Komunikasi dan Budaya LANDASAN TEORITIS

Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antarmanusia. Yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya. Dalam “bahasa” komunikasi pernyataan dinamakan pesan message, orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator communicator sedangkan orang yang menerima pernyataan diberi nama komunikan communicate. Untuk tegasnya, komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Jika dianalisis pesan komunikasi terdiri dari dua aspek, pertama isi pesan the content of the message, kedua lambang symbol. Kongkretnya isi pesan itu adalah pikiran atau perasaan, lambang adalah bahasa. 7 Gambar 1. Unsur-unsur dalam proses komunikasi 7 Onong U. Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003, h. 27-28. Media Message Encoding Sender Response Feedback Noise Receiver Decoding Komponen unsur-unsur dalam proses komunikasi adalah sebagai berikut: 8 Sender: Komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang. Encoding: Penyandian, yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang. Message: Pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator. Media: Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan. Decoding: Pengawasandian, yaitu proses dimana komunikan menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya. Receiver: Komunikan yang menerima pesan dari komunikator. Response: Tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterpa pesan. Feedback: Umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau kepada komunikator. Dan Noise: Gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya. Ilmu komunikasi merupakan ilmu yang mempelajari, menelaah, dan meneliti kegiatan-kegiatan komunikasi manusia yang luas ruang lingkup scope-nya dan banyak dimensinya. Berikut ini penjenisan komunikasi berdasarkan konteksnya: 9 8 Onong U. Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktik, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007, h. 18-19. 9 Onong U. Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003, h. 52-56. a. Bidang Komunikasi Yang dimaksudkan dengan bidang komunikasi di sini adalah bidang kehidupan manusia, di mana di antara jenis kehidupan yang satu dengan jenis kehidupan yang lain terdapat perbedaan yang khas; dan kekhasan ini menyangkut pula proses komunikasi. Berdasarkan bidangnya, komunikasi meliputi jenis-jenis antara lain: komunikasi sosial social communication, komunikasi organisasional manajemen organization management communication, komunikasi bisnis bussiness communication, komunikasi politik political comunication, komunikasi internasional international communication, komunikasi antarbudaya intercultural communication, komunikasi pembangunan development communication dan komunikasi tradisional traditional communication. Selain jenis-jenis bidang komunikasi di atas, dalam berbagai literatur tidak jarang kita jumpai lain-lainnya, misalnya family communication, health communication, dan sebagainya, yang sebenarnya merupakan salah satu aspek dari salah satu bidang komunikasi yang tercantum di atas. b. Sifat Komunikasi Ditinjau dari sifatnya, komunikasi diklasifikasikan sebagai berikut: komunikasi verbal verbal communication, mencakup komunikasi lisan oral communication dan komunikasi tulisan written communication. Komunikasi nirverbal nonverbal communication, mencakup komunikasi kial gestural body communication, komunikasi gambar pictorial communication, dan lain-lain. Komunikasi tatap muka face-to-face communication dan komunikasi bermedia mediated communication. c. Tatanan Komunikasi Yang dimaksud dengan tatanan komunikasi adalah proses komunikasi ditinjau dari jumlah komunikan, apakah satu orang, sekelompok orang, atau sejumlah orang yang bertempat tinggal secara tersebar. Berdasarkan situasi komunikan seperti itu, maka diklasifikasikan menjadi bentuk-bentuk sebagai berikut: komunikasi pribadi personal