31 keterampilan sosial yang meningkatkan interaksi positif antara individu
dengan orang lain. Sejalan dengan itu, Goleman mendefinisikan keterampilan sosial
adalah kemampuan anak untuk mengendalikan emosinya dengan baik pada saat berhubungan dengan orang lain, memiliki kemampuan untuk
membaca situasi dan mampu berinteraksi dengan lancar dan menjalin persahabatan yang sehat.
36
Sesuai dengan konsep yang dikemukakan oleh Hersen dan Bellack yang menyatakan bahwa efektifitas suatu perilaku tergantung pada
konteks dan parameter situasi, maka individu yang memiliki keterampilan sosial akan lebih efektif karena ia mampu memilih dan melakukan
perilaku yang tepat sesuai dengan tuntutan lingkungan.
37
Berdasarkan beberapa definisi yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan sosial adalah kemampuan individu dalam
mengatur pikiran, emosi dan perilaku untuk memulai interaksi dengan orag lain dengan melakukan decoding, mengirimkan dan mengatur
informasi verbal maupun non-verbal, yang dapat diterima atau dihargai secara sosial dan membawa manfaat, baik bagi diri sendiri, orang lain,
maupun keduanya dengan tujuan untuk memfasilitasi interaksi sosial yang positif serta menjalin persahabatan yang sehat.
2. Dimensi-dimensi Keterampilan Sosial
36
Goleman, Daniel. 2002. Kecerdasan Emosi. Alih bahasa, T. Hermayana. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
37
Cartledge, G Milburn, J. F. 1995. Teaching Social Skill to Children and Youth Third Edition. USA: Allyn Bacon
32 Menurut Caldarella Merrel, dimensi-dimensi keterampilan sosial
adalah:
38
1 Peer Relation
Dimensi ini merefleksikan seorang anak atau remaja yang dianggap positif oleh teman-temannya. Keterampilan sosial ini
diantaranya menghargai dan memuji orang lain, menawarkan bantuan, dan mengajak teman-teman yang lain untuk bermain dan
berinteraksi. 2
Self Management Dimensi ini merefleksikan seorang anak atau remaja yang
dikatakan orang lain sebagai idividu yang dapat menyesuaikan diri secara emosional emotionally well adjusted. Dimensi ini juga
merefleksikan seorang anak atau remaja yang dapat mengontrol temperamennya, mengikuti peraturan dan batasan-batasan,
berkompromi dengan orang lain, dan menerima kritik dengan baik 3
Academic Skill Dimensi
ini didominasi
oleh keterampilan
sosial yang
merefleksikan seorang anak atau remaja yang dapat dikatakan sebagai murid yang independen dan produktif oleh guru mereka.
Keterampilan tersebut diantaranya menyelesaikan tugas secara independen, menyelesaikan tugas individual, dan mengikuti arahan
guru.
38
Merrel, Kenneth W. Gimpel, Gretchen A. 1997. Social Skill of Children and Adolecents: Conceptualization, Assesment, Treathment. London: Lawrence Erlbaum
Associates, Inc.
33 4
Compliance Dimensi ini menyangkut seorang anak atau remaja yang dapat
memenuhi permintaan yang sesuai dengan orang lain. Dimensi ini ada pada seorang anak yang dapat bersama orang lain dengan
mengikuti peraturan dan harapan, menggunakan waktu luang dengan tepat, dan dapat berbagi.
5 Assertion
Dimensi ini
didominasi oleh
keterampilan sosial
yang merefleksikan seorang anak atau remaja yang dapat dikatakan
sebagai outgoing atau extrover oleh orang lain. Keterampilan itu diantaranya memulai percakapan dengan orang lain, memberi
pujian dan mengundang orang lain untuk berinteraksi.
Kelima dimensi ini tidak secara tegas membedakan antara satu sama lainnya. Dengan kata lain, dimensi dimensi tersebut tidak berdiri sendiri
tetapi masih saling berhubungan. Bahkan diantara dimensi-dimensi tersebut ada yang saling tumpang tindih overlap. Misalnya dimensi self
management dengan compliance. Di dalam kedua dimensi tersebut terdapat karakteristik keterampilan sosial yang sama, yaitu mengikuti
peraturan dan berespon terhadap kritik dengan baik. Ketumpang tindihan ini memang menjadi kritik bagi taksonomi tersebut. Tetapi hal ini masih
dapat diterima. Ketumpang tindihan ini bahkan dapat memperlihatkan karakteristik keterampilan sosial yang disesuaikan dengan situasinya.
