9
BAB II LANDASAN TEORETIS
Pada bagian ini disajikan teori-teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Dalam rangka memperoleh kerangka berpikir akan dibahas mengenai pragmatik,
prinsip kerjasama Grice, hakikat maksim cara, penyimpangan maksim cara, hakikat novel, dan penelitian yang relevan
A. Pragmatik
Subroto menyatakan “Pragmatik mengkaji arti yang disebut the speaker’s meaning atau arti menurut tafsiran penutur yang disebut maksud
”.
1
Dalam hal ini dimaksudkan bahwa pragmatik mempelajari maksud dari apa yang disampaikan penutur. Maksud dari penutur dapat dipengaruhi oleh
konteks tuturan yang dapat berupa situasi waktu dan tempat. Selain itu, Leech di dalam Wijana menyatakan pragmatik merupakan
cabang ilmu linguistik yang semakin dikenal pada masa sekarang ini walaupun pada kira-kira dua dekade yang silam ilmu ini jarang atau
hampir tidak pernah disebut oleh para linguis. Hal ini dilandasi oleh semakin sadarnya para linguis bahwa upaya menguak hakikat bahasa tidak
akan membawa hasil yang diharapkan tanpa didasari pemahaman terhadap pragmatik, yakni bagaimana bahasa itu digunakan dalam komunikasi.
2
Jadi, penggunaan bahasa merupakan hal yang penting saat berkomunikasi. Apa yang manusia pikirkan dan inginkan, dapat disampaikan melalui bahasa yang
dituturkan. Saat bertutur, pemahaman terhadap pragmatik mampu mempengaruhi hasil pembicaraan, sehingga pragmatik merupakan ilmu yang penting untuk
dipelajari agar hakikat bahasa dalam berkomunikasi dapat dipelajari dengan baik. Purwo menyatakan “Pragmatik dapat dibedakan atas dua hal, yaitu: 1. pragmatik
sebagai sesuatu yang diajarkan dan 2. pragmatik sebagai sesuatu yang mewarnai tindakan mengajar. Butir nomor 1 masih dapat dibedakan lagi atas dua hal : a.
1
Edi subroto, Pengantar Studi Semantik dan Pragmatik, Surakarta: Cakrawala Media, 2011, h.8.
2
I Dewa Putu Wijana, Kartun: Studi Tentang Permainan Bahasa, Jogjakarta: Ombak, 2003, h.39.