lahir dari seni dan mampu menariknya menjadi sikap yang termanifestasi dalam kehidupan sehari-hari. Di beberapa sekolah apresiasi seni masih sangat lemah karena terpaku bahwa seni masih berlawanan dengan nilai-nilai Islam. Akibatnya siswa tidak mampu berekspresi nilai-nilai budayanya. Rawi dan Marawis adalah contoh bahwa dari rasa seni juga mampu membentuk pribadi-pribadi fleksibel dan adaptif terhadap nilai budaya. Selain itu, apresiasi ini juga bisa menekan aktifitas negatif dengan menyibukkan diri pada nilai estetiknya. Nagham adalah seni membaca al-quran dengan tajwid yang fasih dengan nada. Belajar nagham ini dibimbing langsung oleh ustadz Umar Syarif pada malam Minggu setelah Magrib. Ayat-ayat yang dipelajari ditetapkan langsung oleh ustadz yang mengajar. Dengan adanya nagham tersebut, memberikan manfaat kepada siswa untuk menumbuhkan rasa percaya diri dengan suara yang dimilikinya, agar dapat diasah dengan baik untuk menciptakan suara yang bagus dalam membaca al- Qur’an. Selain rawi dan naghom di Al-Hidayah Boarding School ada pula ektrakurikuler marawis. Biasanya dibentuk beberapa siswa kemudian membentuk satu kelompok dengan memegang masing-masing alat musik dan vokal. Kegiatan ektrakurikuler ditengah jadwal yang sangat padat diselenggarakan Al-Hidayah boarding school bertujuan untuk membentuk siswa yang kompeten. Kegiatan kurikuler dan ektrakurikuler tersebut mengisi kemampuan siswa pada tiga ranah yang vital, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. 11 Dengan kompetensi yang dicapai diantaranya membentuk akhlak siswa yang sesuai dengan nilai-nilai islam, mampu menghapal Al- Qur’an dan penguasaan bahasa asing dengan baik. Maka jelaslah dari materi-materi yang diberikan sekolah Al-Hidayah mengarahkan siswa menjadi manusia yang kaffah sesuai dengan visinya. 12 11 Wawancara dengan Anshori jayadi M.A. adalah Direktur Al-Hidayah Boarding School Depok, Depok, Senin, 4 Februari 2013 di ruang kantor. 12 Terminologi manusia yang kaffah sering sekali dipakai untuk menggambarkan manusia yang seutuhnya. Kaffah sendiri di dalam kamus munawir diartikan seluruhnya tanpa terkecuali sehingga dapat dipahami manusia kaffah yang dikehendaki dalam visi tersebut ialah membentuk manusia yang dapat menjawab setiap persoalan yang dihadapi baik itu pada bidang agama, begitu pula dalam bidang hubungan kemasyarakat. Dalam bahasa yang lain, manusia kaffah juga bisa dipahami dengan insan kamil. Selain mengisi kemampuan pengetahuan HBS juga berkomitmen membantu siswa dengan memberikan keterampilan-keterampilan psikomotorik sebagai bekal pengalaman dan kemampuan praktis untuk menghadapi dunia kerja. Keterampilan ini memberi manfaat besar bagi pengembangan skill siswa, bahkan tidak jarang kemampuan ini jauh lebih membantu mereka bisa hidup dan bersosialisasi secara baik dengan lingkungannya dibanding materi pelajaran lain. Program-program ektrakurikuler turut membentuk kepribadian dan perkembangan siswa sehingga mampu bersosialisasi dengan baik di lingkungannya. Maka program ektrakurikuler ini, selain bisa menanamkan sikap kemandirian, kepedulian dan kedisiplinan juga mampu mengembangkan potensi-potensi psikomotorik siswa. Pengembangan kemampuan siswa dalam bidang ini dalam visi HBS termasuk dari bagian pengembangan pendidikan life skill yang juga menjadi fokus dari tujuan pendidikan di sekolah HBS ini. 13

C. Peran dan Tanggungjawab Pengelola Boarding School dalam Pembinaan

Akhlak Pesantren dan boarding school pada dasarnya sulit dibedakan. Hal tersebut karena tradisi-tradisi pesantren sudah menjadi bagian penting dari keberadaan sekolah umum yang berlatar belakang Barat seperti boarding school. Pada awalnya, seperti yang ditulis Nurhayati Djamas 14 bahwa sistem sekolah seperti boarding school merupakan gabungan dari sekolah umum dan pondok pesantren. Maka konsekuensinya kedua unsur inilah yang mewarnai tradisi yang ada di boarding school yang marak sejak era 1990-an ini. Dengan demikian dapat disimpulkan ada dua yang sangat mempengaruhi pembentukan akhlak siswa. Keduanya yaitu guru dan sistem sekolah berasrama. sistem sekolah berasrama dengan strategi pembiasaanya mampu membentuk sikap 13 Hasil Raker V sekolah HBS di Gunung Bunder-Bogor pada 03-04 Juli 2012, lampiran visi dan misi sekolah. 