34 Seperti misalnya keterampilan sosial yang diperlukan disekolah juga
diperlukan dalam hubungannya dengan teman atau orang lain. Menurut Mager yang dikutip dari Cartledge Millburn, aspek-aspek
keterampilan sosial remaja adalah:
39
a. Kesopanan, meliputi perilaku remaja dalam menunjukan sikap
yang positif terhadap teman-teman sebaya maupun orang dewasa. Sikap tersebut antara lain memberi pujian dan senyuman,
mengucapkan terima kasih, membuat pernyataan yang positif dan berperilaku yang baik dalam siruasi yang beraneka ragam.
b. Kerjasama, meliputi kemampuan remaja untuk berpartisipasi
dalam pekerjaan kelompok dengan teman sebaya atu orang yang lebih dewasa., kemampuan menjalankan pertemanan yang dapat
mengikuti peraturan yang berlaku dalam kelompok. Secara lebih spesifik, Elksnin Elksnin mengidentifikasikan
keterampilan sosial dengan beberapa ciri, yaitu: 1.
Perilaku interpersonal Merupakan perilaku yang menyangkut keterampilan yang
dipergunakan selama melakukan interaksi sosial. Perilaku ini disebut juga keterampilan menjalin persahabatan, misalnya
memperkenalkan diri, menawarkan bantuan, dan memberikan atau menerima pujian. Keterampilan ini kemungkinan berhubungan
dengan usia dan jenis kelamin. 2.
Perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri
39
Cartledge, G Milburn, J. F. 1995. Teaching Social Skill to Children and Youth Third Edition. USA: Allyn Bacon
35 Merupakan keterampilan mengatur diri sendiri dalam situasi
sosial, misalnya keterampilan menghadapi stress, memahami perasaan orang lain, mengontrol kemarahan dan sejenisnya.
Dengan kemampuan ini, anak dapat memperkirakan kejadian- kejadian yang mungkin akan terjadi dan dampak perilakunya pada
situasi sosial tertentu. 3.
Perilaku yang berhubungan dengan kesuksesan akademik Merupakan perilaku atau keterampilan sosial yang dapat
mendukung prestasi belajar di sekolah, misalnya mendengarkan dengan tenang saat guru menerangkan pelajaran, mengerjakan
tugas sekolah dengan baik, hormat kepada guru, dan semua perilaku yang ada di sekolah.
4. Peer acceptance
Merupakan perilaku yang berhubungan dengan penerimaan sebaya, misalnya memberikan salam, memberi dan menerima
informasi dengan baik, mengajak teman terlibat dalam aktivitas, dan dapat dengan tepat menangkap emosi orang lain.
5. Keterampilan komunikasi
Keterampilan komunikasi merupakan salah satu keterampilan yang diperlukan untuk menjalin hubungan sosial yang baik.
Kemampuan anak dalam berkomunikasi dapat dilihat dalam beberapa bentuk, antara lain menjadi pendengar yang responsif,
mempertahankan perhatian dalam pembicaraan dan memberikan umpan balik terhadap lawan bicara.
36 3.
Karakteristik Keterampilan Sosial Dari kelima dimensi keterampilan sosial yang telah disebutkan diatas,
Caldarella Merrel kemudian mengembangkan karakteristik tingkah laku utama disetiap dimensi sebagai berikut:
40
A. Peer Relations Skills
a. Memberi pujianmenghargai teman.
b. Menawarkan bantuan kepada teman ketika di butuhkan.
c. Mengajak teman untuk bermainberinteraksi.
d. Berpartisipasi dalam diskusi, berbicara dengan teman-teman dalam
waktu lama. e.
Membela teman dalam kesulitan, mementingkan teman. f.
Dicari teman untuk bergabung dalam suatu kegiatan, setiap orang senang bersamanya.
g. Mempunyai keterampilan atau kemampuan untuk disukai teman,
dapat berpartisipasi dengan teman. h.
Terampil memulai atau mengikuti pembicaraan dengan teman. i.
Sensitif terhadapa perasaan teman empati, simpati j.
Mempunyai “sense of humor”. B.
Self Management Skills a.
Tetap tenag ketika muncul masalah, mengontrol temperamen ketika marah.
b. Mengikuti peraturan, menerima batasan-batasan.
40
Caldarella, Paul Merrel, Kenneth W. 1997. A Child and Adolescent Social Skill Taxonomy. Utah: Utah State University
37 c.
Melakukan kompromi dengan orang lain jika sesuai, kompromi dalam konflik.
d. Menerima kritik dari orang lain dengan baik.
e. Tidak menghiraukan pada ejekan teman, berespon sesuai terhadap
sindiran. f.
Bekerja sama dengan orang lain dalam berbagai situasi. C.
