Adapun aliran teori komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah aliran interaksionis. Aliran ini memandang kehidupan manusia
sebagai proses interaksi; seluruh struktur sosial akan eksis dan dibentuk secara terus-menerus melalui interaksi; aliran ini memfokuskan pada
bagaimana bahasa digunakan dalam menciptakan struktur sosial dan bagaimana bahasa serta sistem simbol lainnya diproduksi; Menurut aliran
ini makna tidaklah objektif, melainkan diciptakan oleh masyarakat dalam tindakan komunikasi; dan pengetahuan bersifat situasional tidak universal.
11
Salah satu contoh teori dalam aliran interaksionis adalah teori interaksi simbolik. Teori inilah yang kemudian digunakan oleh penulis
dalam penelitian ini.
2. Metode dan Pendekatan Penelitian
Metode penelitian adalah cara atau strategi menyeluruh untuk menemukan atau memperoleh data yang diperlukan.
12
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif bertujuan untuk
menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya.
13
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Di mana data-data yang telah diperoleh di-
deskripsikan terlebih dahulu dan kemudian dianalisis. Hanyalah memapar-
11
Handout Perkuliahan Gun Gun Heryanto, Ilmu, Konsep, Teori dan Pespektif: Sebuah Landasan Memahami Kerangka Berpikir, KPI UIN Jakarta: Sosiologi Komunikasi Massa, 2010.
12
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011, h. 9.
13
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010, h. 56.
kan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Metode deskriptif
ialah menitikberatkan pada observasi dan suasana alamiah naturalistis setting. Dengan suasana alamiah dimaksudkan bahwa penulis terjun ke
lapangan. Ia tidak berusaha memanipulasi variabel.
14
3. Subjek dan Objek Penelitian
Dalam riset ilmu sosial, hal yang penting adalah menentukan sesuatu yang berkaitan dengan apa dan siapa yang ditelaah.
15
Yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini adalah warga masyarakat muslim Kei dengan
masyarakat non-muslim Kei dan masyarakat non-Kei muslim yang tinggal di Desa Tual Kecamatan Dullah Selatan, Kota Tual.
Adapun yang menjadi objek penelitiannya adalah pola komunikasi yang terjadi pada masyarakat muslim Kei dengan masyarakat non-muslim
Kei dan masyarakat non-Kei muslim dalam kajian komunikasi intra dan antarbudaya.
4. Waktu dan Tempat Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, penulis terlebih dahulu mengadakan preliminary research atau pratinjau penelitian. Peninjauan sebelum
penelitian dilakukan pada November 2013-Januari 2014, sepanjang itu penulis mencari tahu dan menelaah tentang gejala-gejala serta fenomena
yang terjadi pada masyarakat setempat dan membaca serta memperdalam
14
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi dilengkapi Contoh Analisis Statistik, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001, h. 24-25.
15
Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rajawali Pers, 2001, h. 66.
kajian ilmu yang berhubungan dengan komunikasi antarbudaya untuk memperkuat teori yang digunakan dalam penelitian. Sedangkan proses
penelitian dan penggarapannya dilakukan pada Februari 2014-April 2014. Adapun tempat yang dijadikan sebagai objek dalam penelitian ini
adalah Desa Tual, Kecamatan Dullah Selatan, Kota Tual.
5. Sumber dan Jenis Data
Untuk memperoleh data-data yang lengkap dan akurat, penulis menggunakan data primer dan data sekunder.
a. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari nara sumber
melalui observasi dan wawancara yang dilakukan oleh penulis di lapangan.
b. Data sekunder adalah data yang penulis peroleh dari sumber-sumber
tertulis seperti yang terdapat dalam buku, jurnal, dokumentasi atau arsip-arsip dan literatur lainnya yang berkaitan dengan penelitian
yang dilakukan. Data sekunder tidak hanya berupa tulisan tetapi juga berupa data yang diperoleh dari informan yang mengetahui informasi
tentang apa yang sedang diteliti serta mendukung penelitian tersebut.
6. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Secara luas, observasi atau pengamatan berarti kegiatan untuk me- lakukan pengukuran.
16
Proses pengumpulan data primer dengan cara
16
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011, h. 69.
pengamatan langsung dan melakukan pencatatan terhadap objek-objek terkait. Yang termasuk dalam teknik observasi adalah interaksi perilaku
yang terjadi di antara subjek yang diriset.
17
Dalam hal ini penulis mengobservasi atau melakukan pengamatan terhadap masyarakat muslim
Kei ketika berkomunikasi intra dan antarbudaya dengan sesama masyarakat selama Februari-Maret 2014.
b. Wawancara
Wawancara interview adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewancara pengumpul data kepada nara
sumber, dan jawaban-jawaban nara sumber dicatat atau direkam dengan alat perekam tape recoprder.