communication yaitu komunikasi seputar diri seseorang baik itu sebagai komunikator maupun sebagai komunikan, komunikasi pribadi mencakup komunikasi intrapribadi intrapersonal communication dan komunikasi antarpribadi interpersonal communication. Komunikasi kelompok group communication, mencakup komunikasi kelompok kecil small group communication yakni ceramah lecture, forum, simposium symposium, diskusi panel panel discusson, seminar, curahsaran brainstorming; lain- lain dan komunikasi kelompok besar large group communication public speaking. Komunikasi massa mass communication, mencakup komunikasi media massa cetak pers printed mass media communication yakni surat kabar daily dan majalah magazine, dan komunikasi media massa elektronik electronic mass media communication yakni radio, televisi, film, dan lain-lain. Komunikasi medio medio communication, mencakup surat, telepon, pamflet, poster, spanduk; dan lain-lain media yang tidak termasuk media massa. d. Tujuan komunikasi Adapun tujuan dalam komunikasi adalah untuk mengubah sikap to change the attitude, mengubah opini pendapat pandangan to change the opinion, mengubah perilaku to change the behaviour dan mengubah masyarakat to change the society. e. Fungsi Komunikasi Fungsi komunikasi adalah untuk menginformasikan to inform, mendidik to educate, menghibur to entertain dan memengaruhi to influence. f. Teknik Komunikasi Istilah teknik berasal dari bahasa Yunani “technikos” yang berarti keterampilan atau keperigelan. Berdasarkan keterampilan berkomunikasi yang dilakukan komunikator, teknik komunikasi diklasifikasikan menjadi: komunikasi informatif informative communication, komunikasi persuasif persuasive communication, komunikasi pervasif pervasive communication, komunikasi koersif coersive communication, komunikasi instruktif instructive communication, dan hubungan mausiawi human relations g. Metode Komunikasi Istilah metode atau dalam bahasa Inggris “method” berasal dari bahasa Yunani “methodos” yang berarti rangkaian yang sistematis dan yang merujuk kepada tata cara yang sudah dibina berdasarkan rencana yang pasti, mapan, dan logis pula. Atas dasar pengertian di atas metode komunikasi meliputi kegiatan- kegiatan yang terorganisasi, antara lain: jurnalisme jurnalistik journalism, mencakup jurnalisme cetak printed journalism dan jurnalisme elektronik electronic journalism, hubungan masyarakat public relation, periklanan advertising, propaganda, perang urat syarat psychological warfare, perpustakaan library; dan lain lain. Demikianlah dimensi-dimensi komunikasi yang menjadi cakupan ilmu komunikasi manusia yang luas.  Budaya Dubbs dan Whitney mendefinisikan budaya sebagai “the system of learned, cultural traits contexts of meaning and guidelines for behaviour share d by members of a society”. 10 “Sistem belajar, ciri-ciri budaya konteks makna dan pedoman perilaku bersama dari anggota suatu masyarakat”. Kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah yang merupakan bentuk jamak kata “buddhi” yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal”. 11 Adapun istilah culture yang merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya dengan kebudayaan berasal dari kata Latin colere. Artinya mengolah atau mengerjakan, yaitu colere kemudian culture, diartikan 10 Patrick J. Dubbs and Daniel D. Whitney, Cultural Contexts: Making Anthropology Personal, America: United States of America, 1938, h. 27. 11 Soerjono Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Pers, 2012, h. 150. sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Seorang antropolog E. B. Taylor mendefinisikan kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan- kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. 12 Kebudayaan dapat diartikan sebagai keseluruhan simbol, pemaknaan, penggambaran image, struktur, aturan, kebiasaan, nilai, pemrosesan informasi dan pengalihan pola-pola konvensi pikiran, perkataan dan per- buatan tindakan yang dibagikan di antara para anggota suatu sistem sosial dan kelompok sosial dalam suatu masyarakat. 