Produk Domestik Bruto dan Inflasi

memperoleh dana yang jumlahnya relatif lebih kecil dan persaingan ini akan mendorong tingkat bunga naik lagi ke i . Kenaikan efisiensi produksi misalnya, akan mengakibatkan keuntungan yang diharapkan naik, sehingga pada tingkat bunga yang sama pengusaha bersedia meminjam dana lebih besar untuk membiayai investasinya atau untuk dana investasi yang sama jumlahnya, pengusaha bersedia membayar pada tingkat bunga yang lebih tinggi. Keadaan ini dapat dilihat pada gambar di atas, ditunjukkan dengan bergesernya kurva permintaan investasi kekanan atas dan keseimbangan tingkat bunga yang baru pada titik Iı.

2.4 Produk Domestik Bruto dan Inflasi

Produk Domestik Bruto PDB, adalah pendapatan total dan pengeluaran total nasional atas output barang dan jasa dalam periode tertentu. PDB ini dapat mencerminkan kinerja ekonomi, sehingga semakin tinggi PDB sebuah negara, dapat dikatakan semakin bagus pula kinerja ekonomi di negara tersebut. Karena begitu pentingnya peran PDB di dalam suatu perekonomian, maka perlu kiranya untuk menganalisa faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi PDB. Sebenarnya ada banyak sekali faktor, baik langsung maupun tidak langsung. Menurut teori Keynes, PDB terbentuk dari empat faktor yang secara positif mempengaruhinya, keempat faktor tersebut adalah konsumsi C, investasi I, pengeluaran pemerintah G, dan ekspor neto NX. Keempat faktor tersebut kembali dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, antara lain dipengaruhi oleh Universitas Sumatera Utara faktor-faktor seperti tingkat pendapatan, tingkat harga, suku bunga, tingkat inflasi, money supply, nilai tukar. Beberapa ekonom berpendapat bahwa kecenderungan naik bagi output perkapita saja tidak cukup, tetapi kenaikan output harus bersumber dari proses intern perekonomian tersebut. Dengan kata lain proses pertumbuhan ekonomi harus bersifat self generating, yang mengandung arti menghasilkan kekuatan bagi timbulnya kelanjutan pertumbuhan dalam jangka panjang periode-periode selanjutnya. Dalam penawaran agregat terdapat tiga model penawaran agregat yaitu model harga kaku, model upah kaku, dan model informasi tak sempurna. Ketiga model ini dapat diringkas kedalam persamaan sebagai berikut : e P P Y Y − + = − α 2.8 Persamaan ini menyatakan bahwa penyimpangan output dari tingkat alamiah dikaitkan dengan penyimpangan tingkat harga dari tingkat harga yang diharapkan. Jika tingkat harga lebih tinggi dari tingkat harga yang diharapakan, output akan naik melebihi tingkat alamiah. Jika tingkat harga lebih rendah dari tingkat harga yang diharapakan output turun lebih rendah dari tingkat alamiah. Pada kurva penawaran agregat jangka pendek output menyimpang dari tingkat alamiahnya Y jika tingkat harga P menyimpang dari tingkat harga yang diharapkan. Sementara itu pada kondisi steady-state, tingkat inflasi adalah selisih antara tingkat pertumbuhan uang [ Θ] dengan elastisitas permintaan uang terhadap output riil agregat Universitas Sumatera Utara [ α 1 ] dikali tingkat pertumbuhan output riil agregat [v]. Dengan mengambil logaritme natural model permintaan uang, model inflasi steady-state adalah ln ln ln ln 2 1 t t t t R y P M α α α + + = − 2.9 ln ln ln ln 2 1 t t t t R y P M Δ + Δ = Δ − Δ α α 2.10 ln ln 2 1 t t R v P Δ + = Δ − Θ α α 2.11 ln ln 2 1 t t R v P Δ − − Θ = Δ α α 2.12 Persamaan 2.12 menjelaskan bahwa tingkat inflasi [ ΔlnP t ] pada kondisi steady-state adalah Θ - α 1 v, dimana pertumbuhan tingkat bunga [ ΔlnR t ] sama dengan nol atau tingkat bunga nominal tidak berubah pada kondisi steady-state. Selama tingkat bunga nominal masih berubah maka kondisi perekonomian belum mencapai steady state.

2.5 Penelitian Terdahulu