PELAKSANAAN KEGIATAN MUSIK SAMPAH DI RUMAH
64 keterampilan sosial yang ada pada dirinya. Hal ini sesuai pernyataan yang di
ucapkan oleh Kak Bayu:
“......musik sampah dapat memberikan rasa kesenangan, menambah kepercayaan diri, keberanian untuk tampil di depan orang banyak, disiplin,
memiliki komitmen, lebih rajin. ”
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan terhadap pelaksanaan program musik sampah di rumah singgah Dilts, program musik
sampah sudah ada sejak tahun 2007. Pencetusnya adalah seorang mahasiswa jurusan musik di Institut Kesenian Jakarta, Raden Agung H.P yang juga
merupakan seorang relawan di rumah singgah Dilts.
61
Program musik sampah ada awalnya merupakan pelengkap dari kegiatan seni peran teater agar pada
saat penampilan teater lebih meaning full dan bervariasi serta memiliki pengisi musik sendiri.
Penamaan musik sampah awalnya merupakan ketidaksengajaan dan hanya sebutan saja karena alat yang digunakan untuk bermain musik berasal
dari barang barang yang sudah tidak terpakai sampah yang bisa menghasilkan bunyi. Hal ini senada dengan apa yang di ucapkan oleh Mas
Bayu sebagai berikut:
“Sebenarnya penamaan musik sampah itu ketidak sengajaan. Alasan kenapa disebut music sampah adalah karena alat alat yang digunakan untuk bermain
merupakan barang barang yang sudah tidak terpakai yang bisa mengeluarkan bunyi.”
Kegiatan musik sampah merupakan salah satu dari beberapa kegiatan seni yang ada di Dilts Foundation yang diberikan kepada anak anak jalanan di
rumah singgah tersebut karena seyogyanya seorang anak harus dibekali oleh
61
Wawancra dengan Kak Bayu,direktur manager Dilts dan instruktur musik sampah pada hari Rabu 1 Oktober 2014
65 suatu kegiatan yang berguna bagi dirinya guna menjalani kehidupan dalam
masyarakat dan keluarga.
Tabel I. Data anak yang mengikuti musik sampah
No Nama
Usia Jenis kelamin
Laki-laki Perempuan
1 Aminuddin
16 thn Laki-laki
2 Arianto
18 thn Laki-laki
3 Daniel
14 thn Laki-laki
4 Kari Supriyatna
15 thn Laki-laki
5 Cindy
15 thn Perempuan
6 Nadia
11 thn Perempuan
7 Mahmud
18 thn Laki-laki
Jumlah
7 orang
Dari data di atas menunjukan bahwa kegiatan musik sampah diikuti oleh 7 anak, baik laki-laki maupun perempuan. Dilihat dari usia mereka
termasuk masik anak-anak, dimana mereka masih berusia dibawah 18 tahun. Adapun pelaksanaan kegiatan musik sampah saat ini dilaksanakan
setiap 1 minggu sekali. Akan tetapi apabila musik sampah Dilts ada pementasan biasanya latihan dilakukan setiap hari selama satu minggu.
Sebagaimana hasil wawancara dengan Mas Bayu:
66
“Untuk beberapa bulan belakangan, kegiatan musik sampah belum tersusun di jadwal. Namun biasanya kami mengadakan latihan satu minggu sekali
untuk merefresh agar tidak lupa.”
Kegiatan musik sampah merupakan salah satu kegiatan seni yang ada di Dilts. Selain musik sampah, kegiatan seni lain yang ada di Dilts adalah
melukis dan teater. Kegiatan musik sampah di Dilts di latih oleh 2 orang instruktur yang semuanya berasal dari dalam Dilts sendiri.