18
Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari
sumbernya.
19
Dalam penelitian ini penulis memperoleh data dari nara sumber dengan cara wawancara atau tanya jawab langsung bersama Bapak
Drs. Hi. M. M. Tamher, M.M selaku Walikota Tual, Bapak Ahmad Tamherwarin, S.H selaku tokoh adat Kei, Bapak Drs. H. Arifin Difinubun,
M.Sos.I selaku Kepala Kantor Kementrian Agama Kota Tual, dan Bapak Muhammad Zein Renhoat, S.Pd.I selaku pejabat yang mewakili Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Tual.
17
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010, h. 110.
18
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011, h. 67.
19
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010, h. 100.
c. Dokumentasi
Penggunaan data dokumentasi dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan data-data tentang
berbagai hal yang berhubungan dengan komunikasi intra dan antarbudaya masyarakat muslim Kei di Kota Tual. Misalnya peta wilayah dan struktur
pemerintahan yang penulis peroleh dari arsip Pemerintah Daerah Kota Tual. Teknik dokumentasi ini juga digunakan untuk mendapatkan informasi dan
data-data sekunder yang berhubungan dengan fokus penelitian.
7. Analisis dan Interpretasi Data
Data yang terkumpul dalam wawancara mendalam dan dokumen- dokumen diklasifikasikan ke dalam kategori-kategori tertentu.
Dalam analisis data, penulis menggunakan analisis deskriptif, yaitu dengan menganalisis setiap data atau fakta yang diperoleh dari lapangan
secara mendalam dan menyeluruh kemudian data atau fakta tersebut diinterpretasikan dan dilaporkan, diterangkan serta disimpulkan secara luas.
F. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini, penulis juga mengadakan tinjauan pustaka. Dengan mengadakan studi pustaka ke Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Penulis melakukan studi pustaka ini guna memastikan apakah
ada kesamaan judul atau tema penelitian terdahulu dengan penelitian yang penulis lakukan. Penulis kemudian menemukan beberapa skripsi yaitu:
1 Ahmad Syukri, menulis: “Komunikasi Antarbudaya: Studi pada Pola
Komunikasi masyarakat suku Betawi dengan Madura di Kelurahan Condet Batu Ampar”.
Penelitian ini membahas tentang pola komunikasi yang terjadi antara suku budaya Betawi dan Madura lebih banyak menggunakan
pola komunikasi antarpribadi dan kelompok, dalam kegiatan sehari- hari, sedangkan komunikasi kelompok digunakan jika ada acara-acara
tertentu. Adapun perbedaannya dengan penelitian yang dilakukan oleh
penulis adalah terletak pada subjek penelitian. Yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian Ahmad adalah warga suku Betawi dan
Madura di Kelurahan Condet Batu Ampar. Sedangkan subjek penelitian penulis adalah warga masyarakat muslim Kei dengan
masyarakat non-muslim Kei dan masyarakat non-Kei muslim di Kota Tual. Namun objek penelitian dari keduanya yaitu sama-sama
membahas tentang kajian komunikasi antarbudaya. 2
Raden Dimas Anugrah Dwi Satria, menulis “Komunikasi Antar- budaya Masyarakat Adat Baduy Luar dengan Masyarakat Luar Adat
Baduy di Banten”. Penelitian ini membahas tentang pola komunikasi yang
berlangsung antara suku adat Baduy dan suku luar adat Baduy seperti dalam pergaulan sehari-hari, dan acara-acara ritual tertentu baik
komunikasi verbal maupun non-verbalnya.
Adapun perbedaannya dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah terletak pada subjek penelitian. Yang menjadi subjek
penelitian dalam penelitian Dimas adalah masyarakat perkampungan Kaduketug Baduy Luar dan masyarakat luar Baduy. Sedangkan subjek
penelitian penulis adalah warga masyarakat muslim Kei dengan masyarakat non-muslim Kei dan masyarakat non-Kei muslim di Kota
Tual. Namun objek penelitian dari keduanya yaitu sama-sama membahas tentang kajian komunikasi antarbudaya, nilai-nilai
komunikasi dan budaya yang terkandung di dalamnya. 3
Siti Asiyah, menulis: “Pola Komunikasi Antar Umat Beragama: Studi Komunikasi Antarbudaya Tionghoa dengan Muslim Pribumi di Rw 04
Kelurahan Mekarsari Tangerang”. Penelitian ini membahas tentang pola komunikasi antarbudaya
yang terjadi antara warga etnis Tionghoa dengan Muslim Pribumi di kelurahan Mekarsari Tangerang dalam kegiatan sehari-hari dan acara-
acara tertentu. Adapun perbedaannya dengan penelitian yang dilakukan oleh
penulis adalah terletak pada subjek penelitian. Yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian Siti adalah warga etnis Tionghoa dengan
Muslim Pribumi di kelurahan Mekarsari Tangerang. Sedangkan subjek penelitian penulis adalah warga masyarakat muslim Kei
dengan masyarakat non-muslim Kei dan masyarakat non-Kei muslim
di Kota Tual. Namun objek penelitian dari keduanya yaitu sama-sama membahas tentang kajian komunikasi antarbudaya.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini, yaitu dengan membagi menjadi beberapa bab, sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metodologi penelitian, tinjauan
pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORITIS
Pengertian komunikasi
dan budaya,
pengertian komunikasi
intrabudaya, pengertian komunikasi antarbudaya, dan teori interaksi simbolik.
