Prosedur Pengolahan Data dan Analisis Data

49

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Al-Hidayah Boarding School Depok

1. Sejarah Singkat Al-Hidayah Boarding School Depok Perkembangan Islam di Depok, Jawa Barat, selalu dikaitkan dengan keberadaan sebuah yayasan yang bernama Al-Hidayah. Yayasan Pesantren yang terletak di jalan Keadilan Raya, Rawadenok RT 0201 Pancoran Mas Depok-Jawa Barat ini merupakan yayasan tertua di daerah Depok dan sudah memberi kontribusi besar pada perkembangan Islam di daerah Depok. Hanya berselang beberapa tahun pasca kemerdekaan republik Indonesia tepatnya pada tahun 1948 yayasan Al-Hidayah didirikan oleh seorang ulama terkemuka yang berasal dari Hadramaut yaitu Habib Muhammad bin Yahya. Di tahun 1948 yayasan ini belum resmi beroperasi dan baru menjalan aktivitas keagamaan setahun setelah pendiriannya pada tahun 1949. Dapat dipastikan, sebenarnya kegiatan-kegiatan keagamaan yang dibawa Habib Muhammad sudah dimulai sebelum kemerdekaan itu sendiri diproklamasikan. Dengan demikian, kontribusinya dalam mengembangkan Islam dengan jangka yang relatif lama tentu memberi dampak yang cukup besar. Banyak ulama-ulama yang dikaderkan Habib Muhammad yang berhasil menjadi pemuka-pemuka agama yang ternama seperti H. Abdul Muthalib bin Abdurrahman, K.H Maisar Yunus dan banyak lagi lainnya. Keberhasilan Habib Muhammad Yahya dalam mengembangkan Islam sangat dirasakan oleh masyarakat sekitarnya, ini dibuktikan dengan banyaknya kader-kader yang dididiknya menjadi pemuka agama. Tidak terbatas dalam bidang keagamaan saja bahkan sebagian kadernya banyak menjadi tokoh masyarakat yang perannya pun tidak bisa dinapikan dalam lingkungan masyarakatnya sendiri. Hal itu disadari oleh Habib Muhammad dalam rangka meneruskan dakwah dan syi’arnya sehingga beliau dengan serius mengkader murid-muridnya yang diarahkan untuk menggantikan posisinya. Kader-kadernya kemudian mengembangkan yayasan ini, mereka adalah H. Nipan bin Mutan, H. Maarif bin H Nipan, K.H Maisar Yunus, K.H Abdul Muthalib bin H. Abdurrahim, K.H. Jayadi bin H Kian, K.H. Sanusi bi n Ciik, Ustadz Sa’adullah bin H. Kian, K.H Asmat. Nama-nama tersebut menjadi penerus dan pengembang yayasan Al-Hidayah dan sebagian mereka sempat mengisi pucuk pimpinan yayasan Al-Hidayah. Yayasan Al-Hidayah ini bergerak di bidang pendidikan Islam sehingga semua tingkatan sekolah formal itu disediakan oleh yayasan. Awalnya yayasan mendirikan Madrasah Ibtidayah setingkat SD, kemudian Madrasah Tsanawiyah MTs, Madrasah Aliyah MA, Pondok Pesantren, Taman pendidikan Al-Quran dan Taman kanak- kanak Raudhatul Athfal. Khusus pondok pesantrennya setelah wafat genarasi awal dari kader Habib Muhammad, pondok ini sekarang dipimpin oleh K.H. Hilmi Zaini Thahir, MA, dan ketua yayasannya adalah K.H. Drs. Rahman Hakim, M.A. Pondok pesantren Al-Hidayah yang merupakan satu sub pendidikan dari yayasan Al-Hidayah yang berdiri pada tahun 1996. Pada awal berdirinya pondok ini mengadopsi sistem belajar pada umumnya yang terdapat di pesantren-pesantren nusantara salafi dengan model sorogan. 1 Jam belajar pun dibagi menjadi dua yaitu materi pelajaran umum seperti matematika, bahasa inggris, fisika, biologi dan materi pelajaran agama seperti tafsir, fiqih dan lain-lainnya. Untuk pelajaran agama itu dijadwalkan sebelum masuk sekolah formal, biasanya sehabis shalat subuh, setelah ashar dan pada malam hari. Semantara pada jam 07. 30 sampai jam 15.00 santri diberikan mata pelajaran umum. Rutinitas belajar di pesantren ini sangat padat, semua santri memang benar-benar dididik dan diasuh dengan melakukan kegiatan rutinitas. Sistem yang diadopsi pesantren ini pun menemukan kebuntuan, disenyalir diakibatkan oleh sistem pembelajaran yang tidak relevan dan terlalu klasik sehingga pesantren mengalami kemunduran. Untuk merespon dinamika tersebut pihak stokeholders mengambil sikap untuk menggantikannya dengan sistem pembelajaran yang lebih efektif dan akomodatif. Sistem pembalajaran yang lama dinilai tidak bisa mengadaptasi perkembangan luar sehingga mengalami pelemahan kualitas lulusan ketika