15
investasi serta minat masyarakat dalam menggunakan produk bank tersebut Titia, 2015. Laba yang tinggi menyebabkan tingkat kepercayaan masyarakat kepada
bank semakin tinggi. Kepercayaan masyarakat terhadap bank dapat dicerminkan dari besarnya dana yang ditempatkan di Bank. Jadi, semakin besar jumlah
simpanan atau dana yang berhasil dihimpun oleh perbankan akan memungkinkan bank untuk menyalurkan dana tersebut dalam bentuk kredit dengan jumlah yang
lebih banyak, karena peningkatan kepercayaan masyarakat menyebabkan permintaan kredit bertambah.
Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa semakin besar nilai ROA dapat menyebabkan peningkatan kepercayaan masyarakat kepada perbankan. Hal ini
akan memengaruhi meningkatkan jumlah permintaan kredit oleh masyarakat, sehingga semakin tinggi nilai ROA, maka jumlah kredit yang disalurkan semakin
meningkat.
c. Keterkaitan Dana Pihak Ketiga DPK dan Kredit Perbankan
DPK adalah kewajiban bank kepada penduduk dan bukan penduduk yang biasanya disebut dengan nasabah bank, dalam rupiah dan valuta asing Ahmad,
2010:225. SE BI No. 623DPNP tanggal 31 Mei 2004 menyatakan bahwa dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank dapat berupa giro, tabungan, dan
deposito. Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau
dengan pemindah bukuan. Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik
dengan cek, bilyet giro, dan alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Deposito merupakan simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Tugas bank setelah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan, giro, tabungan, dan deposito adalah menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya, sesuai dengan fungsi utama pebankan sebagai
lembaga intermedian. Titia 2015 menyatakan bahwa Dana Pihak Ketiga dianggap sebagai supply kredit, sebab salah satu sumber dana kredit berasal dari
16
tabungan, deposito dan giro yang masuk dalam Dana Pihak Ketiga DPK. Jadi semakin banyak jumlah Dana Pihak Ketiga yang berhasil dihimpun oleh bank,
akan diikuti penyaluran kredit yang semakin tinggi, begitu pula sebaliknya.
d. Keterkaitan Non Performing Loan NPL dan Kredit Perbankan
Rasio pendukung kualitas aktiva produktif salah satunya adalah Non Performing Loan NPL. NPL adalah angka yang menunjukkan persentase kredit
atau pembiayaan yang macet di bank tersebut. Pembiayaan yang macet tentunya sangat tidak baik bagi bank, karena akan menyebabkan kerugian bagi bank, jika
kreditnya macet dan tidak dapat dikembalikan lagi. Semakin kecil NPL, semakin baik juga banknya. Suatu bank akan dianggap baik jika NPL-nya berada dibawah
5 Ahmad, 2004:48. Risiko dari kredit dalam perbankan dapat tercermin dari rasio Non Performing Loan NPL.
Titia 2015 menyatakan bahwa kredit macet merupakan gambaran risiko kredit yang ditimbulkan dari dana yang tidak dibayarkan melebihi masa jatuh
temponya atau bahkan tidak dibayarkan sama sekali. Peningkatan pada rasio NPL ini membuat bank mengurangi jumlah penyaluan dananya dalam bentuk kredit,
sebab bank perlu mencadangkan sejumlah dana untuk mengcover timbulnya kredit macet ini. Tomak 2012 menyatakan bahwa kredit bermasalah yang tinggi
terhadap total kredit memiliki pengaruh yang negatif terhadap kapasitas pinjaman secara keseluruhan pada bank. Bank dengan rasio NPL yang tinggi akan
menurunkan total kredit yang disalurkan. Jadi, semakin besar rasio NPL pada bank, akan diikuti oleh penurunan jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan.
2.1.3 Faktor-Faktor Makro yang Memengaruhi Penyaluran Kredit
Perbankan
Faktor-faktor fundamental tidak dapat disangkal adalah penting dalam menentukan besarnya penyaluran kredit perbankan. Namun demikian, masih
terdapat faktor lain yang diyakini sebagai faktor yang juga memengaruhi penyaluran kredit perbankan. Salah satunya adalah faktor makro, yaitu faktor-
faktor diluar perbankan atau makro ekonomi. Faktor fundamental saja dirasa
17
kurang dalam menjelaskan perubahan jumlah penyaluran kredit, karena dalam praktiknya penyaluran kredit perbankan dapat terpengaruh oleh kondisi makro
ekonomi disekitarnya. Oleh karena itu, penelitian ini juga menggunakan faktor- faktor makro ekonomi berupa tingkat suku bunga sertifikat Bank Indonesia,
Inflasi, dan Kurs sebagai determinan dari penyaluran kredit. Penjelasan mengenai faktor-faktor tersebut, secara rinci dipaparkan sebagai berikut.
a. Keterkaitan Tingkat Suku Bunga SBI dan Kredit Perbankan
Menurut PBI No. 410PBI2002, SBI adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang
berjangka waktu pendek. SBI diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai salah satu piranti Operasi Pasar Terbuka, kegiatan transaksi di pasar uang yang dilakukan
oleh Bank Indonesia dengan bank dan pihak lain dalam rangka pengendalian moneter. Tingkat suku bunga ini ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan
sistem lelang. Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan tingkat suku bunga SBI apabila inflasi diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan,
sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan tingkat suku bunga SBI apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan.
Naiknya suku bunga Bank Indonesia SBI akan menyebabkan naiknya suku bunga tabungan.
SBI merupakan instrumen yang menawarkan return yang cukup kompetitif serta bebas risiko risk free gagal bayar. Saryadi 2013 menyatakan bahwa saat
ini banyak institusi keuangan sudah menganggap SBI sebagai salah satu instrumen investasi yang menarik. Suku bunga SBI yang terlalu tinggi membuat
perbankan betah menempatkan dananya di SBI dibanding menyalurkan kredit. Penjelasan tersebut mengindikasi adanya keterkaitan tingkat suku bunga SBI
dengan kredit yang disalurkan oleh perbankan. Semakin tinggi suku bunga SBI, maka jumlah kredit yang disalurkan menurun, begitu pula sebaliknya.
18
b. Keterkaitan Inflasi dan Kredit Perbankan