BAB III GAMBARAN UMUM
Profil Kota Tual, infrastruktur wilayah Kota Tual, profil Kecamatan Dullah Selatan Kota Tual, asal muasal suku Kei, dan keadaan
masyarakat Kei di Kota Tual.
BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Penyajian data-data yang diperoleh dari penelitian, berikut analisis- nya. Yaitu mengenai komunikasi intra dan antarbudaya masyarakat
muslim Kei di Kota Tual.
BAB V PENUTUP
Kesimpulan dan saran.
18
BAB II LANDASAN TEORITIS
Tema tentang komunikasi bukan hal baru, namun ia lebih menarik setelah dihubungkan dengan konsep “antarbudaya”. Istilah antarbudaya interculture
pertama kali diperkenalkan oleh seorang antropolog, Edward T. Hall pada 1959 dalam bukunya The Silent Language. Karena Hall tersebut hanya menerangkan
tentang keberadaan konsep-konsep unsur kebudayaan, misalnya sistem ekonomi, religi, sistem pengetahuan sebagaimana apa adanya.
1
Hakikat perbedaan antarbudaya dalam proses komunikasi baru dijelaskan satu tahun setelah itu, oleh David K. Berlo melalui bukunya The Process of
Communication an introduction to theory and practice pada 1960. Dalam tulisan itu Berlo menawarkan sebuah model proses komunikasi. Menurut Berlo,
komunikasi akan berhasil jika manusia memerhatikan faktor-faktor SMCR, yaitu: sources, message, channel, receiver. Faktor-faktor yang menentukan source dan
penerima receiver ialah kemampuan berkomunikasi, sikap, pengetahuan, sistem sosial, dan kebudayaan. Pada pesan message perlu diperhatikan isi, perlakuan
pesan, dan perlambangan; sedangkan pada saluran channel faktor yang perlu diperhatikan sangat tergantung atas pilihan saluran yang sesuai misalnya mata
melihat, telinga mendengar, tangan meraba atau memegang, hidung membaui, dan lidah mengecapi.
1
Alo Liliweri, Gatra-Gatra Komunikasi Antarbudaya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011, h. 1.
Semua tindakan komunikasi itu berasal dari konsep kebudayaan. Berlo berasumsi bahwa kebudayaan mengajarkan kepada anggotanya untuk
melaksanakan tindakan itu. Berarti kontribusi latar belakang kebudayaan sangat penting terhadap perilaku komunikasi seseorang termasuk memahami makna-
makna yang dipersepsi terhadap tindakan komunikasi yang bersumber dari kebudayaan yang berbeda. Paling tidak, karya Hall dan Berlo tersebut telah
merangsang para pakar sosiologi, antropologi, psikologi untuk meneliti komunikasi antarbudaya selama dasawarsa 1950-1960-an.
2
Rumusan objek formal komunikasi antarbudaya baru dipikirkan pada 1970- 1980-an. Pada saat yang sama, para ahli ilmu sosial sedang sibuk membahas
komunikasi internasional yang disponsori oleh Speech Communication Association, sebuah komisi yang merupakan bagian Asosiasi Komunikasi
Internasional dan Antarbudaya yang berpusat di Amerika Serikat. “Annual” tentang komunikasi antarbudaya yang disponsori oleh badan itu
terbit pertama kali pada 1974 oleh Fred Casmir dalam The International and Intercultural Communication Annual. Kemudian Dan Landis menguatkan konsep
komunikasi antarbudaya dalam Interbational Journal of Intercultural Relations pada tahun 1977.
Pada tahun 1979 Molefi Asante, Cecil Blake dan Eileen Newmark menerbitkan sebuah buku yang khusus membicarakan komunikasi antarbudaya,
yakni The Handbook of Intercultural Communication. Sejak itu banyak ahli mulai
2
Alo Liliweri, Gatra-Gatra Komunikasi Antarbudaya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011, h. 1-2.