Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

[ α 1 ] dikali tingkat pertumbuhan output riil agregat [v]. Dengan mengambil logaritme natural model permintaan uang, model inflasi steady-state adalah ln ln ln ln 2 1 t t t t R y P M α α α + + = − 2.9 ln ln ln ln 2 1 t t t t R y P M Δ + Δ = Δ − Δ α α 2.10 ln ln 2 1 t t R v P Δ + = Δ − Θ α α 2.11 ln ln 2 1 t t R v P Δ − − Θ = Δ α α 2.12 Persamaan 2.12 menjelaskan bahwa tingkat inflasi [ ΔlnP t ] pada kondisi steady-state adalah Θ - α 1 v, dimana pertumbuhan tingkat bunga [ ΔlnR t ] sama dengan nol atau tingkat bunga nominal tidak berubah pada kondisi steady-state. Selama tingkat bunga nominal masih berubah maka kondisi perekonomian belum mencapai steady state.

2.5 Penelitian Terdahulu

Wijoyo dan Santoso 2007 Kebijakan Moneter dengan Inflation Targetting Konsiderasi kemungkinan penerapan inflation targeting di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengujian empiris dengan menggunakan vector autoregression dan Granger causality test versi Hsiao menunjukkan bahwa kebijakan moneter dengan Inflation Targetting dapat digunakan di Indonesia khususnya setelah era sistem nilai tukar fleksibel. Pengendalian moneter dalam kerangka Inflation Targetting dapat dilakukan dengan menggunakan suku bunga PUAB overnight sebagai kandidat utama sasaran operasional dan MCI sebagai sasaran antara, Universitas Sumatera Utara sementara underlying inflation sebagai sasaran akhir tunggal. Sementara penggunaan MCI sebagai sasaran antara tidak dilakukan secara kaku policy rules tetapi dimungkinkan terjadinya discretionary policy sepanjang shock terhadap inflasi dan nilai tukar berasal dari supply shock dan bersifat sementara. Disamping itu, masih kuatnya hubungan langsung antara monetary aggregates dengan inflasi maka pengalihan kebijakan moneter dari quantity targetting ke price targetting bukan merupakan substitusi penuh. Monetary aggregates masih tetap digunakan sebagai variabel indikator untuk mendeteksi tekanan terhadap inflasi. Darwanto 2007 dengan judul penelitian Kejutan Pertumbuhan Nilai Tukar Riil Terhadap Inflasi, Pertumbuhan Output Dan Pertumbuhan Neraca Transaksi Berjalan di Indonesia. Dengan pendekatan VAR. Hasil penelitian menyebutkan bahwa pertama kejutan pertumbuhan nilai tukar riil rupiah memiliki kontribusi dalam menjelaskan variasi fluktuasi variable inflasi dan pertumbuhan output dengan magnitude yang sangat besar. Kedua sumber kejutan terbesar yang mempengaruhi variasi pertumbuhan nilai tukar riil rupiah bersumber dari kejutan pertumbuhan nilai tukar riil rupiah itu sendiri. Ketiga respon inflasi dan pertumbuhan output akibat kejutan pertumbuhan nilai tukar riil rupiah menunjukkan adanya pergerakan yang konvergen. Rika Kumala Dewi 2006 dengan judul penelitian Analisa Komparatif Pendekatan Kuantitas dan Pendekatan Harga Dalam Rangka Mencapai Stabilitas Inflasi. Pengujian empiris dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pilihan pendekatan harga Price Based Approach dalam implementasi kebijakan operasional Universitas Sumatera Utara BI lebih efektif dibandingkan dengan pendekatan kuantitas Quantity Based Approach. Karena itu, pilihan yang dijatuhkan BI kepada pendekatan PBA Price Based Approach dalam kerangka kebijakan ITF Inflation Targetting Framework diharapkan mampu memberikan kinerja yang lebih baik dari pada metode QBA Quantity Based Approach. Variabel yang memiliki pengaruh paling besar terhadap pengendalian inflasi pada pendekatan harga adalah suku bunga jangka pendek ovr, sedangkan variabel informasi IRLR, pengaruhnya terhadap inflasi jauh lebih kecil dari pada pengaruh ovr. Karena berfokus pada pencapaian target inflasi tertentu, maka Bank Indonesia sebagai bank sentral harus mengembangkan formula yang ampuh untuk dapat memprediksi tingkat inflasi secara tepat. Akhis R. Hutabarat 2005 dengan judul penelitian Determinan Inflasi Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa determinan utama inflasi adalah ekspektasi inflasi yang terkait dengan pola pembentukan ekspektasi inflasi yang masih didominasi oleh inflasi masa lalu ekspektasi adaptif. Perilaku ini menimbulkan persistensi inflasi karena riwayat inflasi Indonesia yang banyak dipicu oleh inflasi cost push atau supply shocks yang signifikan dan sering terjadi, seperti kejutan harga minyak, kenaikan harga BBM, devaluasi dan fluktuasi berlebihan nilai tukar Rupiah. Karakteristik inflasi tersebut tidak mengalami perbaikan pada pasca krisis, baik secara time series, distribusi lintas komoditi pembentuk inflasi, maupun perbandingan dengan negara lain. Persistensi inflasi tersebut juga dipengaruhi oleh besarnya tekanan kenaikan harga barang administered khususnya harga BBM dan listrik, depresiasi nilai tukar, dan kenaikan upah minimum yang bersifat over- Universitas Sumatera Utara inflation indexation. Dalam kondisi tersebut maka pada dasarnya inflasi hanya dapat turun jika terjadi favorable supply shocks atau karena pengetatan moneter yang mentolerir dampak resesi ekonomi. Dalam kondisi ekspektasi inflasi yang tinggi dan dengan kebijakan moneter yang belum kredibel, disinflasi akan menghasilkan pengorbanan pertumbuhan ekonomi yang besar.

2.6 Kerangka Pemikiran