Perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri
76 Dengan kehidupan di jalanan yang keras, anak jalanan memiliki
sikap yang cenderung keras, sulit mengontrol emosi, suka bertindak sesuai dengan keinginan dan tidak mematuhi batasan yang ada, kurang
memahami perasaan yang timbul dalam diri, jika menghadapi masalah sering menggunakan jalan pintas untuk menyelesaikan dan anti-kritik.
Musik sampah adalah kegiatan berkelompok, jika ada yang tidak lengkap musik yang dihasilkan tidak akan maksimal. Proses pelatihan
musik sampah berjalan cukup lama, sehingga jika suatu saat ada salah satu anak yang berhenti maka proses pembelajaran di mulai dari awal lagi.
Masing-masing anak juga hanya diperbolehkan memegang 1 jenis alat musik saja agar mereka dapat lebih fokus. Dalam musik sampah, anak-
anak yang mengikuti kegiatan ini di ajarkan tentang komitmen dan tanggung jawab. Hal tersebut di jelaskan oleh Kak Bayu yang berperan
sebagai instruktur musik sampah.
73
“….yang terpenting memiliki komitmen sama tanggung jawab yang tinggi dan merupakan keinginan pribadi si anak, bukan hanya ikut-ikutan
temannya saja.soalnya musik sampah itu tim, mereka gaboleh berhenti di tengah jalan. Kalo ada yang begini kita mulai belajar dari awal lagi”
Komitmen anak didik yang mengikuti musik sampah juga terlihat dari kehadiran mereka saat latihan selama 1 kali dalam seminggu. Hampir
setiap ada jadwal latihan musik sampah semua anak yang mengikuti kegiatan selalu hadir. Sebagaimana yang di sampaikan oleh Kak Udin
sbb:
74
73
Wawancara dengan Kak Bayu,direktur manager Dilts dan instruktur musik sampah pada hari Rabu 1 Oktober 2014
74
Wawancara dengan instruktur musik sampah Kak Udin pada 5 November 2014
77
“Anak anak tiap ada latihan hampir semuanya dateng, paling kalo emang sakit atau ada kegiatan laennya, tapi mereka pasti ngabarin. Masing-
masing anak juga saling ngabarin ke yang lainnya buat dateng latihan.”
Setelah mengikuti musik sampah, saat ini anak-anak mulai mengerti batasan yang ada dan berusaha menaatinya. Karena komitmen
sangat diperlukan dalam musik sampah, anak-anak diwajibkan menaati peraturan yang ada, sepeti tidak boleh berganti-ganti alat musik,
menghargai waktu latihan yang ada dan berusaha untuk hadir, dan timbul rasa kekeluargaan dalam diri anak terhadap teman-temannya lain lain.
Hasil ini berdasarkan wawancara peneliti dengan anak rumah singgah, sbb:
“Tiap ada latihan saya selalu dateng. Agak gimana gitu kalo ga dateng, kitanya juga males kalo ketinggalan latihan soalnya nantinya bingung
lagi pas latihan selanjutnya. Ini kah kelompok, kalo ga full alatnya hasilnya juga ga bagus makanya dari kitanya juga saling kontek-kontekan
biar dateng semua”
75
Hal serupa juga di sampaikan oleh AMN anak didik rumah singgah Dilts yang mengikuti musik sampah:
76
“Sering kak, hampir tiap ada latihan pasti selalu ikut, ya walaupun ga ada jadwal tetap sekarang, tapi kadang kadang seminggu sekali latihan, biar
ga lupadari anak anak yang lain juga saling ngabarin kak, soalnya kan sekarang lagi ga ada jadwal tetap, tiap minggu hari latihannya beda beda.
Saling ngabarin aja biar dateng semuanya lengkap. Kita Cuma di bolehin main 1 jenis alat musik aja kak, biar kitanya juga fokus , biar ga ada yang
berebutan buat ganti alat gitu
”
Perubahan dalam hal komitmen dan taat pada peraturan juga berpengaruh terhadap kehidupan anak sehari-hari.
77
Anak-anak yang mengikuti musik sampah di Dilts menaati peraturan yang ada di rumah
75
Wawancara peneiti dengan AR peserta musik sampah pada 29 Oktober 2014
76
Wawancara dengan AR dan AMN peserta musik sampah pada tanggal 29 Oktober 2014
77
Berdasarkan table ceklis point 27, 40 dan 47
78 singgah, lingkungan maupun keluarga. Mereka juga dapat berfikir jika
mereka melanggar peraturan, maka mereka akan mendapat akibatnya. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan anak didik yang mengikuti
musik sampah, sbb:
“Saya ikutin apa yang di bilang sama orang tua saya, karena orang tua kan tau yg lebih baik
”
78
“Kadang saya nurutin kata orang tua, kadang juga saya ga turutin. Maen kucing kucingan gitu sama orang tua. Tapi yang saya langgar itu yang
masih wajar gitu kak. Klo udah yang berat berat saya mending nurutin orang tua”
79
Sebagai mana yang dituangkan oleh Gai Suhardja dalam Drawing as Art Therapy bahwa terapi seni musik bermanfaat dalam penyembuhan
pribadi, anak akan memahami perasaan pribadinya dan cara mengatasinya. Dalam hal pencapaian pribadi terapi seni musik dapat membangun rasa
percaya diri, memelihara rasa cinta dan menghargai diri sendiri. Sedangkan dalam hal penguatan, terapi seni dapat membantu anak
menggambarkan emosi yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata sehingga sang anak dapat mengontrol perasaannya.
80
Dengan mengikuti kegiatan musik sampah anak-anak merasa percaya diri, mereka sudah terbiasa untuk tampil di depan orang banyak dalam acara-
acara besar. Anak didik juga dapat menghargai diri sendiri. Dengan mengikuti musik sampah, anak juga merasa dapat mengatasi perasaan
yang terjadi dalam dirinya.
81
78
Wawancara peneliti dengan AMN peserta musik sampah pada 29 Oktober 2014
79
Wawancara peneliti ndengan AR peserta musik sampah pada 29 Oktober 2014
80
Gai Suhardja PhD “Drawing as Art Therapy” in progess. Hal. 25
81
Berdasarkan table ceklis point 1, 6, 21, 23
79
“kalau tampil di depan orang banyak awalnya sih pasti ada geroginya kak, apalgi kalau yang nonton banyak, acaranya mewah, saya pasti
gerogi, tapi cuma sebentar aja kok tapi nanti juga biasa lagi.
”
82
“Awalnya pasti gerogi, tapi Cuma sebentar aja, abis itu normal lagi biasa aja. Makin sering tampil saya makin
percaya diri juga.”
83
Perubahan yang terjadi dalam perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri juga penulis lihat pada saat mendampingi anak-anak
berkegiatan di kebun binatang Ragunan. Dimana pada saat itu anak-anak yang mengikuti musik sampah tidak mudah menjadi stress karena gagal
menyelesaikan tantangan yang ada di setiap pos, mereka terlihat gigih dan mau untuk terus mencoba, pada saat ada anggota tim yang kesulitan
mereka mau membantu.