Ruang Lingkup Akhlak Pembinaan Akhlak dalam Pendidikan Islam

2 Akhlak Terhadap Guru Akhlak terhadap guru merupakan cerminan seorang murid yang patuh dan taat terhadap perintah dan menjalankan segala aturan yang terdapat di dalam lingkungan sekolah yang harus diperhatikan siswa- siswi terhadap guru nya a dalah ―sikap murid sebagai pribadi dalam menuntut ilmu murid harus bersih hatinya dari kotoran dan dosa agar dapat dengan mudah dan benar dalam menangkap pelajaran, menghafal dan mengamalkannya. ‖ 16 Dalam Islam posisi guru adalah sebagai orang tua, akhlak yang harus dimiliki siswa terhadap guru diantaranya:Menghormati dan memuliakan guru dan keluarganya dengan tulus dan ikhlas,tundukdan patuh terhadap semua perintah dan nasihat guru, jujur dan setia bersama guru, bersikap rendah hati, lembut dan santun kepada guru, tidak berjalan di depan guru ketika berjalan bersamanya, tidak meninggikan suara ketika berbicara dengan guru. 17 Dengan demikian seorang siswa harus menghormati dan patuh terhadap guru, karena guru merupakan orang tua kedua disekolah. 3 Akhlak terhadap Teman Manusia sebagai makhluk hidup individual juga makhluk sosial yaitu manusia tidak dapat hidup seorang diri, tetapi membutuhkan orang lain.Rasulullah telah memberikan pedoman dalam pergaulan tersebut.Dari Abu Musa radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata: كْسمْلا لماحك ءْ سلا حلاصلا سّلجْلا لثم ّا ملس هّلع ها ىلّ ِّ لا ع هْم جت ْ أ امإ هْم عاتْت ْ أ امإ كي ْحي ْ أ امإ كْسمْلا لماحف ّْكْلا خفان ثّ خ احير جت ْ أ امإ كباّث ق ْحي ْ أ امإ ّْكْلا خفان ِّط احير “Perumpamaan teman yang baik dan yang buruk seperti penjual minyak wangi dan pandai besi.Penjual minyak wangi mungkin ia 16 Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru Murid, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001, Cet. 1, h. 102 17 Fidella Devina Aggrippina, Akhlak Terhadap Guru http:fidela19salju.blogspot.com, Diakses pada tgl 11 Januari 2013. Pukul: 19:35. Lihat juga terjemahan Ta’limul muta’allim: Bimbingan bagi Penuntut Ilmu Pengetahuan Kudus: Menara Kudus, 2007 Edisi revisi, h 38. Dalam kita ini Al-Ghazali menjelaskan bagaimana akhlak murid kepada gurunya. memberi hadiah minyak wangi kepadamu atau kamu membeli darinya atau kamu akan mendapatkan aroma yang wangi sedangkan pandai besi mungkin akan mengakibatkan bajumu terbakar atau kamu akan mendapatkan aroma yang tidak sedap darinya.” H.R Muslim 18 Akhlak terhadap teman dapat dilakukan dengan cara sebaagai beikut: a Hendaklah memilih teman yang baik serta berakhlaq yang terpuji b Berkunjung kerumahnya, serta bergaul bersamanya dengan baik c Merasa kehilangan ketika temannya tidak ada, dan menanyakan keberadaannya kepada orang lain d Menjenguknya dan menghiburnya ketika terkena musibah e Menolongnya ketika membutuhkan f Ikut merasakan kesedihan serta kesusahan yang dialami oleh teman g Hendaklah menutup aib temannya h Bila temannya berbuat salah, maafkanlah dan tetap berbaik sangka kepadanya i Tidak terlalu banyak bergurau dengan teman karena hal itu dapat menyakitkan hatinya dan membuat permusuhan j Selalu menghormati teman, dan memanggilnya dengan nama terbaiknya k Selalu memberikan masukan kepada teman dan meluruskan kesalahannya l Selalu mengucapkan terima kasih atas kebaikannya m Menepati janji dan tulus dalam menjalin tali persahabatan karena hal itu dapat mewujudkan rasa cinta kasih dan saling saying menyayangi serta penuh pengertian dalam persahabatan n Sahabat sejati adalah sahabat yang mencintai sahabatnya seperti mencintai dirinya sendiri. 18 ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di, Mutiara Hikmah Penyejuk Hati, Syarah 99 Hadits Pilihan,Terj. Abu Muhammad Harits Abrar Thalib, Malang: Cahaya Tauhid Press, 2006, Cet. ke- 1 h. 251-253. 