Peran dan Tanggungjawab Pengelola Boarding School dalam Pembinaan

terhadap manusia. Pandangan tersebut akan mempengaruhi cara yang dipilih dalam melakukan pembinaan secara islami. Seperti yang umum ditemukan di pesantren, pembinaan akhlak anak dimulai dari pembiasaan-pembiasaan aktifitas keagamaan. Kemudian diperkuat dengan instrumen lain agar siswa bisa beradaptasi dengan etika yang dipegang teguh dan terawat dalam tradisi sekolah. Begitu pula dengan sekolah Al-Hidayah Boarding School, strategi pembinaan akhlak banyak bertumpu pada peran kyai dan guru –guru sebagai tokoh dan teladan bagi sumber perilaku siswa. Pada sekolah HBS, strategi pembinaan dilihat dari tiga tahapan. Setiap tahapan mempunyai orientasi sendiri, sehingga pembinaan akhlak tidak dianggap sikap yang datang dengan konstan tetapi melalui proses kemudian mengental menjadi pandangan hidup yang membatin. Ada empat tahapan yang menjadi acuan pembinaan di sekolah HBS, yakni tahap penyadaran, modelling, riyadhah dan pemantauan. 1. Penyadaran. Tahapan pertama ini merupakan dasar bagi tahapan setelahnya karena dalam tahapan penyadaran siswa dibekali dengan materi-materi dengan nilai baik dan buruk dengan bersumber pada dasar-dasar Islam. Klasifikasi baik-buruk itu menggunakan acuan nilai atau norma Islam dan tradisi yang ada di HBS. Tetapi sekolah HBS menuangkan ukuran baik-buruk tersebut ke dalam aturan-aturan sekolah yang telah ditetapkan. Ketetapan aturan-aturan tersebut bukan saja didasarkan pada nilai-nilai Islami tetapi juga asas kepatutan. Aturan-aturan yang ditetapkan adalah ukuran untuk menentukan apa yang menjadi kewajiban, larangan dan perintah sehingga apa pun tindakan siswa harus sesuai dengan aturan sekolah. Aturan semacam ini menjadi penyadaran bagi setiap siswa di sekolah HBS dan setiap siswa wajib mengetahui aturan ketika memilih masuk di HBS. 16 16 Sebelum mendaftar menjadi siswa, sekolah menawarkan aturan-aturan yang ditetapkan sekolah yang mesti dipatuhi oleh siswa. Jika melanggar dari ketentuan tersebut maka aka nada sanksi. Untuk memperkuat kesepakatan siswa dengan sekolah maka siswa harus menandatangi surat pernyataan akan mengikuti peraturan-peraturan yang ditetapkan sekolah. Wawancara dengan Ansori Jayadi, 14 Februari 2013 ruang kantor. Penyadaran pada tingkat yang lain juga diperkuat dengan pengajaran- pengajaran materi tentang keislaman khususnya yang berkaitan dengan akhlak. Pemberian materi di sini sebenarnya ada dua macam, pertama materi yang dijelaskan melalui jam pelajaran pada sekolah formal lalu yang tidak bisa ditinggal adalah pemberian materi oleh kyai atau dewan guru. Yang terdapat di sekolah HBS, setiap malam setelah selesai menunaikan shalat Isya, kyai selalu memberikan tausiyahnya kepada siswa. Tausiyah kyai berisi nasehat-nasehat tentang akhlak dan anjuran kyai untuk selalu berpegang pada nilai-nilai yang diajarkan. Bukan hanya itu, kyai pun selalu mengingatkan siswa tentang kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa agar tidak mengulanginya lagi. Terkadang kalau kesalahan sudah masuk dalam kategori larangan-larangan di sekolah dewan guru atau pengasuh asrama akan memberikan sanksi sesuai dengan ketentuan dan tingkat kesalahannya. 2. Modelling Pada umumnya siswa lebih mudah menerima materi pelajaran dan pola tingkah laku yang langsung dipraktikkan oleh guru dan dewan pengasuh untuk ditiru. Karenanya sangat diperlukan guru-guru yang mempunyai etika yang baik sehingga proses tranmisi nilai kepada siswa lebih cepat dan efektif. Modelling atau percontohan adalah pemberian contoh yang baik oleh guru untuk kemudian ditiru oleh siswa-siswanya. Guru merupakan sumber utama tuntunan bagi siswa, selain sebagai mitra dalam pembelajaran guru juga mengemban tugas yakni membentuk akhlak siswa. Dengan demikian siswa perlu menghadirkan guru yang berkualitas dan bertingkah laku baik sesuai dengan tuntutannya sebagai pengajar sehingga tingkah laku yang baik itu pula bisa ditularkan pada siswanya. Ada banyak kegiatan yang diselenggarakan pihak sekolah untuk memberikan contoh pada siswanya. Hal yang paling sederhana dapat dijumpai ketika melakukan shalat jamaah lima waktu di mesjid yang dijalankan tidak hanya oleh siswa tetapi guru juga ikut terlibat dalam