14 Nurhayati Djamas, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pascakemerdekaan, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2009, h 157. siswa sehingga diresapi menjadi akhlak. Begitu pula guru yang memberikan pengayaan tauladan yang baik untuk dicontoh dan ditiru. Keduanya bila dikelola dengan maksimal akan mengantar siswa pada akhlak mulia sesuai misi sekolah. Sekolah HBS mempunyai tujuan pendidikan jangka panjang seperti yang terdapat pada tujuan akhirnya yakni membentuk siswa yang berakhalak mulia. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut pihak sekolah sudah memberikan tugas kepada masing-masing guru. Sedangkan pengasuh boarding mengontrol seluruh siswa selama 24 jam dengan sistem pembagian otoritasya kepada guru-guru. Pola seperti ini bisa juga dijumpai pada sekolah berbasis pesantren, namun tanggung jawab institusional tetap berada pada pengasuh sekolah. Sekolah HBS juga menerapkan hal yang sama seperti pesantren, setiap asrama didampingi oleh seorang guru untuk memantau perkembangan-perkembangan siswa. Di samping itu, pendamping juga bertugas memberikan arahan jika terdapat kesalahan maupun tindakan yang tidak sesuai dengan aturan-aturan sekolah. Guru yang dibebankan mengasuh asrama juga mengajar di sekolah formal. Pemberian wewenang dari pengasuh itu merupakan cara mengatur dan mengasuh siswa secara sistematis. Jika pada jam pelajaran formal guru mengajar sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya, maka diluar jam sekolah guru dengan intens memantau tingkah laku siswa. Dan ini tugas yang dibebankan pada setiap guru Al-Hidayah Boarding School. Tentu selain tugas-tugas yang lain seperti mendampingi anak didik di asrama, mamantau setiap kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan. Tujuan ini konsisten dijalankan oleh sekolah melalui berbagai media. Tanggungjawabnya membentuk akhlak siswa diberikan dengan cara pembiasaan- pembiasaan tanpa meninggalkan pantau secara langsung oleh pihak terkait seperti guru, penjaga sekolah dan lain-lain. Kadang-kadang juga pentauan juga dapat dilakukan oleh kakak kelas yang lebih tinggi untuk memberikan bantuan kepada adik kelas jika terdapat kesulitan dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak sekolah. Pengelolaan semacam itu merupakan pengaruh dari pola pesantren yang pada awalnya terdapat dalam sekolah HBS. Menurut Ansori Jayadi, transformasi tersebut adalah usaha lembaga pendidikan menyesuaikan diri dengan perkembangan dan tuntutan zaman yang semakin meningkat. Atas dasar itu pula, HBS tentu tidak seperti lembaga yang memang berdiri dengan boarding school karena HBS cikal bakalnya tumbuh dari pesantren dan bertransformasi menjadi HBS. Perubahan yang terdapat di lembaga pendidikan menjadi sekolah berasrama HBS tidak serta merta meninggalkan kultur yang sudah tertanam di HBS, tradisi seperti kedudukan kyai dalam pesantaren tetap terjaga. Hubungan antara kyai dan siswa dapat terihat pada sisi peran dan tanggungjawab HBS terhadap siswa-siswanya. Kyai tetap menempati kedudukan sentral dalam meninjau, mengasuh dan memonitor setiap perilaku-perilaku siswa. 15 Sebuah kultur yang tetap terjaga di Al-Hidayah Boarding School ini adalah peran kyai sebagai simbol yang otoritatif dalam sebuah pesantren. Pada umumnya, lembaga pendidikan islam seperti HBS menganggap penyelenggaraan pendidikan sepenuhnya sangat tergantung pada sosok kyai. Posisinya sebagai pemimpin dan pemilik HBS semakin memperkuat otoritasnya dalam menentukan kebijakan- kebijakan strategis pesantren. Sumber otoritas itu pun menandakan bahwa manajemen pondok pesantren harus bergantung pada ketokohan kyai. Otoritas itu pun tidak dianggap melebihi wewenangnya sebagai pemimpin HBS, karena walaupun pelaksanaan pada kebijakan-kebijakan sekolah bergantung pada kyai namun tetap mengedepankan mekanisme yang biasa hidup dalam tradisi-tradisi pesantren seperti musyawarah dan lain-lain. Hal-hal semacam ini meskipun tidak tercatat dalam tata tertib dan menjadi ketentuan khusus namun ini selalu tetap tumbuh dan terjaga di sekolah HBS ini. Ini menandakan bahwa HBS tetap berkomitmen menjaga nilai-nilai 15 Wawancara dengan Anshari Jayadi