Academic Skills a.
Menyelesaikan masalah dengan independen, menunjukan kemampuan belajar independen.
b. Melengkapi tugas individu.
c. Mendengarkan atau melaksanakan perintah guru.
d. Menghasilkan pekerjaan dengan kualitas yang dapat diterima
dengan tingkat kemampuan, bekerja dengan potensi. e.
Menggunakan waktu luang dengan tepat. f.
Dapat mengorganisasikan diri dengan baik well organized, misalnya membawa bahan pelajaran yang dibutuhkan ke sekolah,
datang sekolah tepat waktu. g.
Meminta bantuan dengan tepat ketika membutuhkannya, mau bertanya.
h. Mengabaikan gangguan teman ketika bekerja, tetap melakukan
pekerjaan dengan baik meski ada gangguan.
D. Compliance Skills
38 a.
Mengikuti intruksi atau arahan. b.
Mengikuti peraturan. c.
Menggunakan waktu luang dengan tepat. d.
Mau berbagi. e.
Berespon dengan tepat terhadap kritik yang konstruktif atau ketika seseorang sedang mengoreksi dirinya.
f. Menyelesaikan dan melengkapi tugas.
g. Dapat menyesuaikan diri dengan keadaan.
E. Assertion Skills
a. Memulai percakapan dengan orang lain.
b. Menyatakan pujian pada orang lain.
c. Mengudang teman untuk bergabung.
d. Mengatakan sesuatu atau melakukan sesuatu bagi dirinya sendiri,
percaya diri. e.
Mau berteman. f.
Mempertanyakan peraturan yang tidak adil. g.
Memperkenalkan diri pada orang baru. h.
Menampilkan rasa percaya diri pada lawan jenis. i.
Dapat mengekpresikan rasa bersalah. j.
Dapat mengikuti kegiatan kelompok yang tepat.
Selain karakterisktik tersebut, beberapa ahli juga menyatakan pendapatnya mengenai karakteristik keterampilan sosial. Miller dan
Hersen mengindikasikan bahwa individu yang mempunyai keterampilan
39 sosial tinggi dapat berbicara dengan lantang, memiliki respon yang lebih
cepat dari orang lain, memberikan jawaban yang lebih panjang dan tepat, lebih dapat mempengaruhi, dan lebih ekspesif dari orang lain.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan sosial.
Merrel Gimpel menyatakan bahwa usia, gender, latar belakang etnokultural serta adanya gangguan ketunaan mempunyai dampak penting
dalam perkembangan keterampilan sosial seseorang.
41
1. Usia
Beberapa penelitian menyatakan bahwa keterampilan yang penting mempertahankan peer relations dapat bervariasi sesuai usia. Peer
relations merupakan salah satu dimensi keterampilan sosial, sehingga dapat dikatakan bahwa keterampilan sosial pun bervariasi di tiap
tingkatan usia. Perkembangan kognisi sosial merupakan hal yang paling berhubungan
dan penting dalam keterampilan sosial. Perkembangan kognisi sosial ini berhubungan dengan usia, karena kemampuan kognisi sosial
seseorang makin bertambah seiring dengan perkembangan usia. Meskipun tahapannya berbeda bagi setiap individu, bahkan ada
beberapa individu yang tidak dapat mencapai satu tahapan tertentu, perkembangan kognisi sosial adalah proses dimana perubahan fungsi
intelektual dan kognitif membuat anak yang sedang berkembang dapat
41
Merrel, Kenneth W. Gimpel, Gretchen A. 1997. Social Skill of Children and Adolecents: Conceptualization, Assesment, Treathment. London: Lawrence Erlbaum
Associates, Inc.
40 berinteraksi dengan orang lain dalam hirarki yang kompleks,
meningkat dan berarti. Merrel Gimpel, mengidentifikasi lima aspek kognisi sosial yang
berperan penting dalam kompetensi sosial: perspertive taking, conception of friendship, interpersonal problem-solving strategies,
moral judgement, dan communication skill. Perspective taking meliputi kemampuan untuk mengerti pemikiran, intensi dan perasaan
orang lain. Conceptions of friendship, interpersonal problem-solvig strategies, moral judgement and communication skill. Perspective
taking melingkupi kemampuan untuk mengerti pemikiran, intensi dan perasaan orang lain. Conception of friedship adalah pemikiran
seseorang anak terhadap makna interaksi antar teman. Interpersonal problem-solving merupakan kapasitas untuk mengatasi masalah
interpersonal dan
mentode spesifik
yang digunakan
untuk mengatasinya. Moral judgement merupakan konsep individu terhadap
benar atau salah dan perkembangan nilai, yang berubah secara drastis selama masa perkembangan, serta cenderung berhubungan dengan
tingkah laku sosial terhadap teman. Communication skill adalah strategi bahasa dan sosial yang digunakan individu dalam berinterksi
dengan orang lain dan dalam beraksi terhadap orang lain. Kelima aspek kognisi sosial ini berperan penting dalam perkembangan
kompetensi sosial seseorang. Keterampilan sosial merupakan cara spesifik agar seseorang dapat dikatakan kompeten secara sosial social
competens. Dengan demikian, perkembangan kognisi sosial seseorang
41 berhubungan dengan keterampilan sosial. Dan karena kognisi sosial
yang di dalamnya terhadap kelima aspek kognisi sosial tersebut berkembang sesuai dengan usia, karena keterampilan sosial pun di
pengaruhi oleh usia. 2.