13 Kebudayaan dihasilkan oleh suatu perasaan komitmen yang dibangun oleh keseluruhan sistem sosial karena keintiman hubungan timbal balik, kesejawatan dan kesetiakawanan, keramahtamahan, kekeluargaan dari kelompok kecil, kelompok etnik, organisasi dan bahkan oleh seluruh masyarakat. 14 Tujuh unsur kebudayaan yag dianggap sebagai culture universals, yaitu: 15 12 Soerjono Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Pers, 2012, h. 150. 13 Alo Liliweri, Gatra-Gatra Komunikasi Antarbudaya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011, h. 4. 14 Alo Liliweri, Gatra-Gatra Komunikasi Antarbudaya, h. 4. 15 Soerjono Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Pers, 2012, h. 154. Pertama, peralatan dan perlengkapan hidup manusia pakaian perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, transpor, dan sebagainya; Kedua, mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi pertanian perternakan, sistem produksi, sistem distribusi dan sebagainya; Ketiga, sistem kemasyarakatan sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem politik, sistem hukum, sistem perkawinan; Keempat, bahasa lisan maupun tulisan; Kelima, kesenian seni rupa, seni suara, seni gerak, dan sebagainya; Keenam, sistem pengetahuan; dan Ketujuh, religi sistem kepercayaan. Nilai budaya terbagi menjadi enam, sebagai berikut: 16 Nilai teori. Ketika manusia menetukan dengan objektif identitas benda-benda atau kejadian-kejadian, maka dalam prosesnya hingga menjadi pengetahuan, manusia mengenal adanya teori yang menjadi konsep dalam proses penilaian atas alam sekitar. Nilai ekonomi. Ketika manusia bermaksud menggunakan benda- benda atau kejadian-kejadian, maka ada proses penilaian ekonomi atau kegunaan, yakni dengan logika efisiensi untuk memperbesar kesenangan hidup. Kombinasi antara nilai teori dan ekonomi yang senantiasa maju disebut aspek progresif dari kebudayaan. Nilai agama. Ketika manusia menilai suatu rahasia yang menakjubkan dan kebesaran yang menggetarkan di mana di dalamnya ada konsep 16 Rusmin Tumanggor, dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta: Kencana, 2010, h. 123-124. kekudusan dan ketakziman kepada yang mahagaib, maka manusia mengenal nilai agama. Nilai seni. Jika yang dialami itu keindahan di mana ada konsep estetika dalam menilai benda atau kejadian-kejadian, maka manusia mengenal nilai seni. Kombinasi dari nilai agama dan seni yang sama-sama menekankan intuisi, perasaan, dan fantasi disebut aspek ekspresif dari kebudayaan. Nilai kuasa. Ketika manusia merasa puas jika orang lain mengikuti pikirannya, norma-normanya dan kemauan-kemauannya, maka ketika itu manusia mengenal nilai kuasa. Nilai solidaritas. Tetapi ketika hubungan itu menjelma menjadi cinta, persahabatan dan simpati sesama manusia, menghargai orang lain, dan merasakan kepuasan ketika membantu mereka maka manusia mengenal nilai solidaritas. Kebudayaan sebagai konsep sistem sekaligus menerangkan bahwa “keseluruhan” seluruh arti dan makna simbol dapat dibedakan namun arti dan makna simbol-simbol itu tidak dapat dipisahkan. Manusia dapat membedakan arti dan makna simbol melalui kebudayaan. Simbol-simbol itu mewakili struktur aturan budaya, konvensi pikiran dan pandangan namun konsep-konsep itu sendiri tidak bisa dipisahkan berhubung fungsi setiap konsep itu saling berhubungan. 