Adapun pelaksanaan kegiatan musik sampah yang dilakukan Dilts Foundation awal-awalnya dilakukan dengan pengenalan alat yang dimainkan
dan pelatihan-pelatihan dasar musik sampah. Sebagaimana hasil wawancara dengan Kak Bayu:
62
“Tahapan pertama adalah mengumpulkan para anak-anak yang mengikuti musik sampah, disitu pengajar memberikan teori. Setelah pemberian teori,
anak anak mencari sendiri alat musik di sekitar mereka menggunakan barang yang sudah tidak terpakai untuk mereka mainkan. Setelah para anak anak
mendapat alat musik, para anak anak harus mengenal terlebih dahulu bunyi dari masing masing alat yang mereka bawa. Setelah itu baru mereka di
ajarkan tentang irama, rytme dan tempo
.”
Dalam pembelajaran yang disampaikan terbagi menjadi beberapa tahap yaitu:
1. Tahap pengenalan
Pada tahap pengenalan yang merupakan tahap awal ini, anak-anak yang mengikuti musik sampah di perkenalkan dengan pengeertian musik sampah,
fungsi musik sampah, alat yang bisa di gunakan dan cara memukul dan mencari nada di setiap alat.
Pada tahap ini anak-anak yang ikut musik sampah juga di haruskan mencari masing-masing alat yang akan dia pergunakan. Setelah masing-masing anak
62
Wawancra dengan Kak Bayu, direktur manager Dilts dan instruktur musik sampah pada hari Rabu 1 Oktober 2014
67 mendapatkan alat musiknya, mereka diharuskan untuk mengenal bunyi alat
musiknya masing-masing. 2.
Tahap penyampaian materi Tahap penyampaian materi merupakan tahap terpenting untuk mengetahui
teori tentang musik sampah. Dalam penyampaian materi diperluikan suatu metode pengajaran. Metode mengandung pengertian cara atau strategi yang
digunakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan musik sampah. Adapun metode pembelajaran yang digunakan dalam penyampaian materi sebagai
berikut: Setelah masing-masing anak sudah mengenal alat musiknya, instruktur
memberi materi tentang nada, tempo dan cara bermain. a.
Metode penyampaian materi Metode ini dilakukan oleh instruktur untuk menyampaikan materi
pembelajaran yang telah ditentukan dalam bentuk teori musik sampah; dari cara memukul alat musik untuk menghasilkan nada, tempo, dan
waktu bermain. Tujuan dari penyampaian teori kepada anak didik yang mengikuti
kegiatan musik sampah adalah agar anak didik memahami materi yang di ajarkan sebelum mereka mengaplikasikan dalam bentuk praktek
langsung. Penyampaian teori diberikan menyeluruh, keseluruhan di awal pelatihan,
baik mengenal alat musik sampah, mengenal nada, mencari nada, cara memukul dan tempo. Hal ini sesuai dengan penuturan salah satu
instruktur musik sampah yasng bernama Kak Bayu:
68
“....para anak anak harus mengenal terlebih dahulu bunyi dari masing masing alat yang mereka bawa. Setelah itu baru mereka di ajarkan
tentang irama, rytme dan tempo .”
Hal senada juga di ucapkan oleh anak didik yang mengikuti kegiatan musik sampah.
“Awalnya kita baris gitu sambil pegang alat musiknya, terus dikasih tau cara ketukan sama nadanya. Abis itu baru semua alat musik sampah di
mainin bareng.”
Berdasarkan hasil pengamatan yang penulis lakukan, penyampaian materi pada saat latihan musik sampah menggunakan metode ceramah,
tanya jawab dengan di selingi praktek. Di akhir latihan instruktur juga memakai metode diskusi guna mengetahui masalah yang ada lalu
mencari solusinya. b.