M.A. adalah direktur Al-Hidayah Boarding School, Depok, Senin, 4 Februari 2013 di ruang kantor. yang telah dikembangkan dalam lingkungan pondok pesantren dan menerapkannya ke dalam sekolah modern. Pada sisi lain peran dan tanggungjawab lembaga juga bisa dilacak melalui hubungan strategis kyai dalam membina perilaku dan akhlak siswa. Keduanya bisa dilihat dari dua level, pertama pengelolaan yang bersifat kelembagaan dan tata tertib sekolah biasanya dipantau langsung oleh pihak asrama atau guru pada level yang lain bisa juga dilihat dari hubungan yang terbangun antara santri dan kyai. Hubungan tersebut lebih bersifat unformal tidak seperti hubungan santri dengan pengelola asrama lainnya. Seiring dengan perubahan-perubahan yang terjadi di pesantren tak terkecuali pada sistem pengelolaannya tradisi seperti semacam ini tetap bertahan. Kecenderungan yang terjadi di pesantren belakangan ini yang menganggap otoritas tunggal kyai mulai berkurang tetap mengalami perubahan meskipun tidak seperti yang dituduh Nurhayati, justru sejak berubah menjadi boarding school sekolah ini juga tetap menjaga sumber otoritas utama kyai apalagi terkait dengan pembinaan akhlak siswa. Tidak bisa dinapikan juga bahwa pengelolaan dan kelembagaan sekolah telah banyak diserahkan kepada pihak-pihak guru yang dipercaya oleh kyai untuk ditanganinya. Transmisi nilai dalam membentuk peribadi yang berakhlak mulia dikemas dengan baik oleh pihak sekolah. Di antara manifestasi tanggungjawab sekolah tersebut direalisasikan dalam bentuk program-program yang ditawarkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan dan kecakapan-kecakapan lain seperti afektif dan motoriknya.

D. Strategi dan Alat Pendidikan dalam Pembinaan Akhlak

Pesantren mempunyai cara sendiri ketika melakukan pembinaan akhlak siswa- siswanya. Al-Hidayah Boarding School sebagai lembaga pendidikan islam yang meneruskan tradisi-tradisi pesantren mempunyai kesamaan cara dalam melakukan pembinaan akhlak. Pembinaan yang dilakukan didasarkan atas pandangan mereka terhadap manusia. Pandangan tersebut akan mempengaruhi cara yang dipilih dalam melakukan pembinaan secara islami. Seperti yang umum ditemukan di pesantren, pembinaan akhlak anak dimulai dari pembiasaan-pembiasaan aktifitas keagamaan. Kemudian diperkuat dengan instrumen lain agar siswa bisa beradaptasi dengan etika yang dipegang teguh dan terawat dalam tradisi sekolah. Begitu pula dengan sekolah Al-Hidayah Boarding School, strategi pembinaan akhlak banyak bertumpu pada peran kyai dan guru –guru sebagai tokoh dan teladan bagi sumber perilaku siswa. Pada sekolah HBS, strategi pembinaan dilihat dari tiga tahapan. Setiap tahapan mempunyai orientasi sendiri, sehingga pembinaan akhlak tidak dianggap sikap yang datang dengan konstan tetapi melalui proses kemudian mengental menjadi pandangan hidup yang membatin. Ada empat tahapan yang menjadi acuan pembinaan di sekolah HBS, yakni tahap penyadaran, modelling, riyadhah dan pemantauan. 1. Penyadaran. Tahapan pertama ini merupakan dasar bagi tahapan setelahnya karena dalam tahapan penyadaran siswa dibekali dengan materi-materi dengan nilai baik dan buruk dengan bersumber pada dasar-dasar Islam. Klasifikasi baik-buruk itu menggunakan acuan nilai atau norma Islam dan tradisi yang ada di HBS. Tetapi sekolah HBS menuangkan ukuran baik-buruk tersebut ke dalam aturan-aturan sekolah yang telah ditetapkan. Ketetapan aturan-aturan tersebut bukan saja didasarkan pada nilai-nilai Islami tetapi juga asas kepatutan. Aturan-aturan yang ditetapkan adalah ukuran untuk menentukan apa yang menjadi kewajiban, larangan dan perintah sehingga apa pun tindakan siswa harus sesuai dengan aturan sekolah. Aturan semacam ini menjadi penyadaran bagi setiap siswa di sekolah HBS dan setiap siswa wajib mengetahui aturan ketika memilih masuk di HBS. 16 16 Sebelum mendaftar menjadi siswa, sekolah menawarkan aturan-aturan yang ditetapkan sekolah yang mesti dipatuhi oleh siswa. Jika melanggar dari ketentuan tersebut maka aka nada sanksi. Untuk memperkuat kesepakatan siswa dengan sekolah maka siswa harus menandatangi surat pernyataan akan mengikuti peraturan-peraturan yang ditetapkan sekolah. Wawancara dengan Ansori Jayadi, 14 Februari 2013 ruang kantor.