kegiatan. Guru menjadi imam dalam pelaksanaan shalat jamaah, untuk menularkan kemampuan dan tingkah laku tersebut guru sering sekali memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengambil peran sebagai imam atau muazin dalam pelaksanaan shalat. Selain itu, dalam shalat malam qiamul lail guru terlibat langsung menjadi imam dan memberi tausiyah tentang keutamaan shalat malam. Dan itu menjadi agenda rutin setiap guru di sekolah hidayah. Selain shalat malam, guru dan pengasuh juga mengimami shalat duha. Tauladan ini kemudian menular dengan sendirinya kepada siswa sehingga menjadi amalan rutinitas melalui pembiasaan-pembiasaan. Keterlibatan secara langsung dewan guru dalam amalan pada awalnya memang dibentuk oleh hubungan yang erat antara keduanya. Siswa memosisikan guru sebagai tauladan dikerenakan keterlibatannya secara nyata bukan sebatas memberi pengetahuan tentang norma lalu diserahkan sepenuhnya kepada siswa. Pola demikian sangat efektif membentuk akhlak siswa karena mensyaratkan kedekatan antara siswa dan pengajar. Guru dijadikan sebagai sumber utama sebagai tauladan bagi siswa. Komitmennya mengajar dan memberi contoh yang baik juga bisa terlihat pada kegiatan sehari-hari. Di beberapa kegiatan ektrakurikuler misalnya guru selalu memosisikan dirinya sebagai mitra yang baik dalam pengembangan akhlak. Tahfiz Al-Quran yang sejatinya program siswa tetapi guru juga diwajibkan menghafal surat- surat yang ditentukan agar mampu menekan motivasi kepada siswa. Selain itu, dalam doktrin akhlak tersebut guru adalah manifestasikan dari pengetahuan itu sendiri sehingga posisinya selalu diteladani karena jika siswa bertindak keluar dari apa yang dicontohkan guru akan menghilangkan berkah dari pengatahuan yang diajarkan kepada siswa. sehingga hubungan demikan akan memperkuat posisi guru sebagai teladan bagi semua siswa. 3. Riyadhah Tahapan ini adalah latihan melakukan kegiatan atau ritual keagamaan agar bisa menjadi tradisi dalam pribadi-pribadi siswa. Dalam arti yang sederhana riyadhah merupakan upaya pembiasaan tanpa harus dikontrol oleh guru atau pembimbing asrama dan pada akhirnya menjadi sebuah kebiasaan. Riyadhah juga bisa diartikan upaya melatih dirinya berbuat baik dengan cara berusaha memahami perbuatan yang dilakukannya, berbuat dengan sikap yang ikhlas, tidak tercampur dengan sikap riya’ dan memperbanyak melakukan kebenaran dalam pergaulan, baik terhadap Allah, terhadap sesama manusia maupun terhadap lingkungan hidupnya. Riyadhah juga bisa dipahami dengan selalu tetap berkonsentrasi terhadap Allah ketika melaksanakan suatu perkataan baik, sehingga tidak dipengaruhi lagi oleh lingkungan. Penglihatan dan pendengarannya tidak dipengaruhi oleh sesuatu di sekelilingnya kecuali bertindak sesuai dengan tuntunan hati. Akhlak seperti dalam pengertian awal merupakan hasil dari pembiasaan yang terus menerus dilakukan oleh siswa. Latihan-latihan adalah langkah setelah siswa sudah mempunyai standar pengetahuan tentang nilai-nilai yang harus menjadi panduan mereka dalam bertingkah laku. Langkah selanjutnya adalah mengaktualisasikan diri dengan mengatur segala tindakan melalui aturan-aturan yang disepakati bersama siswa. Aturan itu kemudian dijalankan dengan kontinu sehingga sampai pada sikap yang kita beri nama akhlak. Tahapan Riyadhah ini akan memacu intensitas pengamalan nilai-nilai yan telah diajarkan sehingga membentuk akhlak mulia. Perilaku tanpa pertimbangan untuk melakukannya, seperti yang dijelaskan Abuddin Nata adalah akhlak. Dan sekolah HBS melakukan pembiasaan tersebut dengan mengembangkannya menjadi rutinitas sehingga bisa teraplikasi dengan baik dalam sikap keseharian. Anjuran utama melalui riyadah yang tampak cukup jelas di HBS adalah qiyamul lail, puasa senin-kamis, bahkan ada yang melakukan puasa daud. Dari pembiasaan-pembiasaan seperti inilah kemudian terpatri dalam sikap keseharian yang tidak memerluka pikiran dan prtimbangan untuk melakukaknya lagi. Pada titik inilah yang pembiasaan itu sudah menjadi akhlak baik bagi siswa. Metode riyadhah ini memberikan penghayatan mendalam dalam ritual keagamaan. Latihan dengan menggunakan langkah pembiasaan sangat membantu siswa melaksanakan tingkah laku sesuai anjuran. Hasil dari pembiasaan itu sangat