bersaing dengan lembaga pendidikan lainnya. Oleh karena itu, atas inisiatif pengurus pada tahun 2008 pesantren ini berubah nama menjadi Al-Hidayah Boarding School atau sering disingkat HBS. Perubahan nama ini untuk mengalih perspektif masyarakat yang cenderung berpandangan sempit perihal kemampuan pendidikan khususnya dalam sains dan pengetahuan . Dengan adanya perubahan tersebut pada level yang lain teradapat perubahan pada kegiatan dan materi-materi di pondok pesantren Al- Hidayah. Yang sangat dirasakan adalah perhatian sangat besar terhadap kegiatan menghapal Al-Quran dan banyak lagi kegiatan baru sebagai dampak dari perubahan pondok Al-Hidayah. Bahkan perubahan itu membawa kamajuan yang lebih pesat, kreatifitas dan bakat anak yang pada sistem yang lama tidak tercover justru dapat 1 Model sorogan yang digunakan dalam proses belajar-mengajar diberikan melalui ceramah dimana santri membentuk sebuah kelompok belajar bersama kajiannya di depan Syaikh. Kelompok- kelompok pengajian ini disebut halaqoh atau Bandongan dalam istilah Jawa. Model belajar-mengajar seperti ini juga diterapkan seperti yang terdapat sistem surau di Minangkabau dan pesantren-pesantren salafi nusantara lainnya. Lihat Azymardi Azra, Pendidikan Islam Tradisional dalam Transisi dan Modernisasi Jakarta: Logos, 2003 h 14 dikembangkan dengan sistem yang baru ini. Berikut ini, profile Al-Hidayah sekolah boarding school. Sekolah yang telah melakukan transformasi ini masih berstatus swasta seperti pesantren sekolah islam pada umumnya. Namun terbilang mandiri meski pun tidak di support penuh pendanaannya oleh pemerintah daerah, namun sistem yayasan seperti ini justru tidak pernah mengandalkan bantuan dan pendanaan pemerintah karena yayasanlah sepenuhnya bertanggungjawab untuk mencari solusi jika menyangkut masalah finansial. Kemandirian sekolah juga bisa terlihat sebagaimana pendirian awalnya, sekolah ini justru mulai tumbuh dari tanah yang diwakafkan kepada pihak sekolah. Data ini menguatkan bahwa sekolah dan masyarakat mempunyai hubungan yang baik untuk membangun generas-generasi yang berkualitas. Selain itu pula, sebagai sekolah islam yang sadar akan tuntutan dan perubahan yang dinamis dalam masyarakat kita, sekolah HBS masih menunjukkan kualitas yang baik bagi usernya. Itu bisa dilihat dari kualitas yang diberikan melalui akreditasi sekolah, dimana pemerintah memberi nilai A kepada sekolah Al-Hidayah Boarding School. 2. Visi, Misi dan Tujuan Al-Hidayah Boarding School termasuk lembaga pendidikan tertua di daerah Depok, tetapi tidak ada jaminan bahwa sekolah seperti ini mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman yang cukup cepat dan komplek. Oleh karena itu, perubahan nama dari pondok pesantren menjadi sekolah Boarding School juga harus diikuti dengan perubahan cara pandang bagaimana merespon dinamika kemasyarakat. Salah satunya adalah dengan memperkuat landasan penyatuan dua lembaga pesantren dan sekolah umum. Konsep tersebut bisa dirangkum dalam sebuah pandangan besar seperti visi dan misi sekolah. Berikut ini adalah visi, misi dan tujuan pendidikan yang diidealkan oleh sekolah Al-Hidayah Boarding School: a. Visi Menjadi lembaga pendidikan yang terdepan dalam mengembangkan dan memadukan ilmu pengetahuan dengan nilai-nilai islam secara kaffah. b. Misi 1 Mengembangkan dan memadukan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berbasis nilai-nilai Islam. 2 Mengajarkan nilai-nilai entrepreneurship dan life skill dalam menghadapi tantangan global. 3 Mengembangkan kemampuan tahsin dan tahfidz Al-Qur’an. 4 Mengembangkan kemampuan berbahasa Arab dan Inggris. 5 Mengembangkan dakwah Islam. c. Tujuan Umum Pendidikan 1 Memiliki hapalan minimal 12 Juz dan surat pilihan 2 Mampu membaca Al-Quran 3 Memiliki kemampuan mempraktekkan fiqih amaliah 4 Mahir berbahasa Arab dan Inggris 5 Memiliki hapalan do’a ma’tsurat 6 Memliki jiwa entrepreneurship dan life skill 7 Beraqidah lurus 8 Beribadah dengan benar 9 Berakhlak mulia 10 Berilmu dan berwawasan luas 11 Berbadan sehat dan kuat 12 Terampil, mandiri 13 Bermanfaat bagi masyarakat,agama dan bangsa