17 17 Alo Liliweri, Gatra-Gatra Komunikasi Antarbudaya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011, h. 4-5. Apa yang disebu t dengan “keseluruhan” tersebut menerangkan bahwa kebudayaan merupakan sistem untuk mengorganisasikan simbol hasil ciptaan bersama. Simbol-simbol itu kelak digunakan bersama-sama untuk memenuhi kebutuhan anggota kelompok yang diwujudkan dalam proses komuni kasi antaranggota kelompok tersebut. Pada akhirnya “isi kebudaya- an” itu diadaptasi ke dalam suatu proses yang disebut “adaptasi budaya” yang terjadi tatkala para individu atau kelompok menggunakan peta persepsi yang mereka miliki lalu membangun suatu gambaran atau struktur kognisi tentang dunia lingkungan mereka. Struktur kognisi tersebut dijelaskan melalui proses komunikasi budaya, misalnya intrabudaya, antarbudaya, lintas budaya, dan lain-lain. 18  Komunikasi Sebagai Proses Budaya Asumsi dasarnya adalah komunikasi merupakan suatu proses budaya. Artinya, komunikasi yang ditujukan pada orang atau kelompok lain tak lain adalah sebuah pertukaran kebudayaan. Misalnya, Anda berkomunikasi dengan suku Aborigin Australia, secara tidak langsung Anda sedang berkomunikasi berdasarkan kebudayaan tertentu milik Anda untuk menjalin kerjasama atau memengaruhi kebudayaan lain. Dalam proses tersebut terkandung unsur-unsur kebudayaan, salah satunya adalah bahasa. Sedangkan bahasa adalah alat komunikasi. Dengan demikian, komunikasi juga disebut sebagai proses budaya. 19 18 Alo Liliweri, Gatra-Gatra Komunikasi Antarbudaya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011, h. 5. 19 Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2010, h. 49. Jika ditinjau secara lebih konkrit, hubungan antara komunikasi dengan isi kebudayaan akan semakin jelas: 20 Dalam mempraktikkan komunikasi manusia membutuhkan peralatan- peralatan tertentu. Secara minimal komunikasi membutuhkan sarana berbicara, seperti mulut, bibir dan hal-hal yang berkaitan dengan bunyi ujaran. Ada kalanya dibutuhkan tangan dan anggota tubuh lain komunikasi nonverbal untuk mendukung komunikasi lisan. Ditinjau secara lebih luas dengan penyebaran komunikasi yang lebih luas pula, maka digunakanlah peralatan komunikasi massa, seperti televisi, surat kabar, radio, dan lain- lain. Komunikasi menghasilkan mata pencaharian hidup manusia. Komunikasi yang dilakukan lewat televisi misalnya, membutuhkan orang ya ng digaji untuk “mengurusi” televisi. Sistem kemasyarakatan menjadi bagian tak terpisahkan dari komunikasi, misalnya sistem hukum Indonesia. Sebab, komunikasi akan efektif manakala diatur dalam sebuah regulasi agar tidak melanggar norma- norma masyarakat. Komunikasi akan menemukan bentuknya secara lebih baik manakala menggunakan bahasa sebagai alat penyampai pesan kepada orang lain. Wujud banyaknya bahasa digunakan sebagai alat komunikasi menunjukkan bahwa bahasa sebagai isi atau wujud dari komunikasi. Bagaimana 20 Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2010, h. 50-54. penggunaan bahasa yang efektif, memakai bahasa apa, siapa yang menjadi sasaran adalah manifestasi dari komunikasi sebagai proses budaya. Sistem pengetahuan atau ilmu pengetahuan merupakan substansi yang tak lepas dari komunikasi. Ilmu pengetahuan ini juga termasuk ilmu tentang berbicara dan menyampaikan pendapat. Bukti bahwa masing-masing pribadi berbeda dalam penyampaian, gaya, pengetahuan yang dimiliki, menunjuk- kan realitas tersebut. Komunikasi sebagai proses budaya tak bisa dipungkiri menjadi objektivasi meminjam istilah Berger antara budaya dengan komunikasi. Proses ini meliputi peran dan pengaruh komunikasi dalam proses budaya. Komunikasi adalah proses budaya karena di dalamnya ada proses seperti layaknya sebuah proses kebudayaan, punya wujud dan isi serta kompleks keseluruhan. Sesuatu dikatakan komunikasi jika ada unsur-unsur yang terlibat di dalamnya. Kebudayaan juga hanya bisa disebut kebudayaan jika ada unsur-unsur yang terlibat di dalamnya yang membentuk sebuah sistem. 21 Hubungan antara komunikasi dan budaya penting dipahami untuk memahami komunikasi intra dan antarbudaya, karena melalui budayalah orang-orang belajar berkomunikasi. Masyarakat memandang dunia melalui kategori-kategori, konsep-konsep, dan label-label yang dihasilkan oleh budayanya. 21 Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2010, h. 54.