4 Akhlak kepada lingkungan hidup Alam merupakan segala sesuatu yang ada dilangit dan di bumi beserta isinya, selain Allah.Allah melalui al-Qur ’an mewajibkan kepada manusia untuk mengenal alam semesta beserta seluruh isinya. Manusia sebagai khalifah diberi kemampuan oleh Allah untuk mengelola bumi dan mengelola alam semesta ini.Manusia diturunkan ke bumi untuk membawa rahmat dan cinta kasih kepada alam seisinya.Oleh karena itu, manusia mempunyai tugas dan kewajiban terhadap alam sekitarnya, yaitu melestarikan dan memeliharanya dengan baik.Bahkan dengan sangat terang Tuhan memberikan catatan kepada manusia untuk tidak membuat kerusakan di bumiNya.Sebagaimana firman Allah SWT dalam al- Qur’an surat al- Qashash ayat 77:    Artinya: “Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari kenikmatan duniawi dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan ”. Q.S. al-Qhashash: 77 Oleh karena itu, akhlak terhadap lingkungan hidup antara lain sadar dan memelihara kelestarian lingkungan hidup, menjaga dan memanfaatkan alam terutama hewani dan nabati, flora dan fauna hewan dan tumbuh-tumbuhan yang sengaja diciptakan Tuhan untuk kepentingan manusia dan makhluk lainnya serta sayang terhadap sesama makhluk. 19 19 Muhammad Daud Ali, op.cit., h. 359

3. Strategi Pembinaan Akhlak

Strategi secara bahasa berasal dari bahasa Yunani yaitustrategia yang berarti ilmu perang. Dalam kamus besar bahasa Indonesia strategi diartikan sebagai ilmu dan seni menggunakan sumber daya bangsa-bangsauntuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai. Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah, strategi merupakan sebuah cara atau metode yang secara umum memiliki pengertian garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. 20 JR. David, juga mengartikan bahwa strategi adalah perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. 21 Secara sederhana strategi adalah upaya yang terencana untuk mencapai tujuan. Dalam bahasa yang lain penggunaan strategi biasa disamakan dengan siasat atau cara. Maka dapat dipahami bahwa strategi kalau dirincikan dapat diterjemahkan dengan langkah-langkah yang dilakukan oleh seseorang untuk mencapai tujuannya. Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa strategi adalah suatu cara yang bersifat umum digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan agar terjadi kesesuaian dengan teknik danoutput yang diinginkan.Strategi juga dapat disimpulkan sebagai suatu rencana tindakan dan rangkaian kegiatan yang termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu.Strategi dapat juga diartikan sebagai siasat melakukan kegiatan-kegiatan tertentu yang mencakup metode dan teknik. Adapun yang dimaksud dengan metode adalah cara itu sendiri. Sedangkan yang dimaksud dengan teknik adalah cara melakukan kegiatan khusus dalam menggunakan suatu metode tertentu.atau dapat diartikan dengan tindakan praktis yang diterjemahkan dari strategi berupa langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menacapai tujuan. Dalam pembinaan akhlak, strategi harus menyentuh kepada aspek-aspek manusia atau unsur-unsur insaniyah yang terdiri dari akal, amarah dan syahwat. 20 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar-Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, h. 5. 21 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Lencana Prenada Media, 2006, h. 124. Sebagai yang dikemukakan oleh Ibnu Al-Jauzi bahwa di dalam diri manusia mempunyai tiga unsur penting;1 unsur akal juz’ ‘aqli, 2unsur amarah juz’ ghadhabi,3 unsur hawa bafsu juz’ syahwani. 22 Sedangkan menurut Imam Al-Ghazali, struktur kerohanian manusia menjadi empat unsur, yaitu nafs, qalb, ruh dan akal. 23 Al-nafs menurut Imam Al- Ghazali mempunyai dua arti, pertama adalah kekuatan hawa marah dan syahwat yang dimiliki oleh manusia.Dan pengertian inilah menurut mayoritas ulama’ tasawuf. Mereka berkata sebagaimana hadits Nabi saw yang diriwayatkan oleh Ibn Abbas yang artinya ―Musuhmu yang paling membahayakan adalah nafsumu yang terletakdiantara dua lambungmu‖. 