Sikap dan Perilaku Siswa manifestasi Pembinaan Akhlak

Faktor penghambat proses pembinaan akhlak di sekolah HBS adalah keragaman karakteristik siswa yang mempunyai kecenderungan sendiri-sendiri, datang dari berbagai latar belakang keluarga. Mengelola emosional siswa yang beragam tersebut memerlukan perhatian dan perlakuan khusus untuk bisa mengakomodir kecenderungan mereka. Pengelolaan itu sering terabaikan karena jumlah guru yang berada di sekolah yang tidak berimbang dengan siswa yang ditampung. Akibatnya, banyak mereka yang menyangkal perintah-perintah dari guru yang seharusnya menjadi agenda hariannya seperti menghafal Al- Qur’an, shalat berjamaah dan rutinitas lainnya. Pengabaian ini tentu menjadi penghambat bagi proses pembiasaan siswa untuk selalu menjalankan perintah dan aturan-aturan yang sudah ditetapkan oleh pihak sekolah. Padahal pembiasaan merupakan alat bagi sekolah untuk menanamkan nilai-nilai islam kepada para siswa. Kasus seperti ini biasanya terjadi pada siswa baru yang belum mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Namun pihak sekolah selalu mencari jalan untuk penyelesaian itu dengan menambah intensitas guru-guru memantau siswa di asrama, terutama pada awal-awal tahun ajaran baru. Selain itu pula, tidak bisa dinapikan faktor penghambat juga terdapat pada institusi sekolah atau guru itu sendiri. Seperti sistem pengelolaan yang ditawarkan pihak sekolah yang intensitasnya sangat terbatas, sehingga rasio guru yang menjadi pemantau siswa di asrama tidak sebanding dengan jumlah siswa. Dampaknya banyak perilaku-perilaku siswa yang lepas dai pantauan guru dan pengawas asrama. Sedangkan pada dimensi lain, proses pembentukan akhlak siswa melalui sistem sekolah berasrama sangat beragam pula. Hal utama yang membantu proses pembentukan sikap siswa ialah lingkungan sekolah yang mendukung terbentuknya siswa-siswa yang berakhlak mulia sesuai dengan tuntunan Rasulullah dan tujuan pendidikan di HBS. Lingkungan berasrama jauh berbeda dengan sekolah biasa yang Sejauh ini, parameter yang untuk mengukur capaian-capaian yang dicanangkan selalu mengacu pada aturan-aturan siswa. Hasil wawancara bersama kepala sekolah HBS, Jayadi Ansori 2013 hanya menghabiskan aktu sekitar 7 sampai 8 jam sehari. Sekolah berasrama seperti HBS adalah sistem sekolah 24 jam. Selama waktu itu pula proses pembelajaran bukan saja dalam bentuk materi diajarkan kepada siswa-siswa tetapi juga keteladanan. Intensitas waktu yang panjang akan sangat membantu sekolah menghasilkan siswa-siswa berkualitas bukan hanya dibidang psikomotorik tetapi juga menjadi alat ampuh membentuk kepribadian siswa afektif. Hal lain yang menjadi unggulan sekolah berasarama dalam membentuk akhlak siswa adalah aturan-aturan sekolah secara rinci. Peraturan-peraturan yang ditetapkan akan melatih dan terus memantau perkembangan siswa dengan segala bentuk penyimpangannya. Jika terdapat pelanggaran-pelanggaran maka akan diberikan sanksi sesuai dengan kesalahan. Model aturan ini sangat positif untuk membangun kesadaran siswa sehingga pembiasaan melalui aturan-aturan tersebut mampu membentuk akhlak sesuai dengan capaian-capaian yang telah tertulis dalam tujuan pendidikan. 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari ulasan mengenai pembinaan akhlak di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa di MTs AL-Hidayah Boarding School Depok terdapat dua bentuk program pembinaan akhlak yaitu melalui program kurikuler dan ekstrakurikuler. Adapun program kurikuler memberi pengetahuan dan kecerdasan siswa dalam bentuk pengetahuan materi-materi. Sedangkan program ekstrakurikuler berorientasi membentuk kecakapan siswa sesuai dengan bakat dan minatnya. Yang memegang peran sentral dalam melaksanakan pembinaan akhlak adalah pengasuh sekolah untuk memonitoring setiap aktivitas siswa 24 jam, begitu pula gurupengurus dengan rutin memantau perkembangan siswa. Untuk mewujudkan akhlak mulia, Al-Hidayah Boarding School menggunakan empat tahap strategi yaitu, pertama Penyadaran —pengisian materi tentang akhlak, pertimbangan baik dan buruk —kemudian kedua Modelling yakni pemberian contoh yang baik, ketiga Riyadhah yaitu latihan untuk meningkatkan intensitas amaliyah serta yang keempat Pantauan yaitu melakukan kontrol terhadap siswa dibantu dengan peraturan-peraturan dan sanksi yang sudah ditetapkan. Empat tahapan ini menggunakan beberapa strategi acak seperti strategi pembiasaan dan teladan yang diberikan oleh guru dalam bentuk mencontohkan akhlak yang baik terhadap siswanya. Wujud perilaku siswa Al-Hidayah Boarding School masuk dalam kategori baik. Manfestasinya dapat dilihat dari indikasi perilaku siswa seperti tidak pernah terjadi tawuran antar siswa atau antar sekolah yang melibatkan sekolah Al-Hidayah Boarding School dan tidak melanggar syariat agama. Intensitas kegiatan-kegiatan keagamaan sesuai absensi juga sangat rajin, ini menunjukkan bahwa perilaku siswa di sekolah HBS cukup baik. Akan tetapi terdapat dua faktor yang menghambat pembinaan akhlak di HBS, Pertama minimnya guru dan pengasuh yang menetap di asrama membuat pembinaan akhlak di asrama tidak terkontrol dengan baik. Kedua karakteristik siswa dengan latarbelakang yang beragam turut penghambat proses pembinaan akhlak.

B. Kritik dan Saran

Mengingat lembaga pendidikan sebagai lembaga penyemaian nilai-nilai kehidupan maka penting untuk memberi saran sebagai bahan koreksi atas kelemahan- kelamahan yang terdapat di sekolah MTs Al-Hidayah Boarding School, antara lain: 1. Menurut pengamatan peneliti, muatan kurikulum di sekolah Al-Hidayah Boarding School sangat padat sarat muatan akademik sehingga mengakibatkan kejenuhan pada siswa. Harus ada pengurangan muatan kurikulum sehingga terbangun model pembelajaran praktis dan aplikatif dan menyenangkan tanpa harus bergelut dengan kepadatan kurikulum yang terkadang tidak membantu mengembangkan kecakapan-kecakapan siswa. 2. Sebagian besar guru yang mengajar di sekolah Al-Hidayah Boarding School menetap di luar lingkungan sekolah akibatnya banyak siswa yang tidak terpantau dengan baik perkembangan akhlaknya. Untuk itu, harus ada kebijakan strategis menanggulangi persoalan tersebut agar proses pembinaan dan bimbingan yang lebih maksimal dapat diberikan oleh pihak sekolah kepada siswa-siswanya.