Gender Hubungan antar gender dan keterampilan sosial selama periode
perkembangan sangat komplek. Beberapa penelitian dalam Merrel Gimpel mengindikasikan bahwa:
a. Pada awal masa anak-anak, anak laki-laki lebih menyukai
permainan yang melibatkan atifitas fisik termasuk agresi dalam berinteraksi sosial. Sedangkan anak-anak perempuan lebih
menyukai permainan yang lebih pasif dan menetap. b.
Tingkah laku sosial dalam bermain pada anak-anak perempuan lebih berorientasi tujuan atau konstruktif misalnya, menyelesaikan
puzzle. Sedangkan anak laki-laki lebih berorientasi pada fungsi misalnya, mengendarai sepeda.
c. Pada awal masa kanak-kanak sampai dengan remaja, anak-anak
perempuan cenderung dinilai mempunyai keterampilan sosial yang lebih tinggi dan tingkah laku anti-sosial yang lenih rendah
dibanding dengan anak laki-laki.
Perkembangan gender ini dipengaruhi oleh dampak biologis, tetapi berdasarkan beberapa bukti yang ada, pengaruh belajar sosial lebih
tinggi. Misalnya, perlakuan dan permainan yang disediakan orang tua
42 selalu mengarah pada gender anaknya. Anak-anak perempuan selalu
diberikan boneka, dan bila seorang anak laki-laki berkelahi dianggap wajar. Meskipun terhadap perbedaan gender dalam keterampilan
sosial, kita tetap tidak dapat mengeneralisasikannya kepada setiap individu. Karena bagaimana pun variasi dalam kelompok lebih besar
dibanding variasi antar kelompok. 3.
Latar belakang etnokultural Kultur adalah sekelompok orang yang mengidentifikasikan dirinya
atau berhubungan dengan orang lain berdasarkan persamaan tujuan, keinginan dan latar belakang. Kultur terdiri dari stuktur sosial, etnis,
hubungan dan status sosial ekonomi. Jadi konsep etnisitas lebih spesifik dari kultur. Individu individu yang berbeda pada kelompok
etnis yang sama, mereka yang mempunyai latar belakang suku bangsa atau nenek moyang yang sama. Sehingga dalam hal ini, digunakan
istilah etnokultural yang berarti perbedaan pada pengaruh kultur, tatapi tetap memasuk etnis sebagai faktor kultural. Ada tiga hal yang perlu
diperhatikan dalam faktor etnokultural dalam keterampilan sosial ini: a.
Latar belakang etnokultural dari orang tua berpengaruh bagaimana individu menghargai beberapa keterampilan sosial. Study yang
dilakukan oleh O’Reilly, Tokuno dan Ebata menemukan bahwa penilaian ibu dari kelompok asia amerika dengan kelompok eropa
amerika terhadap delapan keterampilan sosial berbeda secara signifikan. Mereka diminta untuk mengurutkan keterampilan sosial
43 yang penting, dan ternyata urutan yang diberikan kedua kelompok
tersebut berbeda secara signifikan. b.
Terdapat interaksi yang kompleks antara ras atau etnis observer rater dengan subjek yang sedang di observasi. Lethtermoo, dkk
menemukan bahwa objektifitas observer akan berpengaruh bila subjek yang dinilai berasal dari etnis yang sama. Subjek akan
dinilai lebih bila ia berasal dari etnis yang sama, dan sebaliknya jika subjek berasal dari etnis yang berbeda.
c. Dalam penelitian yang dilakukan dengan sample besar, hanya
terdapat sedikit perbedaan etnokultur berdasarkan faktor
etnokultural. Hubungan antar faktor etnokultural dengan keterampilan sosial terlihat
tidak terlampau besar, tetapi akan menjadi penting sekali jika menyangkut observasi dalam pengukuran keterampilan sosial. Selain
itu, ada beberapa keterampilan sosial yang bervariasi dalam berbagai komunitas. Misalnya, bagaimana kita memperlakukan orang tua dapat
berbeda dari satu etnis ke etnis yang lain. Tetapi, kembali lagi perlu di pertimbangkan bahwa perbedaan dalam kelompok lebih besar
dibandingkan perbedaan antar kelompok. 4.