24 Apabila nafs menenggelamkan diri dalam kejahatan, mengikutinafsu amarah, syahwat dan godaan syetan, maka dinamakan nafs al-ammarah.Bahkan dalam hal ini Imam Al- Ghazali mengatakan ―jadikanlahsebuah kekalahan dalam jiwamu nafs.Maksudnya adalah himbauan agarmemposisikan jiwa pada poros bawah, sehingga jiwa nafs tidak merajalelamenerjang syari’at. Sedangkan nafs dalam pengertian yang kedua adalah merupakanhakikat, diri, dan dzat manusia karena mempunyai sifat yang latif, rabbani,dan rohani. Nafs dalam pengertian yang pertama di atas merupakanbentuknya yang tidak kembali pada Allah swt dan jauh dari Allah swt,sedang dalam pengertian yang kedua adalah merupakan nafs al-muthmainnahyang diridloi oleh Allah swt. 25 Qalb hati, Imam Al-Ghazali membagi menjadi duabagian.Pengertian bagian pertama adalah berupa fisik, maksudnya adalahjantung yang merupakan segumpal daging yang terletak pada dada sebelahkiri. Sedangkan pengertian bagian kedua adalah hati dalam pengertianmetafisik yang merupakan karunia Tuhan yang halus latifah bersifatruhaniah, menjadi sasaran perintah, hukuman dan tuntutan Tuhan.Pengertian inilah yang menjadi hakikat manusia dan yang berhubungandengan ilmumukasyafah. 26 22 Abdurrahman Ibnu Al-Jauzi, Terapi Spiritual, Terj. A. Khosla Asy’ari Khatib, Jakarta: Zaman, 2010, h. 14. 23 Al-Ghazali, Ihya’ Ulum al-Din, Bairut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiah,2002, juz III, h. 45. 24 ibid,h. 4. 25 Al-Ghazali, Ihya’ Ulum al-Din, juz III, h 5. 26 Al-Ghazali Pokok Ajaran Al- qur’an. h. 4. Selanjutnya tentang al-ruh, jenis ini juga mempunyai banyak arti.Jika dalam bahasa Arab, ruh diartikan sebagai nyawa dan jiwa. Begitu jugadalam bahasa Indonesia ruh dipahami sebagai lawan dari kata jasmani, yaituruhani. Namun jika dikaitkan kembali dalam bahasa Arab, ruh dapat berartisemua makhluk yang tidak berjasad, seperti jin, malaikat, dan setan. Sebagaimana mendefinisikan kata al-qalb dengan pengertianmetafisik, Imam Al-Ghazali juga memaknai ruh sebagai sesuatu yang indah,bersifat ketuhanan yang mengalahkan akal dan pemahaman dalammenentukan hakikat kebenaran. 27 Sehingga dengan adanya ruh ini menjadifaktor penting dalam mendukung aktifitas manusia, sebab tanpa adanya ruh,manusia tidak akan dapat berpikir dan merasa. Istilah keempat adalah al-aql akal.Pada umumnyaakal diartikan sebagai pusat segala kecakapan yang dimiliki manusia,karena akal dapat menjadi tolak ukur kecakapan manusia. Ada pula yangmengartikan akal dengan otak.Imam Al- Ghazali juga membagi pengertianakal menjadi dua bagian.Pertama akal merupakan pengetahuan mengenaihakikat segala sesuatu, dalam hal ini akal diibaratkan sebagai sifat ilmuyang terletak dalam hati. Adapun pengertian yang kedua adalah akal rohaniyang memperoleh ilmu pengetahuan itu sendiri al- mudrik li al-ulum yangtak lain adalah jiwa al-qalb yang bersifat halus dan menjadi esensimanusia. 28 Dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur insaniyah yang menjadi objek pembinaan akhlak merupakan prosesmenghilangkan atau membersihkan sifat-sifat tercela yang ada pada diri danmenanamkan atau mengisi jiwa dengan sifat-sifat terpuji sehinggamemunculkan tingkah laku yang sesuai dengan sifat-sifat Tuhan. Menurut Imam Al-Ghazali, strategi pembinaan akhlak dapat dilaksanakan dengan jalan tazkiyah al-nafs, mujahadah dan riyadlah. 29 Tazkiyah al-nafs memiliki arti penyucian diri atau jiwa. Secara bahasa, tazkiyah al-nafs berasal dari dua kata yakni tazkiyah dan nafs. Tazkiyah berasal dari kata zakka-yuzzaki- 27 Ibid. 28 Al-Ghazali,Isi Pokok Ajaran Al- qur’an., h. 5. 29 Rusan, Intisari Filsafat Imam Al-Ghazali, Jakarta: PT Bulan Bintang, 1989, h. 5. tazkiyah yang maknanya sama dengan tathir yang berasal dari kata thahhara- yuthahhiru-tathir[ah] yang berarti pembersihan, penyucian atau pemurnian. 