Perkembangan Indeks Harga Impor Perkembangan Suku Bunga Pasar Uang

Gambar 4.4 Perkembangan IHE 2001 Kwartal 1 Sampai 2009 Kwartal 4

4.2.5 Perkembangan Indeks Harga Impor

Indeks harga impor IHI merupakan rasio impor Indonesia yang dinyatakan dalam satuan persen. Perkembangan indeks harga impor IHI disajikan pada Tabel 4.5. Berdasarkan Tabel 4.5 terlihat bahwa indeks harga impor IHI mengalami rata-rata penurunan sebesar 2.68 persen. Nilai indeks harga impor IHI terendah terjadi pada kwartal 1 tahun 2009 dan indeks harga impor IHI tertinggi terjadi pada kwartal 2 tahun 2005. Visualisasi perkembangan indeks harga impor IHI ditunjukkan pada gambar 4.5. Dari gambar 4.5 ditunjukkan bahwa indeks harga impor IHI mengalami pertumbuhan negatif. Tabel 4.5 Perkembangan Indeks Harga Impor Periode IHI Persen Periode IHI Persen 2001:1 251 2005:3 412 2001:2 254 2005:4 434 2001:3 273 2006:1 156 2001:4 276 2006:2 159 2002:1 281 2006:3 160 2002:2 295 2006:4 162 2002:3 297 2007:1 186 2002:4 303 2007:2 190 2003:1 317 2007:3 196 2003:2 325 2007:4 211 2003:3 338 2008:1 214 2003:4 346 2008:2 235 2004:1 357 2008:3 264 2004:2 369 2008:4 208 Universitas Sumatera Utara 2004:3 374 2009:1 150 2004:4 380 2009:2 155 2005:1 387 2009:3 157 2005:2 395 2009:4 157 Gambar 4.5 Perkembangan IHI 2001 Kwartal 1 Sampai 2009 Kwartal 4