Adanya gangguan ketunan Anak-anak dan remaja yang mengalami gangguan perkembangan
cenderung mempunyai keterampilan sosial yang rendah. Seperti misalnya anak yang mengalami keterbelakangan mental, ternyata juga
mengalami kekurangan dalam keterampilan sosial.
44
C. ANAK JALANAN
1. Pengertian Anak Jalanan
Anak jalanan adalah istilah yang disepakati dalam konvensi nasional untuk menyebut anak-anak yang sebagian besar menghabiskan sebagian
besar waktunya untuk bekerja di jalanan atau di kawasan urban. Mereka bisa saja berprofesi sebagai penjaja asongan, tukang semir sepatu,
pengamen, pengemis, pencuri, pekerja seks, atau apapun.
42
Selain itu, anak jalanan adalah perseorangan baik laki-laki maupun perempuan yang tanpa nafkah atau bekerja apapun secara formal, tanpa
rumah tinggal, bahkan tidak terdaftar sebagai warga manapun.
43
Beberapa ahli juga mendefinisikan anak jalanan sebagai mereka yang tidak memiliki
pekerjaan tetap, pendidikan formal serta tinggal dimana saja.
44
UNICEF memberikan batasan kepada kelompok ini sebagai Street child are those who have abandoned their homes, school and immediate
communities before they are sixteen years of age, and have drifted into a nomadic street life anak jalanan merupakan anak-anak berumur dibawah
16 tahun yang sudah melepaskan diri dari keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat terdekatnya, larut dalam kehidupan yang
berpindah- pindah di jalan raya. Selain itu, Direktorat Kesejahteran Anak, Keluarga dan Lanjut Usia,
Departemen Sosial memaparkan bahwa anak jalanan adalah anak yang
42
Sumardi, L.S, Study Kasus Penanganan Anak Jalanan di Jakarta: Alternatif Pendampingan bagi Anak-anak Kaum Pengungsi di Negeri Sendiri. Jakarta: Institut Sosial
Jakarta, 1996
43
Simandjuntak, B, Beberapa Aspek Psikologi Sosial.Bandung: PT Alumni, 1981, h. 216
44
Widiyanto, P, Gelandangan : Pandangan Ilmu Sosial, Jakarta: LP3ES, 1986, h. 3
45 sebagian besar waktunya dihabiskan untuk mencari nafkah atau
berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya, usia mereka berkisar dari 6 tahun sampain 18 tahun. Adapun waktu yang dihabiskan di
jalan lebih dari 4 jam dalam satu hari.
45
Hasil study Soedijar dan Putranto tentang profil anak jalanan di Jakarta memberikan definisi anak jalanan sebagai anak yang berusia 7
hingga 15 tahun yang bekerja di jalanan dan tempat umum lainnya yang dapat menggangu ketentraman dan keselamatan orang lain serta
membahayakan keselamatan dirinya sendiri. Putranto menambahkan bahwa tipe lain dari anak jalanan adalah mereka yang melarikan diri dari
keluarga bahagia atau bermasalah dan mereka biasanya tidak terlalu di dorong oleh motivasi ekonomi.
46
Dari definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa anak jalanan adalah anak-anak yang sebagian waktunya mereka gunakan di jalan atau
tempat-tempat umum lainnya baik untuk mencari nafkah maupun berkeliaran. Dalam mencari nafkah, ada beberapa anak yang rela
melakukan kegiatan mencari nafkah di jalanan dengan kesadaran sendiri, namun banyak pula anak-anak yang dipaksa untuk bekerja di jalan
mengemis, mengamen, menjadi penyemir sepatu, dan lain-lain oleh orang-orang di sekitar mereka, entah itu orang tua atau pihak keluarga lain,
dengan alasan ekonomi keluarga yang rendah. Ciri-ciri anak jalanan adalah anak yang berusia 6-18 tahun, berada di jalanan lebih dari 4 jam
45
Intervensi Psikososial, Departemen Sosial, Direktorat kesejahteraan Anak Keluarga dan Lanjut Usia Jakarta: Depsos, 2001 h. 30
46
Irwanto, dkk. Pekerja Anak di Tiga Kota Besar: Jakarta, Surabaya, Medan UNICEF, 1997 h. 59