B. Komunikasi Intrabudaya

Istilah komunikasi intrabudaya nampaknya kurang populer di dalam kategorisasi ilmu komunikasi. Sitaram dan Cogdell telah meng-identifikasi komunikasi intrabudaya sebagai komunikasi yang berlangsung antara para anggota kebudayaan yang sama namun tetap menekankan pada sejauh mana perbedaan pemahaman dan penerapan nilai-nilai budaya yang mereka miliki bersama. 22 Lewis dan Slade mengemukakan komunikasi intrabudaya adalah “shared interpersonal communication between members of the same cultures”. 23 Analisis komunikasi intrabudaya selalu dimulai dengan mengulas keberadaan kelompok subbudaya dalam satu kebudayaan, juga tentang nilai subbudaya yang dianut. Jadi studi intrabudaya memusatkan perhatian pada komunikasi antara anggota subbudaya dalam satu kebudayaan. Komunikasi intrabudaya pun bisa dijadikan sebagai indikator untuk mengukur tingkat efektivitas pengiriman, penerimaan dan pemahaman bersama atas nilai yang ditukar di antara partisipan komunikasi yang kebudayaannya homogen. 24 22 Alo Liliweri, Gatra-Gatra Komunikasi Antarbudaya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011, h. 9. 23 Glen Lewis and Christina Slade, Critical Communication, Australia: Prentice Hall Australia, 1994 h. 123. 24 Alo Liliweri, Gatra-Gatra Komunikasi Antarbudaya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011, h. 9. Kebudayaan Gambar 2. Komunikasi Intrabudaya Gambar di atas menunjukkan komunikasi intrabudaya yang dilakukan di antara individu-individu anggota kelompok subbudaya 1 sd 4. Subbudaya atau subkultur adalah suatu komunitas rasial, etnik, regional, ekonomi atau sosial yang memerlihatkan pola perilaku yang membedakannya dengan subkultur-subkultur lainnya dalam suatu budaya atau masyarakat yang melingkupinya. 25 Subbudaya adalah kelompok kecil yang mungkin non-konformis, subkelompok dalam budaya lokal host culture pribumi.

a. Kerangka Rujukan Komunikasi Intrabudaya

26  Hubungan Antara Masyarakat dan Kebudayaan Hubungan antara masyarakat dengan kebudayaan yang paling realistis ditunjukkan melalui keberadaan kebudayaan sebagai wadah untuk memper- tahankan masyarakat dari pelbagai ancaman yang menghadang mereka. 25 Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya: Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010, h. 19. 26 Alo Liliweri, Gatra-Gatra Komunikasi Antarbudaya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011, h. 10-11. 1 3 2 4 Kebudayaan bisa menginformasikan tentang nilai suatu dan beberapa peristiwa yang terjadi di masa lalu, sekarang dan yang akan datang. Kebudayaan mengajarkan kepada setiap manusia tentang apa yang harus dibuat oleh generasi manusia. Wajarlah kalau setiap kelompok budaya selalu menciptakan hubungan intrabudaya yang “mewajibkan” generasi yang lebih tua mensosialisasi nilai perilaku-perilaku budaya baik secara bertahap maupun dipercepat melalui institusi sosial kepada generasi berikut. Dalam kehidupan dikenal institusi-institusi seperti agama, pendidikan, rekreasi, kesehatan serta institusi-institusi lain yang merupakan pranata kebudayaan yang menjamin perilaku manusia. Proses sosialisasi melalui institusi sosial tersebut telah memungkinkan manusia dimasukkan ke dalam lingkungan sosial dan kemasyarakatan. Jadi, setiap hubungan antarmanusia dalam satu kebudayaan selalu diatur dengan sosialisasi indoktrinasi dan instruksi nilai-nilai.  Hirarki, Kekuasaan dan Dominasi Setiap kebudayaan selalu memiliki prinsip kebudayaan yang mengatur hirarki dan status kekuasaan. Hirarki dalam suatu masyarakat berbudaya selalu menggambarkan dan menerapkan proses pemeringkatan peranan- peranan anggota masyarakat mulai dari yang paling tinggi sampai terendah. Bukankah dalam masyarakat ada istilah: raja hutan, raja gunung, peniti raksasa, peniti emas, lain daun, bangsawan, rakyat jelata, orang pinggiran, orang kecil, dan lain-lain? Istilah- istilah tersebut merupakan “frase” yang