4.2.6 Perkembangan Suku Bunga Pasar Uang

Suku bunga pasar uang SBPU merupakan suku bunga yang berlaku di pasar uang antar bank. Perkembangan suku bunga pasar uang SBPU disajikan pada Tabel 4.6. Berdasarkan Tabel 4.6 terlihat bahwa suku bunga pasar uang SBPU mengalami rata-rata penurunan sebesar 0.16 persen. Nilai suku bunga pasar uang SBPU terendah terjadi pada kwartal 4 tahun 2004 sedangkan nilai suku bunga pasar uang SBPU tertinggi terjadi pada kwartal 1 tahun 2002. Sumber : www.bi.go.id Universitas Sumatera Utara Tabel 4.6 Perkembangan Suku Bunga Pasar Uang Periode SBPU Persen Periode SBPU Persen 2001:1 11.85 2005:3 8.55 2001:2 13.15 2005:4 9.44 2001:3 14.88 2006:1 9.32 2001:4 15.66 2006:2 10.59 2002:1 19.82 2006:3 11.00 2002:2 15.38 2006:4 5.97 2002:3 12.81 2007:1 4.96 2002:4 8.89 2007:2 8.53 2003:1 10.77 2007:3 4.94 2003:2 9.12 2007:4 4.33 2003:3 7.10 2008:1 6.08 2003:4 4.65 2008:2 7.64 2004:1 7.21 2008:3 9.17 2004:2 4.53 2008:4 9.40 2004:3 4.87 2009:1 8.90 2004:4 3.76 2009:2 7.75 2005:1 5.21 2009:3 6.38 2005:2 6.21 2009:4 6.30 Sumber : www.bi.go.id Visualisasi perkembangan suku bunga pasar uang SBPU ditunjukkan pada gambar 4.6. Dari gambar 4.6 ditunjukkan bahwa suku bunga pasar uang SBPU mengalami pertumbuhan negatif. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.6 Perkembangan SBPU 2001 Kwartal 1 Sampai 2009 Kwartal 4 4.2.7 Perkembangan Inflasi Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus. Akan tetapi bila kenaikan harga hanya dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau menyebabkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain. Inflasi diukur dalam persen. Perkembangan inflasi disajikan pada Tabel 4.7. Berdasarkan Tabel 4.7 terlihat bahwa inflasi INF mengalami rata-rata peningkatan sebesar 0.007 persen. Nilai inflasi INF terendah terjadi pada kwartal 1 tahun 2002 sedangkan nilai inflasi INF tertinggi terjadi pada kwartal 1 tahun 2002. Tabel 4.7 Perkembangan Inflasi Periode INF Persen Periode INF Persen 2001:1 2.53 2005:3 9.06 2001:2 3.23 2005:4 17.11 2001:3 3.87 2006:1 15.74 2001:4 3.10 2006:2 15.53 2002:1 0.29 2006:3 14.55 2002:2 0.30 2006:4 6.60 2002:3 0.56 2007:1 6.52 Universitas Sumatera Utara 2002:4 1.18 2007:2 5.77 2003:1 7.17 2007:3 6.95 2003:2 6.98 2007:4 6.59 2003:3 6.33 2008:1 8.17 2003:4 5.16 2008:2 11.03 2004:1 5.11 2008:3 12.14 2004:2 6.83 2008:4 11.06 2004:3 6.27 2009:1 7.92 2004:4 6.40 2009:2 3.65 2005:1 8.81 2009:3 2.83 2005:2 7.42 2009:4 2.78 Sumber : www.bi.go.id Visualisasi perkembangan inflasi INF ditunjukkan pada gambar 4.7. Dari gambar 4.7 ditunjukkan bahwa inflasi INF mengalami pertumbuhan positif. Gambar 4.7 Perkembangan Inflasi 2001 Kwartal 1 Sampai 2009 Kwartal 4 4.3. Hasil Uji Akar-Akar Unit dan Derajat Integrasi Uji stasioneritas dapat dilakukan dengan uji akar-akar unit yang dikembangkan oleh Dickey Fuller. Alternatif dari uji Dickey Fuller adalah Augmented Dickey Fuller ADF yang berusaha meminimumkan autokorelasi. Uji ini berisi regresi dari diferensi pertama data runtut waktu terhadap lag variabel tersebut, Universitas Sumatera Utara lagged difference terms, konstanta dan variabel trend Kuncoro, 2001. Untuk melihat stasioneritas dengan menggunakan uji DF atau ADF, dilakukan dengan membandingkan t - statistik dari variabel lag variabel dependen dengan nilai kritis DF atau ADF dalam tabel. Data yang tidak stasioner bisa menyebabkan regresi yang lancung sehingga perlu dilakukan uji stasioneritas data. Hasil uji stasioneritas variabel–variabel dalam penelitian ditampilkan pada tabel di bawah ini. Penelitian ini dimulai dengan uji stasioner terhadap variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian yaitu tingkat bunga BI BIR, permintaan domestik DD, permintaan eksternal neto NED, indeks harga impor IHI, indeks harga ekspor IHE, suku bunga pasar uang SBPU dan inflasi INF. Hasil pengujian stasioneritas data untuk semua variabel amatan adalah sebagai berikut : Tabel 4.8 Hasil Pengujian Akar-akar Unit Pada Tingkat Level Variabel Nilai Augmented Dickey Fuller Nilai Kritis Mc Kinnon pada Tingkat Signifikansi 1persen Prob Kesimpulan BIR DD NED IHE IHI SBPU INF -2.058038 2.686052 -1.325190 1.370995 -1.500037 -1.828878 1.848064 -3.639407 -3.639407 -3.639407 -3.632900 -3.632900 -3.632900 -3.632900 0.26210,01 1.00000,01 0.00310,01 0.60680,01 0.52190,01 0.99840,01 0.35200,01 Tidak stasioner Tidak stasioner Stasioner Tidak stasioner Tidak stasioner Tidak Universitas Sumatera Utara Hasil uji Augmented Dickey Fuller pada Tabel 4.8 tersebut diatas menunjukkan bahwa hampir semua data variabel tidak stasioner sebagaimana ditunjukkan oleh nilai Dickey Fuller, di bawah nilai kritis Mc.Kinnon pada derajat kepercayaan 1 persen. Kecuali variabel permintaan eksternal netoNED yang stasioner. Solusi yang dapat dilakukan untuk data yang tidak stasioner adalah dengan menciptakan variabel baru dengan cara first difference, lalu dilakukan uji ADF kembali. Hasilnya adalah sebagai berikut : Tabel 4.9 Hasil Pengujian Akar-akar Unit Pada first difference Variabel Nilai Augmented Dickey Fuller Nilai Kritis Mc Kinnon pada Tingkat Signifikansi 1persen Prob Kesimpulan BIR DD IHE IHI SBPU INF -7.375888 -6.123324 -6.106407 -5.876057 -5.968756 -4.867741 -3.646342 -3.639407 -3.639407 -3.639407 -3.639407 -3.639407 0.00000,01 0.0000,01 0.00000,01 0.00000,01 0.00000,01 0.00040,01 Stasioner Stasioner Stasioner Stasioner Stasioner Stasioner stasioner Tidak stasioner Universitas Sumatera Utara Hasil uji Augmented Dickey Fuller pada Tabel 4.9 tersebut diatas menunjukkan bahwa semua data variabel stasioner sebagaimana ditunjukkan oleh nilai Dickey Fuller, di atas nilai kritis Mc.Kinnon pada derajat kepercayaan 1 persen. Bahkan pada lampiran uji akar-akar unit menunjukkan bahwa semua data stasioner pada first difference. Berdasarkan uji stasioneritas data diketahui bahwa semua data sudah dinyatakan stasioner pada diferensi pertama. Stasioner data diperlukan untuk membuktikan bahwa data dapat digunakan dalam analisis dan dalam kesimpulan pengambilan kebijakan, dimana data stasioner mendukung kebijakan yang tidak bias. 4.4 Uji Kointegrasi Johansen Uji kointegrasi dilakukan sebagai tindak lanjut terjadinya data yang tidak stasioner pada tingkat level yang artinya bahwa terindikasi adanya hubungan jangka panjang antar variabel. Untuk membuktikan terjadinya kointegrasi dalam jangka panjang maka diperlukan uji kointegrasi. Untuk mengetahui ada berapa persamaan kointegrasi maka dilakukan uji kointegrasi. Hasil uji kointegrasi dengan alat bantu Eviews 4.1 ditampilkan pada Tabel 4.10 di bawah ini : Tabel 4.10 Uji Kointegrasi Johansen Date: 040910 Time: 10:21 Sampleadjusted: 2001:3 2009:4 Included observations: 34 after adjusting endpoints Trend assumption: Linear deterministic trend Series: LOGBIR LOGDD LOGED LOGIHE LOGIHI LOGINF LOGSBPU Exogenous series: BIR DD ED IHE IHI INF SBPU Universitas Sumatera Utara Warning: Critical values assume no exogenous series Lags interval in first differences: 1 to 1 Unrestricted Cointegration Rank Test Hypothesized Trace 5 Percent 1 Percent No. of CEs Eigenvalue Statistic Critical Value Critical Value None 0.998123 786.3577 124.24 133.57 At most 1 0.997313 572.8967 94.15 103.18 At most 2 0.982563 371.6335 68.52 76.07 At most 3 0.940529 233.9614 47.21 54.46 At most 4 0.882731 138.0046 29.68 35.65 At most 5 0.761893 65.13309 15.41 20.04 At most 6 0.381614 16.34184 3.76 6.65 denotes rejection of the hypothesis at the 5 persen 1persen level Trace test indicates 7 cointegrating equations at both 5 persen and 1persen levels Pada baris pertama menunjukkan penolakan terhadap Ho yang mengatakan tidak ada kointegrasi karena nilai trace statistik nya lebih besar dari nilai critical value-nya. Dari uji ini diketahui bahwa ada 7 persamaan kointegrasi seperti keterangan dibagian bawah tabel pada level 5 persen dan 1 persen yang berarti asumsi adanya hubungan jangka panjang antar variabel terbukti. Berdasarkan hasil uji kointegrasi diketahui bahwa ternyata ada persamaan yang memiliki kointegrasi dalam jangka panjang sehingga hasil kausalitas yang menyatakan hubungan jangka pendek dapat digantikan dengan asumsi yang menyatakan hubungan jangka menengah dan jangka panjang terbukti. Jadi semua variabel dinyatakan memiliki kontribusi dalam jangka panjang sehingga analisa Vector Autoregression dapat digunakan untuk pengujian selanjutnya. Universitas Sumatera Utara

4.5. Vector Autoregression