30 Tazkijah al-nafs bisa dicapai melalui berbagai ibadah dan amal perbuatan tertentu, apabila dilaksanakan secara sempurna dan memadai, seperti shalat, infaq, puasa, haji, dzikir, fikir, tilawah al- Qur’an, renungan, muhasabah dan dzikrul- maut. Pada saat itulah terealisir dalam hati sejumlah makna dan dampak bagi seluruh anggota badan seperti lisan, mata, telinga dan Iainnya. Hasil yang paling nyata ialah adab dan mu’amalah yang baik kepada Allah dan manusia. Kepada Allah berupa pelaksanaan hak-haknyatermasuk di dalamnya adalah jihad di jalan- Nya. Sedangkan kepada manusia, sesuai dengan ajaran, tuntutan maqam dan taklif Ilahi. Dampak lain yang dapat dirasakan adalah terealisirnya tauhid ikhlas, sabar, syukur, harap, santun, jujur kepada Allah dan cinta kepada-Nya, di dalam hati. Dan terhindar dari hal-hal yang bertentangan dengan semua hal tersebut seperti riya’, ‘ujub, ghurur marah karena nafsu atau karena syetan. Dengan demikian jiwa menjadi tersucikan lalu hasil-hasilnya nampak pada terkendalikannya anggota badan sesuai dengan perintah Allah dalam berhubungan dengan keluarga, tetangga, masyarakat dan manusia. Selanjutnya strategi pembinaan akhlak menurut al-ghazaliadalah Mujâhadah dan Riyâdhah.Istilahmujâhadah dan riyâdhah dikenal sebagai strategi dalam melahirkan akhlak yang baik. Mujâhadah menurut bahasa artinya bersungguh-sungguh agar sampai kepada tujuan.Secara lebih luas, mujâhadah adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh dalam memerangi hawa nafsu keinginan-keinginan serta segala macam ambisi pribadi supaya jiwa menjadi suci bersih bagaikan kaca yang segera dapat menangkap apa saja yang bersifat suci, sehingga ia berhak memperoleh pelbagai pengetahuan yang hakiki tentang Allah dan kebesaran-Nya. 31 Dengan demikian, mujâhadah merupakan tindakan perlawanan terhadap nafsu, sebagaimana usaha memerangi semua sifat dan perilaku buruk yang 30 Atabik Ali Ahmad Zuhdi Mudlor, Kamus Kontemporer Al-Asri, Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1996, h. 496 31 Ibrahim Mustafa, dkk., Al- Mu’jam al-Wasîth, Istanbul:Al-Da’wah,, TT, h. 142. ditimbulkan oleh nafsu amarahnya, yang lazimdisebut mujâhadah al- nafs. 32 Berkaitan dengan ini, Allah SWT. Berfirman:  “Dan orang-orang yang berjihad untuk mencari keridhaan Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang- orang yang berbuat baik.” QS. Al-Ankabut, 29: 69. Indikator dari keberhasilan mujâhadah adalah munculnya kebiasaan dari seseorang untuk menghiasi dirinya dengan dzikrullah sebagai cara untuk membersihkan hatinya dan sebagai upaya untuk mencapai musyahadah merasakan adanya kehadiran Allah. 33 Adapun riyâdhah artinya ―latihan‖. Maksudnya adalah latihan rohaniah untuk menyucikan jiwa dengan memerangi keinginan-keinginan jasad badan. Proses yang dilakukan adalah dengan jalan melakukan pembersihan atau pengosongan jiwa dari segala sesuatu selain Allah, kemudian menghiasi jiwanya dengan zikir, ibadah, beramal saleh dan berakhlak mulia. Pekerjaan yang termasuk kedalam amalan riyâdhah adalah mengurangi makan, mengurangi tidur untuk salat malam, menghindari ucapan yang tidak berguna, dan berkhalwat yaitu menjauhi pergaulan dengan orang banyak diisi dengan ibadah, agar bisa terhindar dari perbuatan dosa. 34 Tujuan riyâdhah adalah untuk mengontrol diri, baik jiwanya maupun badannya, agar roh tetap suci. 35 Oleh karena itu, riyâdhah haruslah dilakukan secara sungguh-sungguh dan penuh dengan kerelaan.Riyâdhah yang dilakukan dengan kesungguhan dapat menjaga seseorang dari berbuat kesalahan, baik terhadap manusia ataupun makhluk lainnya, terutama terhadap Allah Swt. Bagi seorang sufi riyâdhah merupakan sarana untuk mengantarkan dirinya lebih lanjut pada tingkat kesempurnaan, yaitu mencapai hakekat. 36 32 Achmad Suyuti, Percik-Percik Kesufian,Jakarta: Pustaka Amani, 2006, h. 125. 33 Labib MZ, Memahami Ajaran Tasawuf, Surabaya: Bintang Usaha Jaya, 2001, h. 39. 34 Achmad Suyuti, op.cit., h.125-126. 35 Asmaran, Pengantar Studi Tasawuf, Jakarta: Raja Grafndo, 1994, h. 17. 36 S. Al Aziz dan Moh. Saifulloh. Risalah Memahami Ilmu Tasawuf, Surabaya: Terbit Terang, 1998, h. 104.