Metode praktik Metode praktik merupakan wujud dari pelaksanaan teori yang telah
disampaikan oleh instruktur pada tahal awal latihan. Tujuan dari metode praktik ini adalah agar anak didik yang mengikuti kegiatan musik
sampah benar benar menguasai materi yang telah di berikan sebelumnya. Pada intinya anak didik dapat mengaplikasikan teori yang telah diberikan
oleh instruktur mengenai musik sampah. Dalam metode praktik instruktur akan menggabungkan semua anak didik
yang mengikuti kegiatan musik sampah untuk memainkan alat musik mereka secara bersama-sama. Setelah penyampaian materi pada tahap
sebelumnya, anak didik harus mengaplikasikan tentang pukulan yang baik, nada yang benar dan tempo yang tepat sehingga menghasilkan nada
yang baik. Sebagaimana hasil wawancara peneliti sebagai berikut:
69
“….setelah itu di gabungkan di maenin bareng semua alat musik sampahnya sesuai sama yang udah di ajarin sebelumnya.
”
63
“Setelah mereka di ajarkan tentang irama, rytme dan tempo baru setelah itu di gabungkan untuk menghasilkan sebuah musik.
”
64
3. Evaluasi
Tahap evaluasi di lakukan setiap selesai latihan maupun pementasan. Tahapan ini dilakukan untuk mengetahui hasil yang di peroleh pada saat
latihan dan kekurangan yang ada untuk selanjutnya di benahi. Setelah di lakukann evaluasi anak didik melanjutkan kembali latihan berdasarkan
hasil evaluasi untuk mendapatkan hasil yang maksimal
Secara singkat, pelaksanaan musik sampah yang ada di rumah singgah Dilts Foundation dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel II. Tahapan pelaksanaan musik sampah
Pelaksanaan program musik sampah yang ada di rumah singgah Dilts sudah di rasa cukup baik dan efektif. Anak yang mengikuti musik sampah
merasa senang dan ceria, baik pada saat memainkannya maupun dalam
63
Wawancara dengan AR peserta musik sampah pada 29 oktober 2014
64
Wawancra dengan Kak Bayu,direktur manager Dilts dan instruktur musik sampah pada hari Rabu 1 Oktober 2014
Rekrutmen Pengenalan musik
sampah dan alat Mencari alat
musik sampah
Praktik Pengenalan bunyi
masing-masing alat
Materi musik sampah
Evaluasi
70 menjalani kesehariannya. Dengan metode pembelajaran yang di berikan, para
anak tidak akan merasa jenuh dan bosan karena menggunakan metode praktik langsung.
Selain itu proses pembelajaran musik sampah di Dilts menggunakan metode evaluasi bersama dan diskusi langsung terkait musik sampah. Dalam
hal ini anak di tuntut ikut berperan dan berani bebicara di hadapan orang lain pada saat berdiskusi dan evaluasi. Pelaksanaan program musik sampah yang
ada di rumah singgah Dilts di rasa sudah sangat baik dan efektif. Hal tersebut sesuai dengan hasil pengamatan dan obsevasi langsung yang penulis lakukan,
hasil wawancara langsung dengan anak yang mengikuti musik sampah juga menguatkan pernyataan tersebut:
“Udah cukup baik dan efektif, tapi mungkin waktu latihan di banyakin lagi. Hehehehe
soalnya main musik sampah itu bikin seneng.”
65
“Udah baik sih kak menurut aku, pas proses belajar juga asyik soalnya sambil pegang alat sama diskusi baeng juga”
66
Walaupun beberapa bulan belakangan ini musik sampah belum memiliki jadwal tetap untuk berlatih, tetapi setiap 1 minggu sekali anak-anak
berlatih bersama kembali untuk me-refresh materi musik sampah yang sudah di dapat. Walaupun jadwal latihan tetap belum ada, musik sampah Dilts tetap
berprestasi dan beberapa kali mendapat juara pada saat lomba. Selain itu musik sampah Dilts juga sering di undang untuk tampil dalam acara yang di
adakan oleh kementrian sosial.
65
Wawancara peneliti dengan AR peserta musik sampah pada 29 Oktober 2014
66
Wawancara peneliti dengan AMN peserta musik sampah pada 29 Oktober 2014
71